BPS: Panen Tembakau Melimpah Tapi Produksi Rokok Anjlok
Reporter
Fajar Pebrianto
Editor
Rahma Tri
Jumat, 1 November 2019 14:58 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa produksi dari Industri Besar dan Sedang (IBS) pengolahan tembakau atau rokok mengalami penurunan terbesar sepanjang triwulan III 2019. Sebaliknya, produksi dari Industri Menengah dan Kecil (IMK) tembakau justru mengalami pertumbuhan tertinggi pada periode yang sama.
“Tidak harus selalu sejalan,” kata Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers di Kantor BPS, Jakarta Pusat, Jumat, 1 Oktober 2019.
Sebagai klasifikasi, IBS adalah pabrik dengan tenaga kerja 20 orang ke atas. Sementara IMK, adalah industri dengan tenaga kerja 1 sampai 4 orang saja.
Sepanjang triwulan III 2019, BPS mencatat produksi dari IBS pengolahan tembakau turun hingga 13 persen quartal-to-quartal (qtq), terbesar dari semua sektor industri. Sebaliknya, IMK tumbuh paling tinggi dari semua sektor industri, mencapai 42,25 persen.
Suhariyanto mengatakan saat ini sedang terjadi musim panen tembakau di beberapa sentra produksi. Saat panen, para pengusaha IMK ini langsung mengolahnya dalam bentuk rajangan atau tembakau yang sudah dikeringkan. Rajangan inilah yang menjadi bahan baku rokok di IBS.
Di sisi lain, produksi rokok di IBS dipengaruhi oleh berbagai kebijakan dan permintaan akhir dari produk mereka tersebut. Terlebih, BPS juga mencatat adanya kenaikan harga rokok kretek yang menyumbang inflasi 0,02 persen month-to-month (mtm) pada Oktober 2019.
<!--more-->
Direktur Statistik Industri BPS, Marlina Kamil, mengatakan penurunan produksi rokok di IBS juga terjadi karena pabrik menahan produksi mereka. Dalam bisnis rokok, kapasitas produksi sangat tergantung pada produk apa yang saat ini tengah laris. “Tapi dia enggak bisa menahan lama juga, kalau kelamaan kan rasanya berkurang,” kata Marlina.
Ketika musim panen, kata Marlina, produksi rajangan dari IMK sebenarnya diserap penuh oleh IBS. Tapi, para petani tembakau di IMK tidak bisa langsung menjualnya ke pabrik, karena harus melewati pengepul. Sebab, para petani ini sudah diberi uang oleh pengepul untuk menanam tembakau. “Jadi hasil produksi mereka pasti ditampung oleh si pemberi uang,” kata dia.
Barulah setelah itu, rajangan yang sudah dikumpulkan oleh para pengepul dibeli oleh pabrik dan disimpan di gudang-gudang mereka. Salah satunya di Temanggung, Jawa Tengah. Di sana, kata Marlina, banyak kebun tembakau tapi tidak ada pabrik. Namun, pabrik-pabrik besar memiliki gudang untuk menampung rajangan di sana. “Gudangnya banyak banget itu, gudang tembakau,” kata Marlina.
Situasi inilah yang menjelaskan kenapa produksi rokok di pabrik besar turun, meski sedang terjadi panen tembakau. Sebab, kata Marlina, produsen harus menyimpan stok. “Mau ada panen atau tidak,” katanya.