Menteri Siti: Karhutla Lebih Banyak Disebabkan Faktor Manusia

Reporter

Antara

Selasa, 29 Oktober 2019 16:01 WIB

Siti Nurbaya tiba di Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa 22 Oktober 2019. TEMPO/Subekti.

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengatakan kebakaran hutan dan lahan atau karhutla bisa terjadi akibat faktor alam namun karhutla lebih banyak disebabkan oleh faktor manusia. "Ada yang akibat buang puntung rokok sembarangan, ada juga karena pembakaran untuk membuka ladang dan kebun," katanya usai mengisi kelas inspirasi di Sekolah Global Mandiri di Cibubur, Jawa Barat, Selasa, 29 Oktober 2019.

Di hadapan 300 siswa serta perwakilan orang tua siswa, Siti menyatakan pemerintah melakukan upaya pemadaman serta kontrol ketat pengelolaan lahan untuk mencegah kejadian karhutla. "Petugas terus bekerja di lapangan, BPBD juga aktif. Pemerintah masih waspada hingga pertengahan November," kata Menteri LHK menanggapi pertanyaan seorang siswa.

Sebelumnya seorang siswa Sekolah Global Mandiri Cibubur, Andi Salman Nazafi sempat bertanya tentang apa penyebab karhutla yang terjadi beberapa waktu belakangan.

Data dari Sistem Monitoring Karhutla Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan atau KLHK, jumlah titik panas (hotspot) pada Selasa, 29 Oktober 2019, berdasarkan pantauan satelit Terra/Aqua (dengan tingkat kepercayaan ≥ 80 persen) sebanyak 52 titik. Jumlah ini telah turun jauh dibandingkan pekan lalu yang tercatat lebih dari 600 titik.

Pada kesempatan itu Siti Nurbaya mengatakan di awal jabatannya pada periode kedua sebagai Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, memilih mengunjungi sekolah untuk berbagi inspirasi dan mengajak siswa sekolah bersama-sama menjaga lingkungan hidup dan kehutanan.

Menurut dia, karakter yang terbentuk pada siswa sekolah menentukan Indonesia di masa depan.
Dalam kesempatan tersebut, Menteri LHK juga membagikan bibit pohon multiguna seperti rambutan, mangga, dan nangka untuk ditanam para siswa dan sekolah.

Menteri mengajak agar setiap siswa hingga dewasa menanam setidaknya 25 batang pohon. Selain untuk menjaga agar alam tetap hijau, menanam pohon juga bermanfaat untuk menghasilkan oksigen dan mencegah bencana perubahan iklim.

Kepala Sekolah Global Mandiri Anna Budiatmi menyatakan pihak sekolah sudah mewajibkan siswa untuk membawa botol dan dan kotak makanan dari rumah untuk mengurangi sampah plastik.
Selain itu, mereka juga wajib mengumpulkan sampah yang bisa didaur ulang untuk kemudian ditabung di Bank Sampah sekolah.

Sampah tersebut akan didaur ulang menjadi berbagai produk yang bisa dimanfaatkan kembali atau produk kerajinan. "Ini memang kampanye sederhana tapi sebagai generasi penerus, pendidikan lingkungan hidup perlu dilakukan sejak dini," katanya

Berita terkait

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

3 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

BRIN Kembangkan Metode Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

24 hari lalu

BRIN Kembangkan Metode Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

Peneliti BRIN tengah mengembangkan metode baru daur ulang baterai litium. Diharapkan bisa mengurangi limbah baterai.

Baca Selengkapnya

365 Perusahaan Ajukan Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan

31 hari lalu

365 Perusahaan Ajukan Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan

Ratusan perusahaan pemilik lahan sawit ilegal di kawasan hutan mengajukan pemutihan.

Baca Selengkapnya

Sinetron dan Film yang Dibintangi Donny Kesuma, Ini Perannya di Film Buya Hamka

38 hari lalu

Sinetron dan Film yang Dibintangi Donny Kesuma, Ini Perannya di Film Buya Hamka

Selain menjadi atlet berprestasi, Donny Kesuma merupakan aktor yang telah membintangi sejumlah sinetron hingga layar lebar di Tanah Air, yang terbaru ada Trilogi Buya Hamka

Baca Selengkapnya

Penyebab Kebakaran 10 Hektare Lahan di Karimun Kepulauan Riau Masih Misterius

38 hari lalu

Penyebab Kebakaran 10 Hektare Lahan di Karimun Kepulauan Riau Masih Misterius

Di tengah banyaknya bencana basar di Indonesia, masih ada 10 Ha lahan terbakar di Kepulauan Riau. Sebabnya belum diketahui.

Baca Selengkapnya

Mengenal Antropomorfisme, Sifat Manusia yang Memberikan Empati ke Sekitarnya

40 hari lalu

Mengenal Antropomorfisme, Sifat Manusia yang Memberikan Empati ke Sekitarnya

Antropomorfisme memiliki arti pengenalan ciri-ciri manusia hingga empati kepada binatang, tumbuh-tumbuhan, atau benda mati.

Baca Selengkapnya

Risiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api

42 hari lalu

Risiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api

Jumlah titik panas terus meningkat di sejumlah daerah. Karhutla tahun ini dinilai lebih berisiko tinggi seiring penyelenggaraan pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Alasan Masyarakat Adat Suku Awyu Mengajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

44 hari lalu

Alasan Masyarakat Adat Suku Awyu Mengajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

Masyarakat adat suku Awyu mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung dalam sengketa izin lingkungan perusahaan sawit PT ASL di Boven Digoel, Papua Selatan.

Baca Selengkapnya

KLHK Pantau Sembilan Provinsi yang Rawan Karhutla

44 hari lalu

KLHK Pantau Sembilan Provinsi yang Rawan Karhutla

Menteri KLHK Siti Nurbaya pantau provinsi rawan karhutla, dari Riau sampai Sulawesi Tengah.

Baca Selengkapnya

Kejar Harimau yang Terkam 3 Warga, Jakarta Kirim Tim Pemburu dan Penembak Bius ke Lampung

45 hari lalu

Kejar Harimau yang Terkam 3 Warga, Jakarta Kirim Tim Pemburu dan Penembak Bius ke Lampung

Menteri LHK Siti Nurbaya mengungkap perkiraan harimau yang berkeliaran di luar zona inti TNBBS itu berusia remaja atau 5-6 tahun.

Baca Selengkapnya