Merumput di Tengah Karhutla, Ribuan Kerbau Rawa Terancam Punah

Kamis, 10 Oktober 2019 12:47 WIB

Puluhan Kerbau rawa di desa Riding, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan terpaksa mencari makan di tengah kebakaran hutan dan lahan. Berdasarkan pada nelitian Universitas Sriwijaya (Unsri) menunjukkan habitat kerbau rawa terus menurun salah satu sebabnya akibat kebakaran hutan dan lahan. TEMPO/Parliza Hendrawan

TEMPO.CO, Palembang-Puluhan ekor kerbau rawa terpaksa mencari makan di tengah-tengah kebakaran hutan, lahan dan kebun atau karhutla di desa Riding, Kecamatan Pangkalan Lampam, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Bahkan beberapa ekor kerbau terlihat berendam di dalam lumpur di tengah kepulan asap yang menggumpal, Rabu siang, 9 Oktober 2019. Keadaan tersebut tidak bisa dihindari sebagai akibat dari semakin berkurangnya padang rumput dan areal rawa sebagai tempat mereka mencari makan.

Melihat hal itu Arfan Abrar, peneliti sekaligus pemerhati ekosistem kerbau rawa di Sumatera Selatan menjelaskan ancaman terhadap ekosistem rawa berupa kebakaran hutan dan lahan jelas nyata. Bukan hanya pada kerbau rawa tetapi juga keseluruhan organisme yang ada di dalamnya.

Melihat hal itu langkah edukasi, sosialisasi serta pelibatan komunitas yang hidup di dalamnya harus ditingkatkan agar habitat kerbau rawa dapat dipertahankan. Selain itu, katanya, peternak kerbau rawa sebagai pewaris budidaya dan ternaknya harus terus menerus didampingi, termasuk dari Fakultas Pertanian Unsri.

“Data belum banyak berubah tetapi potensi penurunan menjadi naik dengan adanya karhutla ini,” kata Arfan, Kamis 10 Oktober 2019. Arfan Abrar, juga merupakan ketua jurusan teknologi dan industri perternakan Unsri (Universitas Sriwijaya) menambahkan populasi kerbau rawa di Sumatera Selatan dari tahun ke tahun terus mengalami pengurangan.

Dari penelitian Universitas Sriwijaya (Unsri) didapati hanya menyisakan tidak lebih dari 10 ribu ekor. Salah satu sebabnya, minimnya sentuhan teknologi sehingga peternak hanya mengandalkan kemampuan yang didapat secara turun temurun. "Populasinya semakin terancam," kata Arfan.

Advertising
Advertising

Dalam catatannya, kerbau rawa di kecamatan Rambutan, Banyuasin hanya tersisa 3000 ekor, di Tanjung Senai, Ogan Ilir hanya tersisa 2000 ekor dan terbanyak sekitar 5000 ekor di kecamatan Pampangan. Sedangkan dalam penelitiannya, Arfan menjelaskan pada medio tahun 2010an kerbau Rawa di Sumsel masih berkisar 15.000 ekor. Dia sangat pesimistis Kerbau Rawa dapat bertahan bila penjualan anak dan induk betina tetap berjalan secara masif.

Sementara itu kepala dusun II, desa Riding, Iswadi menjelaskan desanya memiliki hingga ratusan ekor kerbau rawa yang di ternak secara turun temurun oleh warga desanya. Hanya saja dalam beberapa tahun terakhir ini jumlah semakin berkurang sehingga pihaknya berharap campur tangan pemerintah dan dunia swasta agar habitat kerbau rawa tidak habis pada masa-masa yang akan datang.

Saban hari, kerbau-kerbau tersebut mencari makan secara mandiri di padang rumput dan rawa-rawa yang ada di luar desa. Sedangkan pada sore hari biasanya, kerbau-kerbau tersebut pulang kandang. “Kerbau di sini hampir sama dengan kerbau rawa di Pampangan maupun Rambutan,” katanya.

Berita terkait

Asosiasi Importir Daging Kirim Permohonan Izin Impor Daging Kerbau

51 hari lalu

Asosiasi Importir Daging Kirim Permohonan Izin Impor Daging Kerbau

Asosiasi Impor Daging Indonesia ajukan permohonan izin impor daging kerbau. Berjanji bisa menjual di bawah HET.

Baca Selengkapnya

Penyebab Kebakaran 10 Hektare Lahan di Karimun Kepulauan Riau Masih Misterius

59 hari lalu

Penyebab Kebakaran 10 Hektare Lahan di Karimun Kepulauan Riau Masih Misterius

Di tengah banyaknya bencana basar di Indonesia, masih ada 10 Ha lahan terbakar di Kepulauan Riau. Sebabnya belum diketahui.

Baca Selengkapnya

Risiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api

17 Maret 2024

Risiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api

Jumlah titik panas terus meningkat di sejumlah daerah. Karhutla tahun ini dinilai lebih berisiko tinggi seiring penyelenggaraan pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

KLHK Pantau Sembilan Provinsi yang Rawan Karhutla

15 Maret 2024

KLHK Pantau Sembilan Provinsi yang Rawan Karhutla

Menteri KLHK Siti Nurbaya pantau provinsi rawan karhutla, dari Riau sampai Sulawesi Tengah.

Baca Selengkapnya

Mengenal Tradisi Bantai Adat di Jambi untuk Menyambut Ramadan

9 Maret 2024

Mengenal Tradisi Bantai Adat di Jambi untuk Menyambut Ramadan

Dalam tradisi Bantai Adat tahun ini, sebanyak 84 kerbau disembelih untuk diperjualbelikan ke warga. Bakal jadi lauk selama Ramadan.

Baca Selengkapnya

Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla

3 Maret 2024

Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla

Kebakaran hutan kerap terjadi di beberapa daerah di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Bagaimana cara mengantisipasinya?

Baca Selengkapnya

Perbedaan Operasi TMC Banjir Demak dan Teknologi Modifikasi Cuaca Penanganan Karhutla

20 Februari 2024

Perbedaan Operasi TMC Banjir Demak dan Teknologi Modifikasi Cuaca Penanganan Karhutla

Teknologi Modifikasi Cuaca atau TMC digunakan untuk mengatasi dampak banjir Demak, Jawa Tengah. Ada bedanya dengan operasi TMC penanganan karhutla.

Baca Selengkapnya

Luput Dibahas Debat Cawapres: Data Terbaru KLHK Catat Luas Karhutla 2023 Tembus 1,16 Juta Hektare

27 Januari 2024

Luput Dibahas Debat Cawapres: Data Terbaru KLHK Catat Luas Karhutla 2023 Tembus 1,16 Juta Hektare

Tak disinggung dalam debat cawapres, data terbaru KLHK mencatat luas karhutla 2023 mencapai 1,16 juta hektare. Di mana area kebakaran terluas?

Baca Selengkapnya

Badan Kehutanan Amerika Pantau Penanganan Kebakaran Hutan di Kalimantan Tengah

25 Januari 2024

Badan Kehutanan Amerika Pantau Penanganan Kebakaran Hutan di Kalimantan Tengah

Kepala Badan Kehutanan AS Randy Moore menghargai langkah Indonesia dalam mengatasi krisis iklim.

Baca Selengkapnya

Tidak Singgung Kerusakan Ekosistem Gambut dan Karhutla, Debat Cawapres Dinilai Normatif

22 Januari 2024

Tidak Singgung Kerusakan Ekosistem Gambut dan Karhutla, Debat Cawapres Dinilai Normatif

Isu yang diusung dalam debat cawapres kedua adalah pangan, lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan.

Baca Selengkapnya