Buwas Ungkap Penyelewengan BPNT, Kemenkeu: Selalu Dievaluasi

Reporter

Fajar Pebrianto

Editor

Rahma Tri

Kamis, 26 September 2019 14:28 WIB

Penerima Peluncuran Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) menghadiri penyerahan Kartu Keluarga Sejahtera di Gedung Olahraga POPKI, Cibubur, Jakarta, 23 Februari 2017. Program ini dijalankan di 45 kota dan enam kabupaten di Indonesia. TEMPO/Subekti.

TEMPO.CO, Jakarta - Menanggapi pernyataan Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso alias Buwas, Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Askolani memastikan pemerintah terus mengevaluasi penyaluran bantuan pangan ke masyarakat miskin. Menurut dia, evaluasi dan penyempurnaan ini dilakukan di setiap skema penyalurannya.

“Dulu (namanya) subsidi beras miskin (Raskin), lalu kami shifting menjadi Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) agar bantuan langsung ke rumah tangga. BPNT ini dievaluasi kembali dan diperkuat dalam bentuk Kartu Sembako pada 2020,” kata Askolani dalam diskusi di Kementerian Keuangan, Kamis, 26 September 2019.

Sebelumnya, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso atau Buwas membeberkan sejumlah penyelewengan yang ditengarai terjadi dalam penyaluran beras BPNT di hampir seluruh wilayah. Buwas mengklaim telah menemukan 300 e-warung fiktif.

"Tambal ban bisa jadi e-warung. Tambal ban dia bisa menyalurkan BPNT. Ada kios-kios enggak jelas, siluman, yang buka hanya saat penyaluran BPNT. Setelah itu enggak ada lagi," kata Buwas.

Merespons hal itu, Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita juga telah mengajukan usulan kepada Bwas untuk membentuk tim gabungan, yang akan menginvestigasi dugaan pelanggaran ini. "Saya sendiri sudah mengirim surat ke Pak Budi Waseso Dirut Bulog kemarin. Kami mengusulkan agar dibentuk tim gabungan," kata Agus di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu, 25 September 2019.

Advertising
Advertising

Sementara, Kepala Pusat Data dan Informasi Kemensos, Said Mirza Pahlevi, mempertanyakan penyelewengan yang disampaikan oleh Buwas. Sebab, kata dia, sistem BPNT yang saat ini dijalankan telah terintegrasi dengan sistem milik perbankan penyalur. “Kalaupun ada, tidak akan banyak,” kata dia di hari yang sama.

Askolani bercerita, dulunya bantuan pangan disalurkan dalam bentuk subsidi Raskin milik Bulog. Namun, survei Badan Pusat Statistik (BPS) ternyata menunjukkan penyalurannya tidak optimal. Sehingga pada 2017, pemerintah mengubah skemanya menjadi BPNT melalui kartu elektronik. “Ada by name and by address,” kata dia

Dalam perjalanannya, BPNT yang diklaim Buwas banyak diselewengkan ini ternyata memang belum ampuh menjawab kebutuhan masyarakat miskin. Sehingga pada 2020, pemerintah akan mengubahnya menjadi Kartu Sembako. Jika pada BPNT, bantuannya sebesar Rp 110 ribu per orang untuk beras, tahun depan menjadi Rp 150 ribu. Barang yang diberikan pun dipertimbangkan untuk di luar beras, seperti minyak dan telur.

FAJAR PEBRIANTO

Berita terkait

Cuaca Ekstrem, Pemerintah Siapkan Impor Beras 3,6 Juta Ton

9 jam lalu

Cuaca Ekstrem, Pemerintah Siapkan Impor Beras 3,6 Juta Ton

Zulkifli Hasan mengatakan impor difokuskan ke wilayah sentra non produksi guna menjaga kestabilan stok beras hingga ke depannya.

Baca Selengkapnya

Mengapa Beras Tetap Mahal saat Harga Gabah Terpuruk? Ini Penjelasan Bulog

1 hari lalu

Mengapa Beras Tetap Mahal saat Harga Gabah Terpuruk? Ini Penjelasan Bulog

Diretur Utama Bulog, Bayu Krisnamurthi menjelaskan penyebab masih tingginya harga beras meskipun harga gabah di petani murah.

Baca Selengkapnya

Dagang Sapi Kabinet Prabowo

9 hari lalu

Dagang Sapi Kabinet Prabowo

Partai politik pendukung Prabowo-Gibran dalam pemilihan presiden mendapat jatah menteri berbeda-beda di kabinet Prabowo mendatang.

Baca Selengkapnya

Viral Bea Masuk Rp 31,8 Juta untuk Sepatu Seharga Rp 10 Juta, Begini Cara Perhitungan Bea Cukai

9 hari lalu

Viral Bea Masuk Rp 31,8 Juta untuk Sepatu Seharga Rp 10 Juta, Begini Cara Perhitungan Bea Cukai

Ditjen Bea Cukai menanggapi pemberitaan penetapan bea masuk untuk produk sepatu impor yang dibeli oleh konsumen sebesar Rp 31,8 juta.

Baca Selengkapnya

Penjelasan Kemenkeu soal Prediksi Kenaikan Rasio Utang jadi 40 Persen pada 2025

10 hari lalu

Penjelasan Kemenkeu soal Prediksi Kenaikan Rasio Utang jadi 40 Persen pada 2025

Kemenkeu merespons soal kenaikan rasio utang pemerintah terhadap produk domestik bruto (PDB) pada 2025.

Baca Selengkapnya

Kemenkeu Antisipasi Dampak Penguatan Dolar terhadap Neraca Perdagangan

10 hari lalu

Kemenkeu Antisipasi Dampak Penguatan Dolar terhadap Neraca Perdagangan

Kementerian Keuangan antisipasi dampak penguatan dolar terhadap neraca perdagangan Indonesia.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

12 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya

Ratusan Kilogram Beras dan Minyak Goreng Ditemukan di Jalur Tikus Indonesia-Malaysia

23 hari lalu

Ratusan Kilogram Beras dan Minyak Goreng Ditemukan di Jalur Tikus Indonesia-Malaysia

Badan Karantina di Pos Lintas Batas Negara Entikong menemukan ratusan kilogram beras dan minyak goreng di jalur tikus perbatasan RI-Malaysia.

Baca Selengkapnya

Hingga 9 April 2024, Kemenkeu Bayarkan THR PNS Senilai Rp 40,77 Triliun

24 hari lalu

Hingga 9 April 2024, Kemenkeu Bayarkan THR PNS Senilai Rp 40,77 Triliun

Pemerintah telah menyalurkan tunjangan hari raya (THR) sebesar Rp 40,77 triliun per hari Selasa, 9 April 2024. Seperti apa rinciannya?

Baca Selengkapnya

Per Maret 2024, Setoran Pajak Ekonomi Digital Mencapai Rp 23,04 Triliun

25 hari lalu

Per Maret 2024, Setoran Pajak Ekonomi Digital Mencapai Rp 23,04 Triliun

Ditjen Pajak Kemenkeu mencatat penerimaan negara dari sektor usaha ekonomi digital hingga 31 Maret 2024 mencapai Rp 23,04 triliun.

Baca Selengkapnya