Bulog Tuding Berasnya Dipalsukan oleh Mafia, Jadi Bau dan Berkutu

Reporter

Eko Wahyudi

Senin, 23 September 2019 17:05 WIB

Pengemasan beras saset 200 gram, Beras Kita, di Gudang Banjar Kemantren Perum BULOG Subdivre Surabaya Utara, Buduran, Sidoarjo Jumat, 6 Juli 2018. TEMPO/ Candrika Radita Putri

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menyatakan akan segera mengeluarkan produk beras dengan kemasan kedap udara atau vakum. Kemasan baru ini diluncurkan guna menghindari pemalsuan beras yang dikeluarkan perusahaan pangan plat merah tersebut. Selama ini beras palsu Bulog itu sering ditemukan di pasar.

"Saya akan terus mengubah produk-produk saya supaya tidak dijiplak. Yang selama ini karung-karung kita ditiru, dipalsukan, dengan maksud tujuannya adalah menjelekkan Pemerintah melalui Bulog," ujarnya di Kantor Pusat Perum Bulog, Jakarta, Senin, 23 September 2019.

Budi Waseso mengatakan sejumlah temuan di lapangan terkait modus kejahatan yang dilakukan oleh oknum atau mafia penyalur beras program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Antara lain adalah dengan menukar beras Bulog dengan beras lain yang kualitasnya lebih rendah ke dalam kantung berlabel Bulog.

"Akibatnya, masyarakat penerima bantuan mengira bahwa beras bermutu rendah, bau, berkutu dan berwarna kusam itu adalah beras produksi Bulog," ucapnya.

Selain menghindari pemalsuan produk, Budi Waseso menjamin kemasan vakum tersebut membuat serangga yang hidup di beras seperti kutu musnah. "Saya jamin selama delapan bulan, beras tidak berkutu, bahkan telur kutu saja tidak hidup," tambahnya.

Advertising
Advertising

Dia mengungkapkan, karung dengan berbagai macam label beras premium mudah ditemukan di laman perdagangan daring. Buwas menyebutkan, para penjual sanggup menyediakan kemasan bermerek tertentu dengan jumlah yang besar.

"Jadi banyak penjualan karung beras, cukup beli di online bisa dapat. Ini pemalsuan merupakan kejahatan awal. Pasti berkolaborasi dengan sindikat dan harus ditangani," ungkap dia.

Budi Waseso juga menuturkan bahwa kemasan berlabel Bulog biasa dijual dengan harga Rp 1.000 per kantung di laman perdagangan daring. Oleh karena itu, dalam penyaluran beras BPNT pada program selanjutnya, akan memasarkan beras fortivikasi yang sudah dikemas plastik vakum kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM).

Ada pun beras fortifikasi adalah inovasi beras sehat yang diperkaya dengan berbagai vitamin terdiri dari vitamin A, vitamin B1, vitamin B3, vitamin B6, vitamin B9 (Asam Folat), vitamin B12, Zat Besi (Iron) dan Zink.

"Semua wilayah sudah saya perintahkan sudah siap dengan itu fortivikasi dan itu akan kami salurkan," kata Budi Waseso.

Mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Polisi menjelaskan tidak ada paksaan kepada masyarakat untuk menerima beras bervitamin tersebut. Ia menambahkan, BPNT dapat dengan leluasa memilih beras dengan kemasan yang lama atau yang sudah divakum.

"Kami tidak memaksakan untuk menerima beras fortivikasi, karena beras ini punya banyak vitamin. Jadi kami tidak memaksakan penerima BPNT menerima beras fortivikasi," ujarnya. "Mereka juga bisa memilih yang tidak vakum, karena kami tidak bisa memaksa, tapi beras dari Bulog kualitasnya terjamin."

Berita terkait

Terpopuler Bisnis: Penjelasan Bulog atas Harga Beras Mahal, Viral Tas Hermes hingga Kekayaan Dirjen Bea Cukai

2 jam lalu

Terpopuler Bisnis: Penjelasan Bulog atas Harga Beras Mahal, Viral Tas Hermes hingga Kekayaan Dirjen Bea Cukai

Penjelasan Bulog atas harga beras yang tetap mahal saat harga gabah terpuruk.

Baca Selengkapnya

Cuaca Ekstrem, Pemerintah Siapkan Impor Beras 3,6 Juta Ton

15 jam lalu

Cuaca Ekstrem, Pemerintah Siapkan Impor Beras 3,6 Juta Ton

Zulkifli Hasan mengatakan impor difokuskan ke wilayah sentra non produksi guna menjaga kestabilan stok beras hingga ke depannya.

Baca Selengkapnya

Bulog Beberkan Alasan Penyerapan Jagung Belum Maksimal

1 hari lalu

Bulog Beberkan Alasan Penyerapan Jagung Belum Maksimal

Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi membeberkan alasan penyerapan jagung dari petani hingga kini masih terkendala.

Baca Selengkapnya

Mengapa Beras Tetap Mahal saat Harga Gabah Terpuruk? Ini Penjelasan Bulog

1 hari lalu

Mengapa Beras Tetap Mahal saat Harga Gabah Terpuruk? Ini Penjelasan Bulog

Diretur Utama Bulog, Bayu Krisnamurthi menjelaskan penyebab masih tingginya harga beras meskipun harga gabah di petani murah.

Baca Selengkapnya

Bulog Salurkan Bantuan Pangan di Jakarta Selatan

1 hari lalu

Bulog Salurkan Bantuan Pangan di Jakarta Selatan

Perum Bulog menyalurkan Bantuan Pangan Tahap II berupa beras kepada keluarga penerima manfaat (KPM) di Jakarta Selatan.

Baca Selengkapnya

Dagang Sapi Kabinet Prabowo

9 hari lalu

Dagang Sapi Kabinet Prabowo

Partai politik pendukung Prabowo-Gibran dalam pemilihan presiden mendapat jatah menteri berbeda-beda di kabinet Prabowo mendatang.

Baca Selengkapnya

Harga Gabah Anjlok, Kemendag: Gara-gara Panen Raya

10 hari lalu

Harga Gabah Anjlok, Kemendag: Gara-gara Panen Raya

Harga gabah anjlok menjadi Rp 4.500 per kilogram. Kemendag sebut gara-gara panen raya.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

11 hari lalu

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

Berita terpopuler: Prabowo-Gibran diharap bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi usai dilantik, pendaftaran CPNS 2024 dibuka.

Baca Selengkapnya

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

11 hari lalu

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

Kepala Eksekutif OJK Friderica Widyasari Dewi memberikan sejumlah tips yang dapat diterapkan oleh ibu-ibu dalam menyikapi isi pelemahan rupiah.

Baca Selengkapnya

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah, Jika Diminta

11 hari lalu

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah, Jika Diminta

Bulog mengaku siap jika diminta pemerintah menjadi off-taker gabah dari kerjasama pertanian Indonesia dan Cina

Baca Selengkapnya