Ada Perang Dagang, BI: Waktu Tepat Bangkitkan Ekonomi Syariah

Reporter

Antara

Jumat, 13 September 2019 08:03 WIB

Kiri-kanan, Deputi Gubenur Sugeng, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, Deputi Gubernur Rosmaya Hadi sebelum mengelar press briefing mengenai inflasi bulan Juni 2018, di Gedung Bank Indonesia, Gambir, Jakarta Pusat, Jumat, 8 Juni 2018. TEMPO/Dias Prasongko

TEMPO.CO, Banjarmasin - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Rosmaya Hadi mengatakan saat ini adalah waktu yang tepat untuk membangkitkan ekonomi syariah mengingat ekonomi tersebut bisa menjadi sumber pertumbuhan baru di tengah perekonomian dunia yang tidak stabil.

"Sekarang waktunya kita bangkitkan ekonomi syariah," kata Rosmaya ketika membuka Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Kawasan Timur Indonesia 2019 di Banjarmasin, Kamis malam, 12 September 2019.

Rosmaya dalam kegiatan yang didahului dengan pembacaan doa kepada Presiden ke-3 RI BJ Habibie yang meninggal pada 11 September 2019, mengatakan saat ini perekonomian dunia dipenuhi ketidakpastian. Salah satunya karena perang dagang yang terjadi antara AS dan Cina.

"Tren di dunia itu kini yang menjadikan ekonomi dan keuangan syariah dapat menjadi sumber pertumbuhan baru," katanya.

Ia mengatakan, ekonomi syariah kini tidak hanya didominasi oleh negara-negara berpenduduk muslim. Menurut dia, dalam laporan State of Global Islamic Economy Report 2018, Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia masih merupakan pasar (konsumen) dari produk-produk halal dunia.

"Ke depan Indonesia harus juga menjadi produsen maupun penyedia jasa (pariwisata) halal yang dapat berkontribusi pada peningkatan ekspor dan devisa serta mampu meningkatkan pendapatan masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi," katanya.

BI, kata dia, melihat besarnya peluang ekonomi syariah di Indonesia. Kebijakan ekonomi syariah menjadi salah satu bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan mendorong momentum pertumbuhan ekonomi nasional.

Menurut dia, kebijakan ekonomi syariah BI diwujudkan dalam tiga program utama. Pertama, pengembangan ekonomi syariah dengan mengembangkan rantai nilai pada industri halal nasional untuk mendorong produk-produk halal, baik seperti makanan halal, busana muslim, maupun pariwisata halal.

Kedua, melakukan pendalaman pasar keuangan syariah. BI telah mengeluarkan instrumen Sukuk Bank Indonesia (SUKBI) yang ditujukan untuk mendukung dan memperkuat pengelolaan likuiditas perbankan syariah.

Ketiga, BI melakukan kampanye untuk mendorong gaya hidup halal, yang mendukung rantai nilai halal, di antaranya dengan menyelenggarakan kegiatan FESyar seperti ini dan Festival Ekonomi Syariah internasional (ISEF) yang akan diselenggarakan November 2019.

ANTARA

Berita terkait

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

1 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

2 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

2 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

2 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

2 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

2 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

3 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

3 hari lalu

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

Para pemohon termasuk perwakilan Ant Group sebagai pemilik aplikasi pembayaran Alipay bisa datang ke kantor BI untuk meminta pre-consultative meeting.

Baca Selengkapnya

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

3 hari lalu

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

Rupiah bergerak stabil seiring pasar respons positif kenaikan BI Rate.

Baca Selengkapnya

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

3 hari lalu

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut pelemahan rupiah dipengaruhi oleh arah kebijakan moneter AS yang masih mempertahankan suku bunga tinggi.

Baca Selengkapnya