Limbah Smelter Diprediksi Mencapai 35 Juta Ton pada 2021

Reporter

Tempo.co

Sabtu, 31 Agustus 2019 07:17 WIB

smelter

TEMPO.CO, Jakarta -Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral atau ESDM Yunus Saefulhak memprediksi limbah tambang slag atau terak yang berasal dari pabrik pengolahan dan pemurnian atau smelter berpotensi mencapai 35 juta ton per tahun pada 2021. Angka ini mengkhawatirkan karena naik 75 persen dari saat ini 20 juta ton per tahun.

Yunus mengungkapkan selama ini slag hanya dikumpulkan dan ditimbun di suatu tempat. “Semakin lama kan semakin menyulitkan," ujarnya usai rapat koordinasi di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian di Jakarta, Jumat, 30 September 2019.

Slag menurut Peraturan Menteri Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan termasuk dalam kategori limbah Bahan Berbahaya dan Beracun atau B3 sehingga tidak bisa dimanfaatkan. Namun, di negara lain, telah memanfaatkan slag sebagai bahan baku bangunan, bahan pengerasan jalan, bahkan bahan baku pembuatan pupuk tanaman.

Yunus menuturkan, pemerintah tengah merencanakan untuk membuat aturan, di mana slag bisa dimanfaatkan kembali agar tidak terjadi pencemaran. "Itu kan dikategorikan sebagai limbah B3 nah bagaimana supaya limbah B3, slag ini bisa dimanfaatkan. Untuk dimanfaatkan untuk pengerasan, untuk fondasi jalan pengerasan jalan, untuk industri semen, infrastruktur, batako, dan sebagainya," kata dia.

Negara yang dimaksud, seperti Kanada dan Amerika Serikat. Saat ini, pemerintah tengah mengupayakan hal yang sama, melalui perubahan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. "Nah setelah nanti kemudahan perizinan nya, nanti dibuat aspek-aspek prosedurnya, prosedur secara SOP, untuk mengelola itu (slag), jadi yang dahulunya tidak boleh jadi boleh," ujarnya.

Advertising
Advertising

Pemerintah juga mempertimbangkan tempat pengolahan slag di lubang bekas tambang yang telah dihijaukan. Namun, hal ini memerlukan addendum dokumen reklamasi. "Rencana reklamasi karena dulunya tidak ada slag yang masuk jadi sekarang harus ada slag yang masuk berarti harus ada kajian, jadi sudah ada mulai solusi," tambah Yunus.

Berita terkait

Kaya Aktivitas Perikanan dan Tambang, Teluk Kendari Mendangkal dengan Cepat

19 jam lalu

Kaya Aktivitas Perikanan dan Tambang, Teluk Kendari Mendangkal dengan Cepat

Teluk Kendari di kota Kendari mengalami pendangkalan yang dramatis selama sekitar 20 tahun terakhir. Ini kajian sedimentasi di perairan itu oleh BRIN.

Baca Selengkapnya

Tiga Karyawan Tambang Nikel di Halmahera Selatan Dipecat usai Aksi Hari Buruh

1 hari lalu

Tiga Karyawan Tambang Nikel di Halmahera Selatan Dipecat usai Aksi Hari Buruh

Tiga karyawan PT Wanatiara Persada, perusahaan tambang nikel di Halmahera Selatan dipecat usai melakukan aksi Hari Buruh.

Baca Selengkapnya

Harga Produk Pertambangan Masih Fluktuatif

4 hari lalu

Harga Produk Pertambangan Masih Fluktuatif

Harga komoditas produk pertambangan yang dikenakan bea keluar fluktuatif, konsentrat tembaga dan seng masih naik pada periode Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Soal Izin Ekspor Konsentrat Freeport, Wamen BUMN Komitmen Selesaikan Smelter

6 hari lalu

Soal Izin Ekspor Konsentrat Freeport, Wamen BUMN Komitmen Selesaikan Smelter

Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara atau BUMN, Kartika Wirjoatmodjo mengatakan bahwa kementeriannya sedang berdiskusi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral atau ESDM soal rencana izin ekspor konsentrat tembaga oleh PT Freeport Indonesia.

Baca Selengkapnya

Kuasa Hukum Dirut PT RBT Anggap Pengoperasian Kembali Smelter yang Disita Kejagung dalam Kasus Korupsi Timah Sudah Tepat

12 hari lalu

Kuasa Hukum Dirut PT RBT Anggap Pengoperasian Kembali Smelter yang Disita Kejagung dalam Kasus Korupsi Timah Sudah Tepat

Kuasa hukum Direktur PT Refined Bangka Tin memberi penjelasan soal smelter timah PT RBT yang disita oleh Kejagung.

Baca Selengkapnya

Kelola Limbah, Startup asal Bandung dan Bekasi Mendapat Dana di Philanthropy Asia Summit

13 hari lalu

Kelola Limbah, Startup asal Bandung dan Bekasi Mendapat Dana di Philanthropy Asia Summit

Dua startup asal Indonesia, MYCL dan Sampangan, mendapat pendanaan dari Philanthropy Asia Summit 2024 karena sukses mengelola limbah.

Baca Selengkapnya

Setelah Disita, Kejagung Izinkan Smelter Timah Harvey Moeis dan 4 Smelter Lain Kembali Beroperasi

13 hari lalu

Setelah Disita, Kejagung Izinkan Smelter Timah Harvey Moeis dan 4 Smelter Lain Kembali Beroperasi

Kejaksaan Agung mengizinkan lima smelter timah, termasuk mlik Harvey Moeis PT RBT untuk kembali beroperasi setelah disita penyidik.

Baca Selengkapnya

Sambut Hari Bumi, PGE Laporkan Pengurangan Emisi CO2

13 hari lalu

Sambut Hari Bumi, PGE Laporkan Pengurangan Emisi CO2

PGE berkomitmen dalam penghematan konsumsi energi dan pengendalian jumlah limbah.

Baca Selengkapnya

Top 3 Hukum: Lebih dari Setahun Pilot Susi Air Disandera TPNPB-OPM, Kesaksian Pejabat Kementan di Sidang Korupsi Syahrul Yasin Limpo

13 hari lalu

Top 3 Hukum: Lebih dari Setahun Pilot Susi Air Disandera TPNPB-OPM, Kesaksian Pejabat Kementan di Sidang Korupsi Syahrul Yasin Limpo

Sampai hari ini, terhitung pilot Susi Air Philips Mark Mehrtens telah disandera TPNPB-OPM selama 14 bulan.

Baca Selengkapnya

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Sita 5 Perusahaan Smelter Termasuk PT RBT

15 hari lalu

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Sita 5 Perusahaan Smelter Termasuk PT RBT

Penyidik gabungan dari Kejaksaan Agung menyita 5 perusahaan smelter kasus korupsi timah ilegal, salah satunya PT Refined Bangka Tin (PT RBT).

Baca Selengkapnya