Ingin Redakan Perang Dagang, Cina Melunak dan Tawarkan Negosiasi

Reporter

Bisnis.com

Editor

Rahma Tri

Senin, 26 Agustus 2019 12:49 WIB

Presiden Cina Xi Jinping dan Presiden AS Donald Trump di sela KTT G20, di Jepang, 28-29 Juni 2019.[REUTERS]

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Cina menyatakan bersedia meredakan perang dagang dengan Amerika Serikat (AS) melalui negosiasi yang tenang. Wakil Perdana Menteri Cina, Liu He, memastikan negaranya ingin mencegah ketegangan memanas setelah Presiden AS Donald Trump menaikkan tarif terhadap barang-barang asal Cina dan meminta perusahaan-perusahaan AS untuk keluar dari Cina.

“Kami bersedia menyelesaikan masalah melalui konsultasi dan kerja sama dengan sikap tenang,” ujar Liu He di Chongqing, Caixin, sebagaimana dilansir dari Bloomberg, Senin 26 Agustus 2019.

Lebih lanjut Liu menegaskan bahwa Cina menyambut investor-investor asing, khususnya perusahaan dari AS. "Kami menyambut perusahaan-perusahaan dari seluruh dunia, termasuk Amerika Serikat, untuk berinvestasi dan beroperasi di China,” papar Liu, dikutip dari Reuters.

Liu mengatakan, Beijing akan terus menciptakan lingkungan investasi yang baik, melindungi hak kekayaan intelektual, mempromosikan pengembangan industri cerdas dengan pasar kami yang terbuka. Cina dengan tegas menentang blokade teknologi dan proteksionisme, dan berusaha untuk melindungi kelengkapan rantai pasokan.

Pada Jumat pekan lalu, Trump menyatakan AS akan menaikkan tarif eksisting atas produk Cina senilai US$250 miliar per 1 Oktober 2019. Kebijakan ini disampaikan Trump hanya beberapa jam setelah Beijing mengumumkan tarif impor atas barang-barang dari AS senilai US$75 miliar, termasuk kacang kedelai dan minyak.

Advertising
Advertising

Selain itu, Trump mengatakan AS akan menaikkan besaran tarif yang sudah direncanakan atas produk China senilai US$300 miliar menjadi 15 persen dari sebelumnya 10 persen. Washington bakal mulai memberlakukan tarif baru mulai 1 September 2019. Namun, sebagian produk yang diincar baru akan dikenakan tarif pada 15 Desember 2019.

Di tengah ketegangan terbaru ini, pasar saham global serentak terbenam ke zona merah karena investor cenderung mengalihkan uang mereka dari saham ke aset yang kurang berisiko, seperti obligasi, emas, dan yen Jepang. Nilai tukar yuan Cina terpantau melemah akibat terbebani oleh ekspektasi perlambatan yang lebih dalam, di tengah memanasnya perang dagang antara dua negara berekonomi terbesar di dunia tersebut.

BISNIS

Berita terkait

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

6 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

12 hari lalu

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada memperkirakan IHSG pada awal pekan ini menguat bila dibandingkan pekan lalu. Apa syaratnya?

Baca Selengkapnya

Senin Depan, BEI Terapkan Full Call Auction di Papan Pemantauan Khusus

43 hari lalu

Senin Depan, BEI Terapkan Full Call Auction di Papan Pemantauan Khusus

BEI akan menerapkan mekanisme perdagangan lelang berkala secara penuh atau full call auction di Papan Pemantauan Khusus pada Senin pekan depan.

Baca Selengkapnya

Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun

25 Februari 2024

Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun

Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.

Baca Selengkapnya

Microsoft Salip Apple di Pasar Saham dengan Keunggulan AI

30 Januari 2024

Microsoft Salip Apple di Pasar Saham dengan Keunggulan AI

Para investor sepakat bahwa Microsoft berkembang jauh lebih signifikan dibanding Apple, bahkan untuk lima tahun ke depan.

Baca Selengkapnya

MG Sambut Baik Kebijakan Insentif Mobil Listrik CBU dan CKD

10 Januari 2024

MG Sambut Baik Kebijakan Insentif Mobil Listrik CBU dan CKD

MG menyambut baik pemberian insentif impor berupa pembebasan tarif bea masuk dan pajak penjualan barang mewah untuk mobil listrik CBU dan CKD.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Tetapkan Insentif untuk Mobil Listrik CBU dan CKD

9 Januari 2024

Pemerintah Tetapkan Insentif untuk Mobil Listrik CBU dan CKD

Pemerintah resmi menetapkan insentif impor berupa pembebasan tarif bea masuk dan pajak penjualan barang mewah untuk mobil listrik CBU dan CKD

Baca Selengkapnya

Di Forum AIFED, Sri Mulyani Sebut Fragmentasi Ekonomi Dunia Semakin Meningkat

6 Desember 2023

Di Forum AIFED, Sri Mulyani Sebut Fragmentasi Ekonomi Dunia Semakin Meningkat

Sri Mulyani mengatakan telah terjadi perubahan cara pandang dalam memandang proses hubungan internasional, perdagangan.

Baca Selengkapnya

Israel Selidiki Investor Untung Jutaan Dollar karena Sudah Antisipasi Serangan Hamas 7 Oktober

5 Desember 2023

Israel Selidiki Investor Untung Jutaan Dollar karena Sudah Antisipasi Serangan Hamas 7 Oktober

Israel sedang menyelidiki klaim peneliti AS bahwa beberapa investor mungkin telah mengetahui sebelumnya tentang rencana serangan Hamas

Baca Selengkapnya

Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual

4 Desember 2023

Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa ke depan potensi bursa karbon masih cukup besar.

Baca Selengkapnya