Dinas Kehutanan DKI memasang instalasi Gabion atau Bronjong di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, 21 Agustus 2019. Instalasi Gabion menjadi pengganti Instalasi Getih Getah yang telah dirobohkan. TEMPO/Imam Hamdi
Adapun penambangan terumbu karang, ujar Brahmantya, adalah pengambilan dengan sengaja untuk digunakan sebagai bahan bangunan, ornamen aquarium, kerajinan tangan, bunga karang, industri, dan kepentingan lainnya. Hal itu bakal meyebabkan tutupan karang hidup berkurang 50 persen pada kawasan yang diambil.
Sebelumnya, aktivis lingkungan hidup Riyanni Djangkaru mengkritik langkah pemerintah DKI yang menggunakan terumbu karang dalam instalasi gabion Bundaran HI. Kritikan itu awalnya disampaikan melalui akun Instagram pribadinya, @r_djangkaru.
Riyanni menceritakan, ia dan kawannya menyempatkan diri melihat gabion tersebut. Di lokasi, Riyanni menemukan, beragam jenis karang mati ditumpuk lalu dipasang tumbuhan di atasnya. Terumbu karang ditumpuk dalam gabion dan di bagian bawah sekitar instalasi.
Menurut dia, 75 persen tumpukan batu yang terlihat adalah terumbu karang mati. Dia menemukan karang otak dan jenis karang lainnya. "Pas saya mendekat kelihatan memang sebagain besar pola-pola skeleton (cangkang) karang itu terlihat cukup jelas," ucap dia. "Sayangnya kelihatannya memang terumbu karang."
Menanggapi hal ini, anak buah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan langsung menghubungi Riyanni Djangkaru terkait terumbu karang di instalasi gabion Bundaran HI ini. Seperti diketahui, pembuatan Isxtalasi Gabion atau Bronjong menelan biaya Rp 150 juta. Instalasi bronjong tersebut menjadi pengganti Instalasi Getih Getah yang telah dirobohkan pada 17 Juli lalu.