Neraca Migas Defisit, ESDM : Ekspor Gas Kita Kurangi

Sabtu, 17 Agustus 2019 10:10 WIB

Pengunjung melihat salah satu stan pameran pada Konvensi dan Pameran Indonesian Petroleum Association (IPA) ke-42 Tahun 2018 di Jakarta, 2 Mei 2018. Presiden menyampaikan upaya pemerintah dalam menarik investor sektor migas. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta -Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat bahwa neraca perdagangan untuk minyak dan gas atau migas selama dari Januari hingga Juli 2019 mengalami defisit sebesar US$ 4,9 miliar. Karena sepanjang semester satu nilai impor migas sebesar US$ 12,64 miliar dan nilai ekspor migas sebesar US$ 7,71 miliar.

Plt Dirjen Migas Kementerian Energi Sumber Daya dan Mineral atau ESDM Djoko Siswanto menanggapi defisit neraca dagang migas yang disebabkan karena pengurangan ekspor gas yang sebagian besar untuk domestik. "Ekspor kita juga secara umum berkurang karena memang ekspor gas kita kurangi agar bisa digunakan dalam negeri," ujarnya saat ditemui di Gedung Migas, Kuningan, Jakarta Selatan, 15 Agustus 2019.

Menurut Djoko keputusan itu diambil, kalau dipaksakan ekspor gas, ini akan berlawanan dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional, di mana sumber daya energi tidak dijadikan sebagai komoditas ekspor semata tetapi modal pembangunan nasional.

"Gas ini untuk pabrik pupuk, petrokimia, untuk PLN, Jargas. Semua itu kita dapatkan untuk pertumbuhan ekonomi dalam negeri," ucapnya.

Kemudian BPS juga mencatat, selama Juli 2019 saja, impor migas mencapai US$ 1,75 miliar atau naik 2,04 persen dibanding Juni 2019. Namun, angka ini turun 34,29 persen jika dibandingkan nilai impor migas pada Juli 2018 (year on year/yoy)

Advertising
Advertising

Adapun Djoko mengatakan, bahwa penggunaan gas dalam negeri sudah mencapai angka 65,4 persen. Menurutnya, porsi yang cukup besar untuk domestik sebagai modal pembangunan, menciptakan lapangan kerja, "agar sektor yang lain tidak impor," tambahnya.

Selanjutnya, Djoko juga menuturkan bisa saja memerbaiki neraca dagang migas yang saat ini defisit. Nanti tinggal semua gas diekspor tapi akan berdampak pada sektor lain. pabrik pupuk tutup, pupuknya impor semua, pabrik petrokimia tutup karena bahan bakunya gas, akhirnya produk petrokimia kita impor, mau begitu?" jelas Djoko.

Untuk itu, Djoko menginginkan agar masyarakat mengerti bahwa migas ini tidak bisa serta-merta diekspor untuk mengatasi neraca yang defisit. Pasalnya dalam negeri juga bergantung dengan komoditas tersebut. "Kebijakan sektor kita bahwa energi itu sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat, untuk modal pembangunan. Nah ini kita lakukan konsisten," tambahnya.

Berita terkait

LPEI Ekspor sampai Belanda dan Korea Selatan lewat Desa Devisa Gula Aren Maros

2 jam lalu

LPEI Ekspor sampai Belanda dan Korea Selatan lewat Desa Devisa Gula Aren Maros

LPEI melalui Desa Devisa Gula Aren Maros mengekspor gula aren ke Belanda dan Korea Selatan.

Baca Selengkapnya

IPA Convex ke-48 Dihelat Pekan Depan, Ingin Menarik Kembali Investasi Migas ke Indonesia

7 jam lalu

IPA Convex ke-48 Dihelat Pekan Depan, Ingin Menarik Kembali Investasi Migas ke Indonesia

IPA Convex ke-48 bertema Gaining Momentum to Advice Sustainable Energy Security in Indonesia and The Region.

Baca Selengkapnya

Pertamina Hulu Energi: Produksi Migas 1,04 Juta Barel per Hari Triwulan I-2024

3 hari lalu

Pertamina Hulu Energi: Produksi Migas 1,04 Juta Barel per Hari Triwulan I-2024

Hingga Maret 2024, Pertamina Hulu Energi juga mencatatkan kinerja penyelesaian pengeboran tiga sumur eksplorasi.

Baca Selengkapnya

Amnesty International Temukan Pasokan Teknologi Pengawasan dan Spyware Masif ke Indonesia

5 hari lalu

Amnesty International Temukan Pasokan Teknologi Pengawasan dan Spyware Masif ke Indonesia

Amnesty International menyiarkan temuan adanya jaringan ekspor spyware dan pengawasan ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Naik, Harga Biodiesel per Mei 2024 jadi Rp 12.453 per Liter

5 hari lalu

Naik, Harga Biodiesel per Mei 2024 jadi Rp 12.453 per Liter

Kementerian ESDM menetapkan harga indeks pasar bahan bakar nabati atau HIP BBN biodiesel per Mei 2024 sebesar Rp 12.453 per liter.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

6 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Penerimaan Bea Cukai Turun 4,5 Persen

6 hari lalu

Penerimaan Bea Cukai Turun 4,5 Persen

Penerimaan Bea Cukai Januari-Maret turun 4,5 persen dibanding tahun lalu.

Baca Selengkapnya

GAPKI Sebut Kinerja Ekspor Sawit Turun, Ini Penyebabnya

6 hari lalu

GAPKI Sebut Kinerja Ekspor Sawit Turun, Ini Penyebabnya

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia mengatakan kinerja ekspor sawit mengalami penurunan. Ini penyebabnya.

Baca Selengkapnya

Gempa M 6,5 di Garut, Begini Penjelasan Lengkap Badan Geologi ESDM

9 hari lalu

Gempa M 6,5 di Garut, Begini Penjelasan Lengkap Badan Geologi ESDM

Badan Geologi ESDM membeberkan analisis tentang gempa bumi berkekuatan 6,2 magnitudo pada Sabtu malam, 27 April 2024.

Baca Selengkapnya

Setelah Harvey Moeis, Kejagung Tetapkan 5 Tersangka Kasus Korupsi Timah Termasuk Pejabat Pemerintahan Bangka Belitung

10 hari lalu

Setelah Harvey Moeis, Kejagung Tetapkan 5 Tersangka Kasus Korupsi Timah Termasuk Pejabat Pemerintahan Bangka Belitung

Usai Harvey Moeis, Kejagung kembali menetapkan lima tersangka kasus tindak pidana korupsi PT Timah Tbk tahun 2015 sampai 2022.

Baca Selengkapnya