Curhat Pelaku Industri Komponen Otomotif: Kami Mati Perlahan

Selasa, 13 Agustus 2019 20:54 WIB

Pengunjung mengamati bus yang dipamerkan dalam pameran tahunan industri komponen otomotif, aksesoris kendaraan, serta industri pendukung, di Jakarta International Expo (JIExpo), Kemayoran, Jakarta, 29 Maret 2016. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Alat Mobil dan Motor (GIAMM) Hadi Suryadipradja menyebut para pelaku industri komponen otomotif mulai mati perlahan. Alasannya, produktivitas di sektor tersebut tak sebanding dengan naiknya upah karyawan.

"UMP kita naik tiga kali lipat dalam sepuluh tahun, sementara produktivitas berapa, naik sekali sudah bagus. Kalau kenaikan gaji lebih tinggi dari produktivitas artinya apa, tinggal tutup, artinya akan mati pelan-pelan," ujar Hadi di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa, 13 Agustus 2019.

Dia menuturkan kenaikan gaji yang tidak sebanding dengan kenaikan produktivitas. Menurut Hadi, banyak pelaku industri komponen otomotif yang gulung tingkar.

Salah satu kendala dalam pengembangan industri komponen otomotif adalah masih kurangnya volume penjualan kendaraan bermotor dari produksi dalam negeri. Menurut dia, penjualan yang belum prima berimbas kepada industri komponen. Pasalnya, permintaan yang sedikit membuat biaya produksi tinggi. "Itu terkait volume, kalau volumenya enggak ada mau bagaimana."

Padahal, bahan baku untuk memproduksi komponen pun tidak murah. Sebab, 90 persen bahan baku itu masih impor. Ia mengatakan bahan baku yang tersedia di dalam negeri sebenarnya ada, namun kualitasnya masih di bawah kebutuhan industri.

Hadi juga pesimistis soal peningkatan ekspor di sektor komponen otomotif. Menurut Hadi, pasar untuk komponen-komponen otomotif produksi Tanah Air itu masih minim. "Komponen sekarang kayak plat besi gitu siapa yang mau pakai? Padahal itu sudah dicetak, siapa yang mau pakai kalau sepotong," kata Hadi. "Kecuali kalau produk jadi. Berbentuk produk bisa. kayak filter, radiator itu bisa."

Ke depannya, Hadi berharap permintaan otomotif dan pasar untuk menjual komponen itu bisa meningkat. Dengan demikian, produksi industri komponen dalam negeri pun bisa dipacu. "Saat ini dukungan pemerintah sudah cukup baik, tapi permasalahannya siapa yang mau membeli komponen kami."

Berita terkait

Realisasi Kredit Bank Mandiri Kuartal I 2024 Tembus Rp 1.435 Triliun

3 hari lalu

Realisasi Kredit Bank Mandiri Kuartal I 2024 Tembus Rp 1.435 Triliun

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. telah menyalurkan kredit konsolidasi sebesar Rp 1.435 triliun pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Polda Metro Jaya Gelar Olah TKP Industri Rumahan Narkoba di Sentul Hari Ini

3 hari lalu

Polda Metro Jaya Gelar Olah TKP Industri Rumahan Narkoba di Sentul Hari Ini

Rumah yang menjadi tempat industri narkoba ini terdiri atas dua lantai, dengan cat berwarna kuning keemasan.

Baca Selengkapnya

Indonesia Bahas Pengurangan Emisi Karbon di Hannover Messe 2024

8 hari lalu

Indonesia Bahas Pengurangan Emisi Karbon di Hannover Messe 2024

Pemerintah RI membahas langkah strategis mengurangi emisi karbon sektor industri di ajang pameran global Hannover Messe 2024 Jerman.

Baca Selengkapnya

Pupuk Kujang Kembangkan Produksi Es Kering

16 hari lalu

Pupuk Kujang Kembangkan Produksi Es Kering

Pupuk Kujang menambah lini produk non pupuk dengan meresmikan pabrik dry ice atau es kering memanfaatkan produksi pabrik CO2 cair.

Baca Selengkapnya

Impor Dibatasi, Pengusaha Tekstil: Meski Belum Signifikan, Tren Kinerja Industri TPT Mulai Positif

21 hari lalu

Impor Dibatasi, Pengusaha Tekstil: Meski Belum Signifikan, Tren Kinerja Industri TPT Mulai Positif

Asosiasi Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) mengungkapkan dampak kebijakan pembatasan impor yang diterapkan oleh pemerintah.

Baca Selengkapnya

CIPS Nilai Aturan Pembatasan Impor Berpotensi Lemahkan Daya Saing Produk Dalam Negeri

26 hari lalu

CIPS Nilai Aturan Pembatasan Impor Berpotensi Lemahkan Daya Saing Produk Dalam Negeri

Dengan aturan ini, dokumen lartas yang sebelumnya hanya berupa laporan survey (LS) kini bertambah menjadi LS dan Persetujuan Impor.

Baca Selengkapnya

Bos Tokopedia Dukung Usulan Teten Soal Pengaturan Harga Produk di E-commerce

30 hari lalu

Bos Tokopedia Dukung Usulan Teten Soal Pengaturan Harga Produk di E-commerce

Tokopedia menyatakan bersedia bekerja sama dan membantu penerapan aturan.

Baca Selengkapnya

Zulhas Musnahkan 11 Jenis Barang Impor Ilegal Senilai Rp 9,3 Miliar, Apa Saja?

36 hari lalu

Zulhas Musnahkan 11 Jenis Barang Impor Ilegal Senilai Rp 9,3 Miliar, Apa Saja?

Zulhas memimpin pemusnahan barang impor ilegal yang didapat dari pengawasan post border. Adapun total nominal barang itu mencapai Rp 9,3 miliar.

Baca Selengkapnya

Menteri Teten Masduki: Industri Knalpot Aftermarket Punya Potensi Ekonomi Besar

39 hari lalu

Menteri Teten Masduki: Industri Knalpot Aftermarket Punya Potensi Ekonomi Besar

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyatakan industri knalpot aftermarket punya potensi ekonomi besar.

Baca Selengkapnya

AFPI Jamin Debt Collector Fintech Lending Punya Kode Etik dan Sertifikasi

42 hari lalu

AFPI Jamin Debt Collector Fintech Lending Punya Kode Etik dan Sertifikasi

AFPI menjamin penagih utang dalam industri fintech lending sudah bersertifikat.

Baca Selengkapnya