Defisit Transaksi Berjalan Pas di Batas Aman, Ini Penjelasan BI

Jumat, 9 Agustus 2019 18:24 WIB

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo saat mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di gedung BI, Jakarta, Kamis, 18 Juli 2019. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mengumumkan defisit transaksi berjalan atau Current Account Deficit (CAD) pada triwulan II 2019 mencapai US$ 8,4 miliar atau tembus di batas aman yaitu 3 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Angka ini lebih melebar dari defisit pada triwulan I 2019 yang sebesar Rp 7 miliar atau 2,6 persen dari PDB.

Namun, Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut bukan defisit yang sebenarnya lebih tinggi. “Tapi karena PDB-nya lebih rendah dari yang kami perkirakan,” kata Perry di Gedung BI, Jakarta Pusat, Jumat, 9 Agustus 2019. Menurut dia, realisasi PDB sepanjang triwulan II 2019 memang relatif sama dengan triwulan I 2019.

Perry menyebut angka defisit US$ 8,4 miliar masih sesuai dengan yang diperkirakan oleh BI. Meski begitu, BI sebelumnya memprediksi persentase CAD terhadap PDB di triwulan II 2019 ini hanya sekitar 2,9 persen saja. Tapi, ternyata defisit tembus 3 persen.

Dari data terakhir, pertumbuhan PDB atau ekonomi secara nasional memang tercatat lebih rendah, seperti yang disampaikan oleh Perry. Senin, 5 Agustus 2019, Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat pertumbuhan ekonomi triwulan II 2019 hanya sebesar 5,05 persen. Angka ini lebih rendah dari pertumbuhan triwulan I 2019 yang sebesar 5,07 persen dan triwulan II 2019 yang sebesar 5,27 persen.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan perekonomian Indonesia pada triwulan II sejalan dengan kondisi ekonomi global juga menunjukkan perlambatan. Berdasarkan data yang dihimpun BPS, ekonomi mitra dagang Indonesia, seperti Cina, Amerika Serikat, Singapura, dan Korea Selatan mengalami pertumbuhan lebih lambat ketimbang periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Advertising
Advertising

Meski demikian, angka terbesar sudah pernah terjadi pada triwulan III 2018. Saat itu, defisit transaksi berjalan mencapai US$ 8,8 miliar atau 3,37 persen, melampaui batas aman. Defisit ini juga menjadi yang terbesar di era pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah pernah menyampaikan defisit transaksi berjalan menjadi hambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sebab, Indonesia masih mengandalkan barang komoditas untuk aktivitas ekspor, sehingga ketika harga komoditas turun, ekspor ikut turun.

"Beberapa hal memang masih menjadi tantangan itu defisit karena memang Indonesia masih sangat mengandalkan harga komoditas, sehingga harga komoditas turun, ekspor ikut turun. Ini yang men-down grade kita," kata Nanang saat acara acara Bank OCBC NISP Coffee Morning Talk bertema Meningkatkan Iklim Investasi Keuangan di Indonesia, di Jakarta Pusat, Senin, 15 Juli 2019.

Berita terkait

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

15 jam lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

1 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

1 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

2 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

2 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

2 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

3 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

4 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

5 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

6 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya