TEMPO Interaktif, Jakarta:Masyarakat berpenghasilan tinggi ternyata meminati bisnis kompleks pemakaman. Indikasinya bisnis kompleks pemakaman milik PT Lippo Karawaci Tbk. yang diluncurkan pada awal 2007 sudah banjir pemesanan sebanyak 10 ribu unit atau hampir 80 persen dari total lahan yang ditawarkan. "Awalnya agak susah karena maksud tim pemasaran disalahartikan," ujar Pejabat Hubungan Massa Lippo Karawaci Jeanny Wullur di Jakarta, Selasa (16/4). Kini di atas lahan pengembangan tahap pertama seluas 25 hektare telah diisi 220 unit makam.Dia menjelaskan konsep penjualan yang digunakan, yakni pre need (dibeli sebelum meninggal) dan at need (ketika meninggal). "Harga per unit Rp 4,5-6 juta," kata dia. Namun, untuk konsumen yang menghendaki pembuatan kompleks pemakaman di area itu, Lippo menjual dengan harga per meter persegi. "Untuk yang termahal, sudah ada keluarga yang membeli 200 meter seharga Rp 4 miliar," ungkapnyaUntuk penguburan dan upacara penguburan, konsumen dikenakan biaya tambahan sebesar Rp 8 juta. "Tidak perlu bayar perawatan dan tidak perlu diperpanjang," ujarnya. Jeanny menambahkan hal ini merupakan bagian dari Corporate Sosial Responsibility Lippo Karawaci.Namun, dia melanjutkan, satu unit makam hanya boleh digunakan untuk satu orang. "Konstruksinya kami buat dinding beton untuk mempertahankan landscape yang berbukit," paparnya.Produk properti baru berupa makam itu diberi nama SanDiego Hills Memorial Park (SDH). Luas total kompleks pemakaman Lippo yang dikombinasikan dengan fasilitas rekreasi untuk keluarga, di daerah Karawang Barat, Jawa Barat ini mencapai 500 hektare, dengan nilai proyek Rp 10 triliun. Konsepnya memadukan budaya barat dan timur. "Sehingga orang tidak ngeri ke makam," kata Jeany.Pembangunan proyek tersebut telah dimulai sejak pertengahan 2006 dan diperkirakan selesai dan terjual seluruhnya pada 2013, dengan perkiraan mampu menyediakan sebanyak 1,2 juta lubang makam.Lippo menargetkan pangsa pasarnya pada masyarakat sekitar Bandung dan Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, dan Bekasi (Jabodetabek) yang diyakini memiliki pangsa besar. Data menyebutkan di Jakarta saja, tingkat kematian warganya paling sedikit 110 orang per hari.l Rieka Rahadiana