Dua pramugari maskapai Citilink Indonesia dengan menggunakan seragam baru sebelum mengikuti penerbangan perdana seragam baru Citilink Indonesia rute Jakarta-Surabaya di Bandara Internsional Soekarno-Hatta, Tangerang, 14 Mei 2018. Dua seragam baru ini resmi dikenakan pada seluruh penerbangan Citilink. ANTARA/Aprillio Akbar.
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perhubungan menemukan indikasi adanya pergeseran pola pergerakan penumpang akibat mahalnya tiket pesawat. Penumpang banyak yang beralih dari angkutan udara ke angkutan laut.
Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan, Djoko Sasono, menemukan indikasi tersebut dan akan mengantisipasi dengan meminta PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) (Pelni) untuk menyiapkan antisipasi.
"Ada indikasi, kita melihat harus dikumpulkan datanya setelah pelaksanaan angkutan lebaran baerapa shifting ke laut. Antisipasinya ada limpahan penumpang kira-kira Pelni ada hal apa yang disikapi dengan kebijakan kita," katanya, Kamis, 25 April 2019.
Dia meminta ada pilihan-pilihan pengaturan agar tidak terjadi kelebihan kapasitas atau kekurangan kapasitas di pelabuhan-pelabuhan tertentu.
Terkait dengan harga tiket pesawat, saat ini Menteri Perhubungan masih melakukan koordinasi secara maraton dengan para maskapai untuk menemukan solusi terbaik.
"Yang terbaik akan kami rumuskan. Saya enggak bisa berspekulasi. Pada intinya tarif batas atas (TBA) tidak melanggar aturan," ungkapnya.
Dengan 1 liter bahan bakar mampu menempuh jarak 31 kilometer. dipadukan dengan tenaga elektrik, jadi semakin irit. Keluarga juga nyaman karena di atap terdapat Panoramic Glass Roof with Power Sunshade.