Kuartal I, Garuda Bukukan Laba Bersih USD 19,7 Juta
Reporter
Muhammad Hendartyo
Editor
Rahma Tri
Kamis, 18 April 2019 17:46 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Garuda Indonesia Group mencatatkan kinerja positif berkelanjutan selama kuartal I 2019. Direktur Keuangan Garuda Indonesia Fuad Rizal mengatakan, pada periode itu Garuda Indonesia membukukan laba bersih sebesar US$ 19,7 juta.
Baca juga: Menhub: Baru Dua Grup Maskapai yang Turunkan Harga Tiket Pesawat
Angka itu, kata Fuad, tumbuh signifikan dibandingkan kerugian US$ 64,3 juta yang dialami perseroan pada kuartal I 2018. "Pertumbuhan laba tersebut sejalan dengan peningkatan pendapatan usaha perseroan yang tumbuh sebesar 11,9 persen menjadi US$ 1,09 miliar," kata Fuad dalam keterangan tertulis, Kamis, 18 April 2019.
Fuad mengatakan kinerja positif tersebut turut ditunjang oleh lini pendapatan layanan penerbangan berjadwal sebesar US$ 924,9 juta, yang tumbuh sebesar 11,6 persen dibandingkan periode yang sama di kuartal I 2018. Selain itu, kata dia, perseroan juga mencatatkan pertumbuhan signifikan pada kinerja ancillary revenue dan pendapatan anak usaha lainnya sebesar 27,5 persen dengan pendapatan mencapai US$ 171,8 juta.
Menurut Fuad, catatan kinerja positif yang berhasil dicapai BUMN ini di Kuartal I 2019, tidak terlepas dari komitmen bersama seluruh lini usaha Garuda Indonesia Group dalam menciptakan sinergi dan terus melakukan perbaikan business process, namun tetap mengutamakan keamanan.
“Selain itu, peningkatan kinerja perseroan turut didukung oleh program efisiensi dan efektiveness yang berkelanjutan, optimalisasi aspek cost structure, capacity adjustment pada produksi sesuai demand sehingga konsumsi fuel menjadi lebih terukur dan beban fuel expense juga dapat ditekan," kata dia.
Fuad mengatakan Garuda Indonesia Group juga melakukan upaya renegosiasi biaya leasing armada secara berkelanjutan yang berhasil menekan biaya leasing pesawat hingga 30 persen atau setara US$ 60 juta.
<!--more-->
Sebelumnya, Garuda Indonesia menjadi sorotan oleh calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto. Mengutip studi Bloomberg, Prabowo mengatakan maskapai penerbangan pelat merah itu perlu okupansi 120 persen agar meraup untung.
Angka itu jauh bila dibandingkan maskapai asal Jepang ANA yang hanya butuh 60 persen untuk untung. "Garuda tidak bisa untung-untung kalau begini terus pengelolaannya, jadi mau bikin holding, holding, holding, yang sekarang saja tidak dikelola dengan baik," ujar Prabowo dalam debat di Hotel Sultan, Sabtu 13 April 2019.
Hal itu langsung dibantah Vice President Corporate Secretary Garuda Indonesia Ikhsan Rosan. Ia mengatakan selama ini belum ada airline yang bisa memiliki okupansi sampai 100 persen.
Baca juga: Benarkah Kondisi Garuda Seperti yang Disebut Prabowo?
Paling banyak, kata Ikhsan, okupansi maskapai paling mungkin bisa diperoleh sebanyak 95 persen. "Rata-rata tidak ada airline yang bisa sampai 100 persen okupansinya. Yang terbaik mungkin 78-80 persen saat ini seperti Singapore Airlines," kata Ikhsan ketika dihubungi Tempo, Ahad 14 April 2019.
HENDARTYO HANGGI | DIAS PRASONGKO