Tiga Kritik Kontroversial Prabowo di Kampanye Akbar
Reporter
Caesar Akbar
Editor
Dewi Rina Cahyani
Selasa, 9 April 2019 07:24 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Calon presiden nomor urut Prabowo Subianto terus melontarkan kritik soal kondisi perekonomian Indonesia. Teranyar, ia menyampaikan kritik tersebut dalam kampanye akbar di Gelora Bung Karno, Jakarta Selatan, Ahad, 7 April 2019. Di hadapan pendukungnya, Prabowo menyampaikan setidaknya tiga pernyataan kontroversial terkait perekonomian Tanah Air.
Baca: Prabowo Kritik Pertumbuhan Ekonomi, Luhut: Kok Kasar Gitu
1. Ibu pertiwi diperkosa
Ungkapan tersebut diucapkan Prabowo untuk menggambarkan situasi perekonomian Tanah Air belakangan ini. Bekas Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassus) itu menyebut negara sedang sakit.
"Ibu pertiwi sedang diperkosa. Kekayaan kita diambil terus, hak rakyat diinjak-injak," ujar Prabowo. Karena itu, ia beranggapan rakyat Indonesia sudah tidak sabar ingin perubagan. Dengan demikian kekayaan Bangsa Indonesia bisa kembali ke tangan rakyat.
Atas pernyataan itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan bantahannya. Menurut dia, kondisi di dalam negeri sedang baik. "Pertumbuhan bagus semua, mulai dari ekonomi dan sebagainya. Jadi kalau ada orang yang bilang negeri kita diperkosa, mungkin diperkosa sama dia," kata Luhut.
Luhut menuturkan, penyataan tersebut tidak tepat. Apalagi jika menilik indikator ekonomi saat ini yang terus membaik. Ia menyebut mengenai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sekitar US$ 1,1 triliun dan inflasi yang berada di kisaran 3 persen sebagai salah satu bukti bahwa Indonesia dalam kondisi yang baik.
Tak hanya soal pertumbuhan ekonomi, Luhut juga menyebut tingkat kemiskinan yang sempat menurun di angka satu digit di bawah 10 persen. Bahkan dia juga menyinggung mengenai banyaknya perusahaan start up atau rintisan yang berada di level unicorn dari Indonesia. Hal ini salah satunya karena adanya dukungan dari infrastruktur sehingga mampu mendorong keseimbangan harga.
Walau, ia juga mengakui bahwa pertumbuhan ekonomi nasional memang cenderung menurun sejak 2009. Namun, penurunan ini lebih banyak disebabkan karena adanya penurunan harga komoditas.
<!--more-->
2. Pertumbuhan ekonomi lima persen 'ndasmu
Dalam rapat akbar tersebut, Prabowo juga menyinggung soal pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ia sempat meragukan data pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5 persen. Prabowo menuding pejabat dan elite politik sering menyampaikan pertumbuhan ekonomi yang tak sesuai dengan kenyataan.
Dengan meniru gerak-gerik ala politisi saat berpidato, Prabowo menyindir para 'elite' tersebut. "Ya bapak, ibu, kita sampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi telah mencapai 5 persen," kata Prabowo dengan suara yang dibuat-buat. Tak lama kemudian, Prabowo menimpali ucapannya sendiri, "Lima persen ndasmu!
(kepalamu)."
Menanggapi hal itu, Luhut kembali melontarkan komentar. Dia menyebut pernyataan tersebut sebagai pernyataan yang kasar. Kendati demikian, Luhut tak secara jelas menyebut pihak mana yang mengeluarkan pernyataan itu. "Kalau dibilang "ndasmu" aneh juga, kok kasar gitu. Nggak sesederhana itu ngatur pemerintahan," kata Luhut di acara Coffee Morning yang di gelar di kantornya.
Luhut mengatakan pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen merupakan angka yang cukup bagus apalagi di tengah-tengah kondisi ekonomi global yang tak menentu. "Baik dalam kondisi sekarang, tumbuh 5 persen semua orang bilang bagus, semua orang, bukan hanya kami," katanya. "Kalau dia bilang bukan, bagaimana numbuhinnya?"
<!--more-->
3. Harga listrik
Prabowo mengatakan bakal menurunkan tarif listrik dalam 100 hari pemerintahan apabila ia terpilih menjadi presiden dalam Pemilihan Umum 2019. Ia mengatakan telah mendiskusikan itu dengan ahli ekonomi.
"Saya sudah hitung-hitung dengan ahli ekonomi apakah kita bisa menurunkan harga listrik. Saya tanya apakah tiga tahun? Dua tahun? Satu tahun? Karena hitungan saya minimal satu setengah tahun. Tapi ternyata dia bilang hanya 100 hari," ujar dia.
Lagi-lagi pernyataan itu disanggah oleh Luhut. Menurut dia, tidak mudah untuk bisa menurunkan tarif dasar listrik. Untuk mencapai tujuan tersebut, harus ada perhitungan yang jelas jika seandainya tarif dasar listrik harus diturunkan.
Selain ada perhitungan yang jelas, ia menyampaikan perlunya melihat keseimbangan harga antara produksi dengan kemampuan masyarakat. "Kalau mau turunin, bagaimana harga produksinya? Enggak bisa sesederhana itu. Jangan main harga listrik turunin," kata Luhut.
Apalagi, Luhut melanjutkan, saat ini sumber dan produsen listrik tidak selalu bergantung pada PT Perusahaan Listrik Negara atau PLN (Persero). Sudah banyak sumber energi listrik yang kini mulai banyak digunakan oleh masyarakat seperti di daerah terluar lewat panel surya.
Dengan adanya panel surya itu, Luhut berharap masyarakat tidak lagi hanya bergantung pada PT PLN. Selain itu, dengan adanya panel surya juga bisa mengurangi tingkat harga listrik secara tidak langsung.
CAESAR AKBAR | ANDITA RAHMA | DIAS PRASONGKO