AS dan Cina Melambat, Faisal Basri Sebut Ekonomi RI Tetap Tumbuh
Reporter
Francisca Christy Rosana
Editor
Dewi Rina Cahyani
Rabu, 27 Maret 2019 19:47 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi tak akan terjerembab di tengah tekanan global. Ekonom Faisal Basri mengatakan Indonesia aman kendati terjadi perlambatan laju pertumbuhan ekonomi di negara tujuan ekspor terbesar Indonesia seperti Amerika Serikat dan Cina.
Baca: Sri Mulyani: AS dan Cina Melambat, Banjir Capital Inflow ke RI
"Tekanan akan cukup berat. Tapi Indonesia tahun ini masih bisa tumbuh," ujar Faisal dalam diskusi bertajuk Ekonomi Dunia Melambat, Bagaimana Nasib Ekspor Kita di Hotel Millenium, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu sore, 27 Maret 2019.
Faisal memprediksi, sampai akhir 2019, pertumbuhan ekonomi berada di kisaran 4,9-5 persen. Meski ekonomi dunia melemah, prakiraan produksi komoditas ekspor Indonesia tidak mengalami penurunan signifikan.
Ia mencontohkan, sejumlah industri, seperti tekstil, justru mengalami perbaikan. Indonesia dinilai masih kuat memproduksi kain non-katun, mislanya yang berbahan polyester dan rajut.
Adapun industri manufaktur yang masih berpeluang adalah otomotif. "Lalu kalau yang sustainable itu pariwisata," katanya. Faisal menyebut produksi yang akan melemah hanya batu bara.
Bank Dunia atau World Bank pada awal tahun ini memperkirakan perekonomian global hanya bertumbuh 2,9 persen. Proyeksi laju pertumbuhan ini melambat ketimbang tahun sebelumnya. Tahun lalu, pertumbuhan ekonomi global 3,7 persen. Pertumbuhan di negara-negara maju terkoreksi menjadi 2,9 persen karena aktivitas perdagangan melemah. Sementara itu, manfaktur turut berada di sentimen negatif.
Deputi Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia IGP Wira Kusuma menilai, situasi ini berkebalikan dengan kondisi pada tahun sebelumnya. Pada 2018, pertumbuhan ekonomi global berada di angka 3,7 persen, ditandai dengan menguatnya laju pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat. Di waktu yang berbarengan, pasar keuangan global diterpa ketidakpastian. Penyebabnya, bank sentral Amerika Serikat (AS) menaikkan empat kali suku bunga acuan atau Fed Fund Rate (FFR).
Dampaknya, pada tahun ini, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat juga diprediksi melambat menjadi 2,5 persen ketimbang tahun lalu 2,9 persen. Sedangkan Cina melambat menjadi 6,2 persen dari 6,9 persen. ASEAN sendiri melambat 5,2 persen tahun ini dari tahun sebelumnya 5,3 persen.