Perry Warjiyo: Sejak 2018 Dunia Tak Ramah, Termasuk ke Indonesia
Reporter
Muhammad Hendartyo
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Rabu, 27 Maret 2019 12:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan sejak 2018, dunia tidak ramah, termasuk kepada Indonesia. "Bahkan semakin menjadi-jadi sejak saya jadi Gubernur," kata Perry di Gedung BI, Jakarta, Rabu, 27 Maret 2019.
Baca: BI Prediksi Inflasi Maret Capai 0,1 Persen, Ini Alasannya
Perry mengatakan, ketidakramahan itu dalam bentuk kenaikan suku bunga Amerika Serikat yang lebih cepat dan tinggi. Selanjutnya, kata dia, ada ketegangan dari AS terhadap sejumlah negara, khususnya Cina. Sehingga, menurut dia, hal itu membuat pertumbuhan ekonomi dunia melambat, turunnya harga komoditas, dan Brexit.
Juga, kata dia, aliran modal asing keluar dari negara berkembang termasuk Indonesia. Menurut Perry, hal itu membuat dolar AS menguat terhadap seluruh mata uang dunia, termasuk rupiah. "Ketegangan silih berganti menghantam. Termasuk negara emerging market, banyak yang tidak tahan, seperti Turki dan Argentina masuk krisis ekonomi dan finansial."
Perry Warjiyo mengatakan, Indonesia patut bersyukur, karena ekonomi Indonesia pada 2018 cukup baik. "Stabilitas bisa kita pulihkan, inflasi terkendali, nilai tukar dapat dikendalikan, stabil, bahkan menguat di sekitar 14.100 - 14.200," ujarnya.
Menurut dia, stabilitas ekonomi yang terjaga itu, berefek dalam mengendalikan defisit transaksi berjalan, stabilitas ketahanan pangan dan membuktikan ketahanan terhadap tekanan global. "Pertumbuhan bisa dijaga momentumnya terus meningkat, 5,17 persen di tengah negara lain alami resesi, ini capaian cukup baik," ujarnya.
Hal itu Perry Warjiyo sampaikan dalam peluncuran buku Laporan Perekonomian Indonesia (LPI) tahun 2018. Ia juga mengatakan sinergi merupakan kunci utama menghadapi berbagai tantangan guna meningkatkan kinerja perekonomian nasional di 2019. Dia mengatakan prospek ekonomi Indonesia tahun 2019 diprakirakan tetap baik, di tengah perekonomian global yang belum kondusif.
Baca: Gubernur BI: Impor Melonjak karena Lupa Produksi di Dalam Negeri
"Hal tersebut ditopang semakin solidnya sinergi kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia, Pemerintah, OJK, dan otoritas terkait dalam satu bauran kebijakan ekonomi yang saling memperkuat termasuk sinergi kebijakan reformasi struktural," kata Perry Warjiyo.