Sri Mulyani: AS dan Cina Melambat, Banjir Capital Inflow ke RI

Selasa, 26 Maret 2019 13:40 WIB

Sri Mulyani. Indrawati. Instagram.com/@smindrawati

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pelemahan ekonomi di Amerika Serikat dan Cina bisa memberi peluang bagi perekonomian Indonesia. Kendati resesi yang terjadi pada dua negara adi daya itu tentu akan memengaruhi lingkungan global.

Baca: Jokowi Beberkan Strategi agar RI Keluar dari Middle Income Trap

"Tapi di sisi lain kita bisa lihat opportunity-nya, kesempatannya adalah bahwa capital itu masih ada, abandoned. Dan mereka akan mencari tempat yang pertumbuhannya masih tinggi dan kuat," ujar Sri Mulyani selepas menghadiri acara Rapat Pimpinan Nasional Badan Narkotika Nasional di Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa, 26 Maret 2019.

Mengutip prediksi World Bank, pertumbuhan ekonomi dunia diprediksi akan turun dari 3 persen menjadi 2,9 persen pada tahun ini. Sedangkan pertumbuhan ekonomi AS juga diprediksi akan turun dari 2,9 persen menjadi hanya 2,5 persen untuk tahun ini.

Dengan pertumbuhan ekonomi Tanah Air yang mencapai di atas 5 persen dan cukup stabil, Sri Mulyani menyebut Indonesia bisa menjadi salah satu pilihan bagi modal untuk masuk. Selanjutnya, apabila Indonesia terus berbenah untuk memperbaiki iklim investasi, kebijakan, dan stabilitas kondisi ekonomi makro, ia yakin peluang masuknya arus modal ke dalam negeri menjadi semakin terbuka.

Advertising
Advertising

"Kita kan sudah lihat sekarang ini hanya dalam waktu dua bulan terakhir ini masuknya capital inflow meningkat luar biasa besar," ujar Sri Mulyani. Kondisi tersebut sangat berbeda dengan tahun lalu ketika suku bunga acuan The Fed terus naik. Kala itu, yang terjadi adalah arus modal keluar secara besar-besaran.

Namun, dengan kondisi suku bunga acuan yang tengah stagnan dan adanya prediksi pelemahan ekonomi di AS, Sri Mulyani melihat modal akan mencari tempat yang lebih atraktif. "Kita bisa menjadi tempat yang baik."

Di samping itu, untuk menghadapi pelemahan perekonomian di negara adi daya, Sri Mulyani mengatakan strategi yang mesti dilakukan saat ini adalah memperkuat faktor dalam negeri Indonesia. Karena itu, menurut dia, seluruh instrumen, seperti fiskal, belanja negara, hingga perpajakan, mesti digunakan untuk mendorong investasi berjalan baik.

Sri Mulyani melihat momentum pertumbuhan hingga akhir tahun 2018 masih cukup baik. "Capital market cukup bullish dan capital spending mulai meningkat," ujarnya. Didukung rampungnya beberapa infrastruktur, ia berharap adanya akselerasi belanja modal menjadi lebih efisien.

Selanjutnya, Sri Mulyani mengatakan perlunya stabilisasi harga dan pasokan guna menjaga daya beli masyarakat. Sehingga, konsumsi nantinya akan lebih bagus. "Sedangkan dari konsumsi APBN defisit akan dipakai untuk menstimulasi."

Baca: Cerita Sri Mulyani Tegur Pemerintah Daerah yang Hobi ke Jakarta

Terakhir, Sri Mulyani menggarisbawahi kinerja ekspor Indonesia. Menurut dia, meski perekonomian global melemah, bisa jadi dari sisi regional kondisinya berbeda. Sehingga ia akan melihat peluang ekspor itu dari beberapa negara.

Berita terkait

Sri Mulyani dan Presiden ADB Bahas Mekanisme Transisi Energi: Kita Mulai Bicara yang Konkret

1 jam lalu

Sri Mulyani dan Presiden ADB Bahas Mekanisme Transisi Energi: Kita Mulai Bicara yang Konkret

Sri Mulyani Indrawati dan Presiden ADB Masatsugu Asakawa membahas lebih lanjut program Mekanisme Transisi Energi (ETM) ADB untuk Indonesia.

Baca Selengkapnya

Microsoft Investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, Bagaimana dengan di Indonesia?

1 jam lalu

Microsoft Investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, Bagaimana dengan di Indonesia?

Microsoft siap investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, bagaimana dengan rencana investasinya di Indonesia?

Baca Selengkapnya

Kejati Bali Buka Peluang Kembangkan Kasus Pemerasan Bendesa Adat ke Investor Lain

2 jam lalu

Kejati Bali Buka Peluang Kembangkan Kasus Pemerasan Bendesa Adat ke Investor Lain

Kejaksaan Tinggi membuka peluang mengembangkan kasus dugaan pemerasan Bendesa Adat di Bali.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

13 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

17 jam lalu

LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

Perayaan bulan suci Ramadan dan hari raya Idul Fitri juga dapat memacu pertumbuhan ekonomi domestik lebih lanjut.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

18 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

18 jam lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

19 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Waspadai Dampak Kenaikan BI Rate terhadap APBN

21 jam lalu

Sri Mulyani Waspadai Dampak Kenaikan BI Rate terhadap APBN

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan ada dampak kenaikan BI Rate ke level 6,25 persen terhadap APBN, terutama penerimaan pajak.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

23 jam lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya