RI dan Malaysia Layangkan Protes Soal Sawit ke Uni Eropa April

Senin, 18 Maret 2019 20:03 WIB

Perumahan Orang Rimba berada di tengah perkebunan kelapa sawit warga, Tabir, Merangin, Jambi, Selasa, 20 November 2018. Perumahan senilai Rp 25 juta per unit tersebut telah ditempati oleh puluhan kepala keluarga (KK) Orang Rimba setempat sejak awal 2018 dengan cara membeli secara tunai dan cicil kepada seorang warga pemilik kebun yang sekaligus menjadi penampung hewan buruan Orang Rimba tersebut. ANTARA/Wahdi Septiawan.

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyampaikan bahwa Indonesia dan Malaysia sepakat untuk mengirimkan delegasi masing-masing demi memprotes aturan terbaru Uni Eropa mengenai minyak kelapa sawit. Dalam rancangan aturan European Union's Delegation Act tersebut, minyak kelapa sawit akan dilarang menjadi bahan bakar biofuel pada 2030.

BACA: Jika UE Larang Sawit untuk Biofuel, Apa Langkah Pemerintah?

"Nanti 7 April, siapa yang mau ditemui, ya itu Parlemen Eropa," kata Darmin dalam konferensi pers usai rapat koordinasi bersama Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) dan Kementerian Perdagangan di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Senin, 18 Maret 2019.

Rancangan aturan itu memang baru akan diajukan oleh Komisi Eropa ke badan yang lebih tinggi yaitu Parlemen Uni Eropa, paling lambat dua bulan lagi. Tapi, kata Darmin, kemungkinan untuk dibahas dan disetujui oleh Parlemen Uni Eropa bisa lebih cepat lagi. Sehingga, Indonesia dan Malaysia, dua negara produsen pun bergegas mengirimkan delegasi mereka ke Uni Eropa.

Beberapa poin negosiasi akan disampaikan delegasi ini. Pertama yaitu larangan minyak kelapa sawit alias Crude Palm Oil (CPO) menjadi bahan biofuel ini sangat diskriminatif. Sebab, larangan ini sedari awal diarahkan untuk CPO saja, tidak untuk produk minyak nabati lainnya. "Sebetulnya sudah sejak lama disampaikan ke Uni Eropa, cuma selama ini artinya posisinya belum resmi," ujar Darmin.

Kedua yaitu hubungan sawit dengan Sustainable Development Goals (SDGs) alias Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang banyak dipromosikan oleh negara-negara Uni Eropa. Menurut Darmin, poin pertama dari SDGs adalah pengentasan kemiskinan. Nah, Indonesia dan Malaysia bakal menyampaikan bahwa sawit di kedua negara merupakan salah satu sumber mata pencarian dan sumber pengentasan kemiskinan bagi jutaan petani.

Advertising
Advertising

Ketiga yaitu upaya perbaikan penanaman sawit yang sudah dilakukan beberapa tahun terakhir. Berbagai upaya, kata Darmin, telah dilakukan agar sawit Indonesia bisa dikembangkan secara berkelanjutan, mulai dari replanting kelapa sawit, PPTKH alias percepatan penyelesaian tanah dalam kawasan hutan, hingga moratorium izin lahan sawit.

Sebelumnya Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Vincent Guerend sudah menegaskan bahwa Uni Eropa sama sekali tidak akan bertindak diskriminatif, terutama terhadap sawit Indonesia. Selama ini, standar perkebunan keberlanjutan juga diberlakukan pada sumber bahan biofuel lainnya sepert jagung, hingga kedelai. "Jadi tidak hanya sawit saja," ujarnya, 15 Juni 2018.

Berita terkait

Airlangga Klaim Amerika Dukung Penundaan UU Anti Deforestasi Uni Eropa

1 hari lalu

Airlangga Klaim Amerika Dukung Penundaan UU Anti Deforestasi Uni Eropa

Amerika Serikat diklaim mendukung penundaan kebijakan UU Anti Deforestasi Uni Eropa yang dianggap merugikan sawit Indonesia.

Baca Selengkapnya

Airlangga Sebut Penyerapan Dana Peremajaan Sawit Rakyat di Bawah 30 Persen

31 hari lalu

Airlangga Sebut Penyerapan Dana Peremajaan Sawit Rakyat di Bawah 30 Persen

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan Penyerapan Dana Peremajaan Sawit atau PSR masih rendah.

Baca Selengkapnya

Polemik Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan, Ini Penjelasan Menteri Airlangga

31 hari lalu

Polemik Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan, Ini Penjelasan Menteri Airlangga

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan alasan pemerintah memutihkan lahan sawit ilegal di kawasan hutan.

Baca Selengkapnya

365 Perusahaan Ajukan Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan

31 hari lalu

365 Perusahaan Ajukan Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan

Ratusan perusahaan pemilik lahan sawit ilegal di kawasan hutan mengajukan pemutihan.

Baca Selengkapnya

Pemutihan Lahan Sawit Ilegal Dipercepat, Target Rampung 30 September 2024

31 hari lalu

Pemutihan Lahan Sawit Ilegal Dipercepat, Target Rampung 30 September 2024

Pemerintah mempercepat program pemutihan lahan sawit ilegal di kawasan hutan. Ditargetkan selesai 30 September 2024.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Naikkan Dana Peremajaan Sawit Rakyat Menjadi Rp 60 Juta

31 hari lalu

Pemerintah Naikkan Dana Peremajaan Sawit Rakyat Menjadi Rp 60 Juta

Pemerintah naikkan dana peremajaan sawit rakyat menjadi Rp 60 juta. Berlaku mulai Mei tahun ini.

Baca Selengkapnya

Pakar Sawit IPB University Sampaikan Rekomendasi terkait Regulasi EUDR yang Mempersulit Ekspor 7 Komoditas

31 hari lalu

Pakar Sawit IPB University Sampaikan Rekomendasi terkait Regulasi EUDR yang Mempersulit Ekspor 7 Komoditas

Regulasi EUDR juga mempengaruhi penggunaan suplemen pakan ternak yang terbuat dari sawit.

Baca Selengkapnya

PT Timah Bantah Mitranya Garap Lahan Perusahaan Sawit Malaysia

35 hari lalu

PT Timah Bantah Mitranya Garap Lahan Perusahaan Sawit Malaysia

CV El Hana Mulia dalam melaksanakan aktivitasnya tetap berada di kawasan wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT Timah.

Baca Selengkapnya

Mungkinkah Minyak Makan Merah Beri Ancaman Deforestasi Baru? Peneliti BRIN: Belum Tentu Semua Suka

37 hari lalu

Mungkinkah Minyak Makan Merah Beri Ancaman Deforestasi Baru? Peneliti BRIN: Belum Tentu Semua Suka

Minyak makan merah lebih murah dan bernutrisi. Pabrik pertama telah diresmikan Presiden Joko Widodo di Deli Serdang, 14 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Menteri Teten Pamer Kelebihan Minyak Makan Merah di DPR: Murah hingga Dipuji Chef Juna

40 hari lalu

Menteri Teten Pamer Kelebihan Minyak Makan Merah di DPR: Murah hingga Dipuji Chef Juna

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki yakin minyak makan merah atau M3 bakal laku di pasaran sebagai alternatif minyak kelapa sawit.

Baca Selengkapnya