Awal Tahun Pemerintah Genjot Penerbitan Surat Utang Karena Ini

Kamis, 28 Februari 2019 18:48 WIB

Direktur Jenderal Pengelolaan dan Pembiayaan Risiko Kementerian Keuanan Luky Alfirman saat meluncurkan surat utang berharga negara (SBN) syariah seri Sukuk Tabungn ST-003 di Restoran Bunga Rampai, Jakarta Pusat, Jumat 1 Februari 2019. TEMPO/Dias Prasongko

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah menjalankan strategi pembiayaan anggaran dengan meningkatkan volume penerbitan surat utang di awal 2019.

Per akhir Januari 2019, pemerintah telah merealisasikan penerbitan SBN neto senilai Rp 119,537 triliun. Nilai tersebut sudah mencapai 30,73 persen dari total penerbitan SBN neto yang ditargetkan dalam APBN 2019.

Simak: Mayoritas Investor Surat Utang ST - 003 Adalah Generasi Milenial

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan pemerintah tetap menjaga penerbitan surat utang sesuai dengan amanat Undang Undang.

Advertising
Advertising

Dengan proyeksi defisit anggaran sebesar 1,84 persen PDB di sepanjang 2019, terdapat kebutuhan pembiayaan untuk menutup defisit anggaran sekitar Rp296 triliun.

"Itu berarti kita akan menerbitkan surat berharga sebesar itu, plus, menerbitkan juga untuk rollover utang jatuh tempo. Dan dari profil utang sebelumnya, nilai jatuh temponya cukup besar," ujarnya di Jakarta, Kamis 28 Februari 2019.

Sri Mulyani menyampaikan akan terus menyeimbangkan komposisi penerbitan surat berharga negara dalam denominasi Rupiah maupun valas sesuai kebutuhan pembiayaan sepanjang tahun ini.

"Jadi artinya, penerbitan SBN kita lakukan sesuai dengan kebutuhan. Saya menerbitkan surat utang bukan karena hobi, tapi karena itu adalah amanat Undang Undang," ujarnya.

Sri Mulyani turut mengungkapkan penerbitan surat utang dalam denominasi valas yang gencar dilakukan sejak kuartal akhir tahun lalu berhasil meningkatkan arus modal masuk. Dampaknya arus modal ini meredam tekanan terhadap nilai tukar Rupiah.

"Pak Gubernur BI yang dulu juga bilang bahkan bu segera issue dong dalam denominasi luar. Jadi itu bersama, meski seolah saya yang ngeluarin utang, tapi itu kami lakukan juga demi mengelola stabilitas ekonomi bersama," ujarnya.

Meski demikian, kenaikan suku bunga yang terjadi di sepanjang tahun lalu disebutnya turut mempengaruhi pembentukan yield relatif tinggi. Dengan demikian, tingginya yield surat berharga negara juga akan membuat beban pembayaran bunga lebih tinggi.

"Memang kita tidak bisa tidak terimbas oleh kenaikan suku bunga BI, saat itu inflow sangat rendah dan mengering, sementara suku bunga BI naik. Dan kami harus tetap melakukan auction, itu tidak terhindarkan," ujarnya.

Dia mengatakan juga sudah memerintahkan kepada Direktorat Jenderal Pajak untuk melakukan penyesuaian perpajakan pada berbagai instrumen investasi. Hal itu juga dilakukan untuk memitigasi resiko perebutan dana (crowding out) dengan sektor keuangan dalam menyerap likuiditas.

Seperti diketahui, tarif pajak yang dikenakan terhadap bunga deposito terbilang lebih tinggi bila dibanding instrumen surat utang obligasi. Bunga obligasi terkena pajaknya sebesar 15 persen, sedangkan deposito berjangka sebesar 20 persen.

"Seperti mengenai tax dan berbagai perbandingan dengan instrumen lain, saya sudah meminta Direktorat Jenderal Pajak untuk melihat seluruh instrumen itu agar dalam setiap instrumen berjalan level playing field yang comparable," ujarnya.

Berita terkait

CIMB Niaga Dorong Masyarakat Giat Investasi dengan Dana Mulai Rp 10 Ribu

37 hari lalu

CIMB Niaga Dorong Masyarakat Giat Investasi dengan Dana Mulai Rp 10 Ribu

CIMB Niaga mendorong masyarakat untuk giat berinvestasi, salah satunya dengan menempatkan dana dengan nominal paling terjangkau mulai dari Rp 10 ribu.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Raup Rp 22 Triliun dalam Lelang Surat Utang Negara

38 hari lalu

Pemerintah Raup Rp 22 Triliun dalam Lelang Surat Utang Negara

Pemerintah meraup Rp 22,6 triliun melalui lelang Surat Utang Negara pada Selasa, 26 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Lelang Surat Utang Negara Rp 24 T, Peminat Nyaris Tiga Kali

27 Februari 2024

Pemerintah Lelang Surat Utang Negara Rp 24 T, Peminat Nyaris Tiga Kali

Total minat lelang Surat Utang Negara pada 27 Februari 2024 mencapai Rp 61,04 triliun. Minat investor meningkat dibandingkan lelang sebelumnya yang hanya Rp 52,63 triliun.

Baca Selengkapnya

Hari Ini Pemerintah Luncurkan SUN dengan Target Rp24 Triliun, Utang Bulan Lalu Bertambah Rp107,56 Triliun

27 Februari 2024

Hari Ini Pemerintah Luncurkan SUN dengan Target Rp24 Triliun, Utang Bulan Lalu Bertambah Rp107,56 Triliun

Pemerintah hari ini, Selasa, 27 Februari 2024, meluncurkan lelang Surat Utang Negara (SUN) dan menetapkan target indikatif sebesar Rp24 triliun.

Baca Selengkapnya

BRI Tawarkan ORI025, Pilihan Aman Bagi Investor Lama dan Pemula

3 Februari 2024

BRI Tawarkan ORI025, Pilihan Aman Bagi Investor Lama dan Pemula

ORI025 menggunakan jenis kupon tetap atau fixed rate

Baca Selengkapnya

DBS Ungkap Peluang Investasi Kuartal I 2024, Obligasi Sangat Menjanjikan

24 Januari 2024

DBS Ungkap Peluang Investasi Kuartal I 2024, Obligasi Sangat Menjanjikan

DBS Group Research memproyeksikan investasi aset-aset yang berisiko lebih menjanjikan. Obligasi korporasi dengan peringkat A atau BBB yang terbaik.

Baca Selengkapnya

Pekan Ketiga Januari, BI Catat Modal asing Masuk ke Indonesia Rp 7,66 Triliun

20 Januari 2024

Pekan Ketiga Januari, BI Catat Modal asing Masuk ke Indonesia Rp 7,66 Triliun

BI mencatat aliran modal asing yang masuk bersih ke pasar keuangan domestik selama periode 15 hingga 18 Januari 2024 mencapai Rp 7,66 triliun.

Baca Selengkapnya

Tertinggi Setelah Vietnam, Pasar Saham RI Menguat 2,71 Persen pada Desember 2023

9 Januari 2024

Tertinggi Setelah Vietnam, Pasar Saham RI Menguat 2,71 Persen pada Desember 2023

OJK optimistis industri pasar modal Indonesia masih tumbuh luas untuk semakin memberikan kontribusi optimal bagi perekonomian nasional.

Baca Selengkapnya

Dana Pihak Ketiga Perbankan Rendah, Ekonom Sebut Milenial Lebih Suka Simpan Duit di Saham

29 Desember 2023

Dana Pihak Ketiga Perbankan Rendah, Ekonom Sebut Milenial Lebih Suka Simpan Duit di Saham

Ekonom senior Indef Aviliani mengatakan pertumbuhan dana pihak ketiga perbankan hanya 4 persen.

Baca Selengkapnya

Kreditur Obligasi Waskita Karya Belum Setuju Skema Restrukturisasi, Ini Kata Stafsus Erick Thohir

19 Desember 2023

Kreditur Obligasi Waskita Karya Belum Setuju Skema Restrukturisasi, Ini Kata Stafsus Erick Thohir

Stafsus Erick Thohir menanggapi kreditur obligasi Waskita Karya yang belum menyetujui skema restrukturisasi.

Baca Selengkapnya