BI: Indikator Ekonomi RI Ini yang Dilirik Investor Jepang

Kamis, 31 Januari 2019 08:32 WIB

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Tokyo, Puji Atmoko ketika ditemui di kantornya, Kamis, 31 Januari 2019. TEMPO/RR Ariyani

TEMPO.CO, Tokyo - Kalangan investor Jepang melihat sejumlah indikator perekonomian di Indonesia positif kendati memasuki tahun pemilu presiden atau plipres. Hal tersebut yang membuat para investor tetap tertarik menanamkan modalnya di Indonesia.

Baca juga: Kemenperin Ajak Jepang Investasi di Industri Pembuatan Baterai RI

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Tokyo, Puji Atmoko, mengatakan, organisasi investor Jepang di Indonesia sudah sangat lengkap. "Ada Jetro, JICA, bank-bank besar Jepang di Indonesia, Exim Bank. Mereka sudah tahu persis kondisi di Indonesia," katanya di kantornya, Kamis, 31 Januari 2019.

Selain itu, kata Puji, para investor Jepang itu memiliki jaringan kuat dengan para penanam modal mapan yang sudah lama di Indonesia. "Mereka yang bisa memberikan gambaran riil ekonomi Indonesia seperti apa," tuturnya. "Hasilnya tidak hanya jumlah investor bertambah, tapi ekspansi usaha di Indonesia juga terjadi."

Puji menjelaskan, para investor Jepang sudah memiliki pengalaman beberapa kali menghadapi situasi pemilu Indonesia, baik pilpres maupun pilkada. "Dari kaca mata investor, pemilu pada dasarnya mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam negeri," ucapnya.

Dorongan ke pertumbuhan ekonomi domestik ini, menurut Puji, terlihat dari permintaan konsumsi yang tinggi. "Jadi siapa pun pemenangnya, tidak akan berpengaruh, karena pasar Indonesia sudah matang. Jumlah penduduk besar salah satu sebabnya."

Menurut Puji, setidaknya ada empat indikator ekonomi positif yang dilihat dari investor Jepang di Indonesia. Keempat hal itu adalah: populasi yang besar, pertumbuhan ekonomi di kisaran 5 persen, produktifitas industri makin baik dan iklim investasi yang kondusif.

Puji menyebutkan kalangan investor melirik Indonesia sebagai tujuan penanaman modal di antaranya karena kondisi perekonomian Jepang yang cenderung stagnan. "Pertumbuhan melandai, meskipun size-nya sangat besar, bisa 6 kali lipatnya Indonesia.

Laju inflasi di Jepang selama 1,5 dekade juga tercatat rendah di kisaran 0,7 persen dan bahkan belakangan malah deflasi. "Target inflasi 2 persen tidak pernah tercapai. Tapi pertumbuhan yang lebih tinggi dari infasi masih lebih baik," ucap Puji.

Dengan inflasi rendah dan ditambah dengan kenaikan gaji 1,5 hingga 2 persen per tahun tersebut, kata Puji, daya beli masyarakat Jepang luar biasa tinggi. "Mereka kaya sebelum tua."

Adapun suku bunga simpanan di Jepang selama ini rendah, bahkan angkanya hampir 0 persen. "Artinya agar masyarakat genjot konsumsi, jangan menabung dananya, agar terjadi perputaran ekonomi. Tapi faktanya sulit," ucapnya.

Kondisi inilah, menurut Puji, yang membuka pintu kesempatan menarik lebih banyak investor Jepang untuk menanamkan modalnya di Indonesia. "Karena investasi di luar negeri jauh lebih menguntungkan daripada di Jepang."

Berita terkait

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

1 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Bandara di Jepang Ini Tak Pernah Kehilangan Bagasi Penumpang, Apa Rahasianya?

1 jam lalu

Bandara di Jepang Ini Tak Pernah Kehilangan Bagasi Penumpang, Apa Rahasianya?

Bandara Internasional Kansai Jepang pertama kali dibuka pada 1994, dan diperkirakan melayani 28 juta penumpang per tahun.

Baca Selengkapnya

Jepang Juara Piala Asia U-23 2024 Usai Kalahkan Uzbekistan 1-0

16 jam lalu

Jepang Juara Piala Asia U-23 2024 Usai Kalahkan Uzbekistan 1-0

Timnas U-23 Jepang keluar sebagai juara Piala Asia U-23 2024 setelah mengalahkan Uzbekistan pada partai final. Rekor sempurna Uzbekistan runtuh.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

19 jam lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

21 jam lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Resmi Pensiun, Kento Momota Nikmati Persaingan dengan Anthony Sinisuka Ginting hingga Viktor Axelsen

1 hari lalu

Resmi Pensiun, Kento Momota Nikmati Persaingan dengan Anthony Sinisuka Ginting hingga Viktor Axelsen

Kento Momota ingin membuat lebih banyak orang mencintai bulu tangkis lebih dari dia mencitainya usai resmi pensiun.

Baca Selengkapnya

Duel Jepang vs Uzbekistan di Final Piala Asia U-23 2024, Simak Perjalanan Kedua Tim ke Laga Puncak

1 hari lalu

Duel Jepang vs Uzbekistan di Final Piala Asia U-23 2024, Simak Perjalanan Kedua Tim ke Laga Puncak

Duel Timnas U-23 Jepang vs Uzbekistan akan tersaji pada babak final Piala Asia U-23 2024 di Stadion Jassim Bin Hamad. Bagaimana perjalanan kedua tim?

Baca Selengkapnya

Preview Timnas U-23 Jepang vs Uzbekistan di Final Piala Asia U-23 2024 Malam Ini

1 hari lalu

Preview Timnas U-23 Jepang vs Uzbekistan di Final Piala Asia U-23 2024 Malam Ini

Duel Timnas U-23 Jepang vs Uzbekistan akan tersaji pada babak final Piala Asia U-23 2024 di Stadion Jassim Bin Hamad pada Jumat, 3 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

1 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Arab Saudi Terbitkan Aturan Baru Haji 2024 dan Jepang Kucurkan Bantuan untuk Papua

1 hari lalu

Top 3 Dunia: Arab Saudi Terbitkan Aturan Baru Haji 2024 dan Jepang Kucurkan Bantuan untuk Papua

Top 3 dunia pada 2 Mei 2024, di antaranya pelapor yang menuduh Boeing telah mengabaikan cacat produksi 737 MAX, meninggal.

Baca Selengkapnya