Jaga Inflasi dan Rupiah, BI: Moneter di 2019 akan Pro Stabilitas

Kamis, 3 Januari 2019 06:15 WIB

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan sambutan pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2018 di Jakarta, Selasa, 27 November 2018. ANTARA/Puspa Perwitasari

TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia atau BI Perry Warjiyo menyatakan pihaknya pada tahun ini bakal tetap mengarahkan kebijakan moneter untuk lebih pro stabilitas demi menjaga stabilitas inflasi dan nilai tukar rupiah.

Baca: Alasan BI Tak Naikkan Suku Bunga Acuan Seperti The Fed

Empat instrumen lain yakni makroprudensial, pedalaman pasar keuangan, sistem pembayaran dan ekonomi dan keuangan syariah, kata Perry, akan disetir untuk lebih pro pertumbuhan yang akomodatif.

"Kebijakan yang preemptive dan ahead the curve akan tetap kita tempuh, dan kebijakan moneternya pro-stability, namun pada kesempatan yang sama kebijakan lain, makroprudensial, pendalaman pasar keuangan, sistem pembayaran dan ekonomi keuangan syariah itu akan pro-growth," ucap Perry, Rabu, 2 Januari 2019.

Di sektor makroprudensial, kata Perry, BI akan mengkaji instrumen baru untuk fokus mendorong sektor pariwisata, ekspor dan UMKM. Selain itu, BI akan mendorong perbankan Tanah Air untuk menyalurkan wholesale funding selain retail funding. "Demikian juga pembiayaan, tidak hanya kredit. Tetapi juga pembiayaan obligasi dari korporasi," ucapnya.

Advertising
Advertising

Arah kebijakan bank sentral yang tampak lebih fokus ke arah pro stabilitas dan pro pertumbuhan didasari oleh faktor pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih baik pada 2019.

BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi mengarah kepada titik tengah 5,2 persen dari kisaran sasaran 5-5,4 persen pada tahun ini. Secara keseluruhan lebih tinggi atau lebih baik dibandingkan tahun 2018 yang diperkirakan BI akan berada di kisaran 5,1 persen. "Yang perlu ditegaskan pertumbuhan ekonomi berasal dari sumber pertumbuhan ekonomi domestik yang cukup kuat baik dari konsumsi maupun investasi," kata Perry.

Pertumbuhan konsumsi diyakini masih bisa mencapai 5,2 persen didorong oleh dampak Pemilu 2019, sementara investasi bisa tumbuh sekitar 7 persen. Sayangnya, BI masih melihat adanya permasalahan net eksternal demand atau posisi ekspor yang dikurangi impor yang kemungkinan masih negatif pada 2019.

Kendati demikian, Perry meyakini defisit transaksi berjalan akan turun dibandingkan tahun lalu. "Tahun 2019 sekitar 2,5 persen terhadap PDB," katanya. Turunnya defisit transaksi berjalan tersebut akan mempengaruhi neraca pembayaran yang diperkirakan berbalik surplus pada 2019.

Seperti diketahui, neraca pembayaran pada 2018 diperkirakan akan mengalami defisit. Defisit ini tidak dapat dihindari meskipun neraca pembayaran berbalik surplus pada kuartal IV/2018 sebesar US$ 4 miliar. Untuk inflasi, BI memperkirakan tahun depan inflasi akan mencapai 3,5 persen pada tahun ini atau tepatnya berada di titik tengah dari kisaran sasaran 3,5 persen plus minus 1 persen.

Lebih lanjut, pertumbuhan kredit pada 2019 akan tumbuh di kisaran 10-12 persen. Sementara itu, dana pihak ketiga diperkirakan tumbuh sebesar 8-10 persen. Melihat pertumbuhan permintaan kredit yang lebih tinggi dari pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK), Perry menegaskan BI akan berkomitmen untuk tetap menjaga likuiditas. "Akan kami jaga sehingga cukup bagi perbankan untuk menyalurkan kredit," katanya.

Baca: BI: Industri Halal RI Tertinggal dari Negara Mayoritas Non Muslim

Terkait nilai tukar, BI optimistis pergerakan nilai tukar rupiah pada tahun ini akan lebih baik dan cenderung menguat dari tahun lalu. Faktor pendukung penguatan rupiah tersebut antara lain adalah kenaikan Fed Fund Rate (FFR) yang memang lebih rendah dari perkiraan awal, kredibilitas kebijakan yang ditempuh oleh BI dan pemerintah, defisit transaksi berjalan yang lebih rendah, dan mekanisme pasar uang yang semakin berkembang dalam negeri, baik di pasar spot dan swap, dan NDF.

BISNIS

Berita terkait

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

18 jam lalu

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat dalam penutupan perdagangan hari ini ke level Rp 16.025 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

20 jam lalu

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

Wamenkeu Suahasil Nazara menyoroti tiga faktor yang menjadi perhatian dalam perekonomian Indonesia saat ini. Mulai dari suku bunga yang tinggi, harga komoditas, hingga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS

3 hari lalu

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah ditutup menguat Rp 16.083 terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat, 3 Mei.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

3 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

3 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

3 hari lalu

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

Menkeu Sri Mulyani mengatakan, nilai tukar rupiah pada triwulan I 2024 mengalami depresiasi 2,89 persen ytd sampai 28 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

3 hari lalu

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

Menkeu Sri Mulyani mengatakan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia pada kuartal pertama tahun 2024 masih terjaga.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

3 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

4 hari lalu

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di angka Rp 16.088 pada perdagangan akhir pekan ini.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

4 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya