Lava pijar Gunung Anak Krakatau terlihat dari kawasan Kalianda, Lampung Selatan, Rabu, 5 September 2018. Menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Gunung Anak Krakatau masih berstatus level II atau waspada. ANTARA FOTO/Atet Dwi Pramadia
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan mengatakan peningkatan status aktivitas Gunung Anak Krakatau, didasarkan pada hasil pengamatan dan analisis data visual maupun instrumental. Dia mengatakan sejak ditetapkan menjadi level III (Siaga) pada 27 Desember 2018, aktivitas Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda terus dipantau secara intensif oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi Kementerian ESDM.
Jonan mengatakan hal itu saat melakukan inspeksi di Pos Pengamatan Gunungapi Anak Krakatau Desa Pasauran, Cinangka, Kabupaten Serang, Banten hari ini. Jarak pos pengamatan dengan Gunung Api Anak Krakatau sekitar 42 km.
"Masyarakat tidak diperbolehkan mendekati Gunung Anak Krakatau dalam radius 5 km dari kawah. Saat hujan abu turun, masyarakat agar mengenakan masker dan kaca mata bila beraktivitas di luar rumah," kata Jonan dalam keterangan tertulis, Jumat, 28 Desember 2018.
Menurut dia, aktivitas Gunung Anak Krakatau yang besar terjadi sekitar September lalu, dibandingkan dengan Desember ini, relatif lebih kecil sekitar seperempatnya.
Jonan mengatakan jalur penerbangan masih bersifat aman, ketinggian abu sekitar 500-700 meter, sedangkan penerbangan 5.000-10.000 meter. "Kementerian ESDM akan terus berkoordinasi dengan BPPT, LIPI dan BMKG untuk mempelajari tsunami kemarin akibat karena apa saja. Terkait sharing pengetahuan dan informasi, termasuk dengan negara-negara lain seperti Amerika, Jepang, Perancis, karena kegeologian bersifat global," ujar Jonan.
Di Pos Pengamatan itu, Kepala Badan Geologi Rudy Suhendar juga menyampaikan bahwa sebanyak enam orang, termasuk vulkanologis dan teknisi dikirim dari Bandung. Mengingat kondisi Krakatau berstatus siaga sehingga diperlukan perhatian lebih.
"Kondisi sekarang masih ada letusan dan beberapa kali tremor yang terpantau dari seismograf yang dipasang di Pulau Sertung," kata Rudy.
Saat ini, Gunung Anak Krakatau mempunyai elevasi tertinggi 338 meter dari muka laut pada pengukuran September 2018. Karakter letusannya adalah erupsi magmatik yang berupa erupsi eksplosif lemah (strombolian) dan erupsi efusif berupa aliran lava.
Pada 2016 letusan terjadi pada 20 Juni 2016, sedangkan pada tahun 2017 letusan terjadi pada tanggal 19 Februari 2017 berupa letusan strombolian. Sejak tanggal 29 Juni 2018, Gunung Anak Krakatau kembali mengeluarkan letusan hingga tanggal 22 Desember berupa letusan strombolian.