2019, Nilai Tukar Rupiah Masih Banyak Bergantung Ekonomi Global

Rabu, 19 Desember 2018 06:30 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani memeluk Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde saat menghadiri Konferensi Internasional Tingkat Tinggi di Jakarta, 27 Februari 2018. Konferensi tersebut membahas mengenai perkembangan ekonomi global. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah di 2019 diproyeksikan masih akan banyak bergantung pada kondisi perekonomian global. Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan kondisi ekonomi global tahun depan diproyeksikan tak akan seburuk tahun ini yang banyak diwarnai gejolak, mulai dari ketegangan perang dagang AS-Cina, hingga kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS (The Fed) yang agresif.

Baca: Kemenko Maritim: Jika Menambah Utang Saja, Rupiah Justru Melemah

“The Fed kemungkinan menaikkan suku bunga hanya dua kali, tidak segencar tahun ini, dan perang dagang sedikit berkurang karena adanya kesepakatan penangguhan sementara, tapi tetap harus diwaspadai karena gejolaknya begitu dinamis, bisa jadi harapan palsu,” ujar Piter, kepada Tempo, Selasa 18 Desember 2018.

Sementara itu, Piter berujar dari sisi domestik, Indonesia memulai 2019 dengan modal yang kurang baik, yaitu diwarnai pelebaran defisit neraca transaksi berjalan (CAD). Untuk menutup defisit yang utamanya bersumber dari neraca perdagangan itu, Indonesia harus mengoptimalkan kinerja neraca modal dengan menarik investor portofolio masuk ke pasar keuangan dalam negeri.

“Maka itu harus waspada kalau kondisi global tak sesuai prediksi, neraca modal nanti tak mampu menutup CAD, jadi kita akan benar-benar kekurangan suplai dolar, dan berpotensi menekan kurs rupiah,” ucapnya.

Advertising
Advertising

Jika kedua sentimen baik eksternal maupun internal itu dikombinasikan, maka menurut Piter setidaknya tekanan rupiah tidak akan seberat tahun ini. “CAD memang melebar tapi kondisi global lebih soft, sehingga tekanan rupiah akan lebih lunak, tidak terlalu bergejolak seperti tahun ini yang sempat bergerak di atas 15.500 per dolar AS,” kata Piter.

Meski demikian, perbaikan kurs rupiah disebut belum akan mampu menguat terlalu dalam. Dia pun memperkirakan pergerakan rupiah tahun depan akan berada di kisaran 15.200-15.300. “Tekanan terbesar kemungkinan terjadi di semester 1, dan semester 2 proyeksinya justru lebih baik.”

Kepala Ekonom Bank Mandiri Anton Gunawan mengungkapkan optimisme serupa, yaitu memprediksi kurs rupiah tahun depan akan berada di bawah level 15.000 per dolar AS. “2019 akan sedikit lebih baik dari tahun ini, depresiasi rupiah tak akan sebesar sekarang yang sampai 12-13 persen,” katanya.

Anton melanjutkan Bank Indonesia juga tak akan banyak menaikkan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate seperti tahun ini yang mencapai 150 basis points (bps). “Kami melihat kenaikannya tahun depan mungkin hanya dua kali.”

Berita terkait

Rupiah Ditutup Melemah 20 Poin Jadi Rp 16.046 per Dolar AS

3 jam lalu

Rupiah Ditutup Melemah 20 Poin Jadi Rp 16.046 per Dolar AS

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (dolar AS) yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa melemah 20 poin.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

1 hari lalu

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat dalam penutupan perdagangan hari ini ke level Rp 16.025 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Pemilik Sepatu Bata hingga Jokowi Minta Timbal Balik Ekonomi

1 hari lalu

Terkini Bisnis: Pemilik Sepatu Bata hingga Jokowi Minta Timbal Balik Ekonomi

Siapa pemilik merek sepatu Bata yang pabriknya tutup di Purwakarta?

Baca Selengkapnya

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

1 hari lalu

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

Wamenkeu Suahasil Nazara menyoroti tiga faktor yang menjadi perhatian dalam perekonomian Indonesia saat ini. Mulai dari suku bunga yang tinggi, harga komoditas, hingga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 2024 Tingkatkan Lapangan Pekerjaan

1 hari lalu

Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 2024 Tingkatkan Lapangan Pekerjaan

Kementerian Keuangan mencatat di tengah gejolak ekonomi global perekonomian Indonesia tetap tumbuh dan mendorong peningkatan lapangan pekerjaan.

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 2 Faktor Ekonomi yang Bikin Semua Negara Ketakutan

1 hari lalu

Jokowi Ungkap 2 Faktor Ekonomi yang Bikin Semua Negara Ketakutan

Presiden Jokowi meminta Indonesia menyiapkan fondasi yang kuat untuk pembangunan masa depan.

Baca Selengkapnya

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

2 hari lalu

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

Asosiasi Persepatuan Indonesia menanggapi tutupnya pabrik sepatu Bata. Pengetatan impor mempersulit industri memperoleh bahan baku.

Baca Selengkapnya

LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

3 hari lalu

LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

Perayaan bulan suci Ramadan dan hari raya Idul Fitri juga dapat memacu pertumbuhan ekonomi domestik lebih lanjut.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS

3 hari lalu

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah ditutup menguat Rp 16.083 terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat, 3 Mei.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

4 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya