Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution ditemui usai mengikuti salat Idul Adha di Masjid Al-Hakim, Graha Sucofindo, Pancoran, Jakarta Selatan, Rabu, 22 Agustus 2018. Tempo/Dias Prasongko
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan masih ruang bagi rupiah untuk terus menguat ke depan. Meski begitu, Darmin mengatakan fundamen nilai tukar rupiah diprediksi masih cenderung beragam.
"Beda beda orang bilang. Ada 14.100 ada 14.200. Macam macamlah. Orang ada yang bilang bisa 13.800, jadi enggak usah ditanya pokoknya," kata Darmin ditemui usai memberikan keynote speech di acara seminar sasional Proyeksi Ekonomi Indonesia 2019 yang bertajuk "Adu Strategi Hadapi Perang Dagang" di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Rabu, 28 November 2018.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo alias Jokowi bersyukur saat ini nilai tukar rupiah terus menunjukkan penguatan. Menurut Jokowi, penguatan tersebut mencerminkan nilai tukar rupiah berada dalam kondisi yang stabil.
Adapun, nilai tukar rupiah tercatat terus menguat selama tiga pekan terakhir. Pada Oktober 2018 kemarin nilai tukar sempat menyentuh angka Rp 15.000 per dolar AS. Sedangkan, pada pekan ini rupiah terus-terusan menguat di angka Rp 14.400-14.500 per dolar AS.
Merujuk pada Kurs Refensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau Jisdor berada di angka Rp 14.535 per dolar AS. Sedangkan di pasar sekunder, rupiah diperdagangkan pada level Rp 14.516 per dolar AS.
Darmin menjelaskan, ke depan pemerintah juga tak akan terus-terus melakukan intervensi secara langsung untuk memperkuat nilai tukar. Menurut dia, yang jelas, pemerintah perlu menjaga adanya capital inflow yang terus masuk.
Untuk menjaga nilai tukar rupiah, pemerintah terus menjaga bauran kebijakan khususnya untuk mengurangi pelebaran defisit transaksi berjalan. Sehingga defisit transaksi dari perdagangan minyak dan gas bisa tertutup dengan meningkatnya transaksi modal dan finansial. "Kalau itu terjadi sebenarnya sudah selesai itu," kata Darmin Nasution.