Bappenas Yakin Pertumbuhan Ekonomi 2018 Capai 5,2 Persen

Senin, 12 November 2018 11:54 WIB

Pekerja melakukan pekerjaan pembangunan gedung betingkat di Jakarta, Senin, 5 November 2018. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2018 sebesar 5,17 persen (year-on-year), lebih tinggi dibanding 2017. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Depok - Staf Ahli Kementerian Pembangunan dan Perencanaan Nasional atau Bappenas, Bambang Priambodo yakin pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan pada 2018 sebesar 5,2 persen. Menurut Bambang, hal ini bisa dilihat dari kepercayaan masyarakat terhadap geliat ekonomi.

Baca juga:
Darmin Jelaskan Sebab Jawa Masih Dominasi Pertumbuhan Ekonomi

"Pertama kami lihat confident-nya terasa kuat, memang ada demand terhadap impor besar, tapi kalau dilihat confident, dari segi daya beli, kemudian dari investasi meskipun ada angka melambat dari BKPM," kata Bambang di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Senin, 12 November 2018.

Menurut Bambang, jika dilihat dari penyaluran kredit yang sudah mencapai 12 persen, ada kepercayaan yang terus berjalan dalam situasi ada tekanan. Bambang menilai jika pertumbuhan kredit itu bisa tetap dijaga, akan mampu meningkatkan kepercayaan. Dan sebaliknya, kata Bambang, jika itu turun itu akan menjadi faktor yang bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi.

Sebelumnya, BPS mengumumkan pertumbuhan ekonomi triwulan III 2018 sebesar 5,17 persen. Angka tersebut tercatat lebih rendah ketimbang triwulan II 2018 yang mencapai 5,27 persen dan lebih tinggi ketimbang triwulan I 2018, yang sebesar 5,06 persen. Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi tercatat 5,17 persen.

Kepala BPS Suhariyanto berujar pertumbuhan pada triwulan ini sedikit lebih lambat ketimbang triwulan sebelumnya lantaran sebelumnya ada momen Ramadan dan hari raya Idul Fitri. "Itu biasanya puncak konsumsi rumah tangga dan transportasi," ujar Suhariyanto di Kantor BPS, Jakarta, Senin, 5 November 2018.

Menurut Bambang, Indonesia relatif mampu menghadapi tekanan yang cukup tinggi. Pun cukup bisa menghadapi tekanan eksternal, baik dari normalisasi kebijakan moneter AS, perang dagang dan politik lainnya.

"Terakhir juga kita bisa kelola situasi moneter dengan baik semoga kita pertahankan sampai seluruh eksternal membaik," kata Bambang.

Bambang memperkirakan gejolak perekonomian dunia masih terjadi tahun depan hingga awal 2020. Sebab, siklus normalisasi kebijakan moneter AS cukup lama.

"Tapi saya kira normalisasi bertahap tidak mendadak sehingga itu jika sudah di-declare. Maka antisipasi akan di atas kertas mengalir tekanan yang tidak besar. Yang repot waktu menormalkan kebijakan moneter ada titik di beberapa negara yang memicu kekhawatiran di negara lain," kata Bambang.

Tapi, kata dia, policy normalnya bertahap. Karena itu pemerintah dan Bank Indonesia tetap menjaga stabilitas ekonomi.

Baca berita lain tentang pertumbuhan ekonomi di Tempo.co

Berita terkait

Kepala Bappenas: Pembangunan IKN Sudah 80,82 Persen

5 menit lalu

Kepala Bappenas: Pembangunan IKN Sudah 80,82 Persen

Menteri PPN/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa menyatakan bahwa pembangunan IKN sudah mencapai 80,82 persen per 25 April 2024.

Baca Selengkapnya

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015

1 jam lalu

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan I-2024 yang tercatat 5,11 persen secara tahunan

Baca Selengkapnya

Bandara AH Nasution Sumut Senilai Rp 434,5 Miliar Rampung Dibangun, Menhub: Bisa Tingkatkan Ekonomi Daerah

1 hari lalu

Bandara AH Nasution Sumut Senilai Rp 434,5 Miliar Rampung Dibangun, Menhub: Bisa Tingkatkan Ekonomi Daerah

Proyek pembangunan bandara AH Nasution ini mulai dibangun pada 2020 dengan anggaran sebesar Rp 434,5 miliar.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

1 hari lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

1 hari lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

LPEM FEB UI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 5,15 Persen

2 hari lalu

LPEM FEB UI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 5,15 Persen

Pemilu dan beberapa periode libur panjang seperti lebaran berpotensi mendorong konsumsi dan pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2024.

Baca Selengkapnya

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

2 hari lalu

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

Direktur Utama InJourney Airports, Faik Fahmi mengatakan pemangkasan jumlah bandara internasional tidak bepengaruh signifikan ke ekonomi daerah.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

2 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

5 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

7 hari lalu

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara besarnya tantangan Indonesia di bidang tenaga kerja, khususnya dalam hal penciptaan lapangan kerja.

Baca Selengkapnya