TEMPO.CO, Jakarta - Data pertumbuhan ekonomi yang dirilis Badan Pusat Statistik atau BPS kemarin soal Pulau Jawa yang masih menjadi penyumbang pertumbuhan ditanggapi oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution. Darmin menyebut hal itu bisa dipahami karena pertumbuhan ekonomi di pulau Jawa ditopang oleh industri dan pertanian, sementara di luar Jawa berasal dari pertanian dan sumber daya alam.
Baca: Pertumbuhan Ekonomi Capai 5,17 Persen, Istana: Menggembirakan
"Pertumbuhan kita itu memang begini, pertumbuhan antara luar Jawa dan Jawa itu memang tergantung situasi," ujar Darmin seusai mengisi pembekalan calon Duta Besar di Kantor Kementerian Luar Negeri, Selasa, 6 November 2018.
BPS sebelumnya menyebutkan Pulau Jawa masih menjadi penyumbang utama pertumbuhan ekonomi. Kontribusinya mencapai 58,57 persen dari pertumbuhan ekonomi nasional kuartal III tahun 2018 sebesar 5,17 persen.
Darmin mencontohkan, kalau harga komoditas perkebunan belum membaik, memang pertumbuhan ekonomi di luar Jawa itu akan sedikit tertinggal. "Sedikit ya, tidak banyak," katanya.
Menurut Darmin, hal itu karena sumber pertumbuhan Jawa berasal dari industri dan pertanian. Sehingga secara struktur Jawa memiliki peran besar, terutama dalam lapangan usaha utama sebagai penopang pertumbuhan.
Berdasarkan struktur PDB, pertumbuhan ditopang oleh lapangan usaha industri sebesar 19,66 persen, pertanian 13,53 persen, perdagangan 13,02 persen, konstruksi 10,36 persen dan pertambangan sebesar 8,11 persen. Sektor pertambangan dan pertanian tumbuh hanya 2,68 persen dan 3,62 persen, sementara industri tumbuh 4,33 persen. "SDA itu pertambangan sebenarnya mulai membaik, tapi perkebunan belum," tuturnya.
Selain itu, pemerintah menilai kondisi global menjadi biang keladi perlambatan ekspor. Di sisi lain, pertumbuhan manufaktur juga terus melambat.
Baca: BPS Sebut Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Berpusat di Jawa
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor Indonesia tumbuh 7,52 persen per kuartal III di 2018 dengan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 22,14 persen. Di sisi lain, impor tumbuh 14,06 persen dengan kontribusi terhadap PDB negatif 22,81 persen. Dengan demikian, aktivitas perdagangan menjadi pemberat bagi pertumbuhan ekonomi.
BISNIS