Dewan Pertimbangan Presiden Ungkap 5 Hasil Stabilkan Ekonomi

Reporter

Antara

Senin, 22 Oktober 2018 10:47 WIB

Ketua Wantimpres, Sri Adiningsih (kiri) meninggalkan tempat acara seusai serah terima jabatan anggota Wantimpres di Jakarta, 3 Februari 2015. Tempo/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) Prof Dr Sri Adiningsih MSc mengatakan ekonomi Indonesia harus tangguh dalam menghadapi perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina.

Baca juga: Anggota Wantimpres Agum Gumelar Kiprahnya di Militer dan Sipil

"Ekonomi Indonesia harus memiliki ketangguhan untuk menghadapi turbulensi tersebut. Stabilitas dan fundamental ekonomi Indonesia harus terjaga dengan baik," ujar Sri di Jakarta, Senin, 22 Oktober 2018.

Sampai saat ini Indonesia, lanjut dia, berhasil mengembangkan perekonomian sehingga pengangguran, kemiskinan, dan kesenjangan semakin berkurang. Pernyataan tersebut, juga disampaikan Sri dalam seminar nasional yang diselenggarakan Program Pascasarjana Universitas Prof Dr Moestopo.

Dia menjelaskan perang dagang itu berawal dari kebijakan politik "kacamata kuda" Presiden Amerika Serikat Donald Trump, dengan semboyan "America First" dalam mengobarkan perang dagang dengan Cina.

Trump mengancam mengenakan tarif 10 persen untuk impor barang dari China senilai 200 miliar dolar AS. Pernyataan Trump pada 18 Juni 2018 itu meningkatkan ketegangan perang dagang berskala besar dengan Beijing.

Trump mengatakan ini merupakan balasan atas keputusan China, yang mengenakan kenaikan tarif impor senilai US$50 miliar.

Sebelumnya, Cina mengatakan ikut menaikkan tarif impor barang dari Amerika Serikat sebagai balasan atas keputusan Trump menaikkan tarif impor dari Cina dengan nilai US$50 miliar.

Perang dagang AS - Cina memicu turbulensi ekonomi global. Sri menambahkan Indonesia memiliki Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), yang bertugas menyelenggarakan pencegahan dan penanganan krisis sistem keuangan untuk melaksanakan kepentingan dan ketahanan negara di bidang ekonomi.

KSSK bertugas mengkoordinasi pemantauan stabilitas keuangan, menangani krisis sistem keuangan, dan menangani permasalahan bank sistemik dalam kondisi stabilitas sistem keuangan normal maupun krisis.

Anggota KSSK adalah Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan. Usaha menstabilkan ekonomi dilakukan dari dalam dan luar negeri secara simultan. Dari dalam negeri dilakukan pembangunan infrastruktur yang berbasis memajukan perekonomian rakyat luas, kebutuhan sembako tercukupi, menekan inflasi, fiskal sehat, utang luar negeri terjaga, dan utang pemerintah.

Dari luar, stabilitas ekonomi dilakukan melalui kemitraan antara lain dengan negara-negara Cina, Singapura, dan Jepang.

Kerja sama Bank Indonesia dan Otoritas Moneter Singapura dalam bentuk "repo dan local currency swap" senilai US$ 10 miliar. Kesepakatan Bank Indonesia dengan Bank Sentral Jepang dalam bentuk amandemen perjanjian kerjasama Bilateral Swap Agreement (BSA) dengan nilai fasilitas swap sebesar 22,76 miliar dolar AS.

Hasil usaha menstabilkan kondisi ekonomi dan sosial nasional antara lain, pertama, Pertumbuhan Produk Domestik Bruto pada posisi 5-10 persen di atas Turki, Thailand, Malaysia, Singapura, dan di bawah India, Vietnam, Cina, Filipina.

Kedua, Produk Domestik Bruto per kapita Indonesia tumbuh dari US$ 585 (1990) ke US$ 3.847 (2017) di atas Filipina.

Ketiga, Gross Domestic Product (GDP) perkapita dalam kekuatan keseimbangan hingga di atas satu.

Keempat, pengangguran dari 11,24 juta (2005) menurun hingga 5,13 Juta (Febuari 2018). Kelima, Kemiskinan dari 40 juta (1970) menurun menjadi 9,82 juta (Maret 2018). Sumber CEIC dan BPS 2018).

Sri Adiningsih menjelaskan bahwa lebih penting dari pada keberhasilan menghadapi turbulensi ekonomi global, adalah menghentikan sumber turbulensi itu sendiri.

Presiden RI Jokowi mengemukakan hal itu dalam Pertemuan Tahunan IMF-World Bank di Nusa Dua, Bali, Jumat, 12 Oktober 2018.

Jokowi mengatakan hubungan antarnegara-negara ekonomi maju semakin lama semakin terlihat seperti "Game of Thrones".

Pidato tersebut dengan sangat keras menyindir negara-negara adikuasa tetapi disampaikan dengan gaya yang enak didengar, katanya.

Disebutkan, dalam serial Game of Thrones, sejumlah Great Houses, Great Families bertarung hebat antara satu sama lain, untuk mengambil alih kendali "The Iron Throne".

"Siapapun yang menang, perang adalah petaka yang selalu menimbulkan banyak korban, kesengsaraan, dan kesedihan. Mudah-mudahan pidato Presiden itu dapat menyentuh hati para pemimpin dunia," harap Ketua Dewan Pertimbangan Presiden tersebut.

ANTARA

Berita terkait

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

1 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

7 hari lalu

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

Inggris dan ASEAN bekerja sama dalam program baru yang bertujuan untuk mendorong integrasi ekonomi antara negara-negara ASEAN.

Baca Selengkapnya

Australia Luncurkan Fase Baru Program Investing in Women

8 hari lalu

Australia Luncurkan Fase Baru Program Investing in Women

Program Investing in Women adalah inisiatif Pemerintah Australia yang akan fokus pada percepatan pemberdayaan ekonomi perempuan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Modus-modus Kawin Kontrak, Dijanjikan Mahar Jutaan Rupiah

10 hari lalu

Modus-modus Kawin Kontrak, Dijanjikan Mahar Jutaan Rupiah

Kasus kawin kontrak kembali mengemuka. Berikut modus-modus kawin kontrak, termasuk soal mahar jutaan rupiah.

Baca Selengkapnya

Rapat Dewan Gubernur BI Akan Turut Evaluasi Perkembangan Ekonomi Global

11 hari lalu

Rapat Dewan Gubernur BI Akan Turut Evaluasi Perkembangan Ekonomi Global

Asisten Gubernur BI Erwin Haryono mengatakan dalam Rapat Dewan Gubernur Bulanan di antaranya akan membahas perkembangan ekonomi global.

Baca Selengkapnya

Apa Kata Pengamat Ekonomi jika Konflik Iran-Israel Berlanjut bagi Indonesia?

13 hari lalu

Apa Kata Pengamat Ekonomi jika Konflik Iran-Israel Berlanjut bagi Indonesia?

Konflik Iran-Israel menjadi sorotan sejumlah pengamat ekonomi di Tanah Air. Apa dampaknya bagi Indonesia menurut mereka?

Baca Selengkapnya

Terkini: Strategi Sri Mulyani Antisipasi Dampak Ekonomi Serangan Iran ke Israel, Rupiah dan IHSG Melemah Dampak Geopolitik Timur Tengah

15 hari lalu

Terkini: Strategi Sri Mulyani Antisipasi Dampak Ekonomi Serangan Iran ke Israel, Rupiah dan IHSG Melemah Dampak Geopolitik Timur Tengah

Ketegangan situasi geopolitik Timur Tengah dapat berdampak kepada Indonesia di berbagai indikator ekonomi.

Baca Selengkapnya

Ini Strategi Sri Mulyani Antisipasi Dampak Ekonomi usai Serangan Iran ke Israel

15 hari lalu

Ini Strategi Sri Mulyani Antisipasi Dampak Ekonomi usai Serangan Iran ke Israel

Perkembangan situasi ekonomi dan keuangan global dan tensi geopolitik yang sangat tinggi bergerak cepat dan dinamis.

Baca Selengkapnya

Terkini: Sri Mulyani Adakan Rapat di Tengah Konflik Iran dan Israel, Kemenhub Berangkatkan Peserta Arus Balik Gratis dengan 160 Bus

16 hari lalu

Terkini: Sri Mulyani Adakan Rapat di Tengah Konflik Iran dan Israel, Kemenhub Berangkatkan Peserta Arus Balik Gratis dengan 160 Bus

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengadakan rapat bersama Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara serta jajaran eselon I Kemenkeu.

Baca Selengkapnya

Ekonom Mari Elka Pangestu Sebut Serangan Iran ke Israel Pengaruhi Ekonomi Dunia, termasuk Indonesia

16 hari lalu

Ekonom Mari Elka Pangestu Sebut Serangan Iran ke Israel Pengaruhi Ekonomi Dunia, termasuk Indonesia

Ekonom Mari Elka Pangestu buka suara soal serangan Iran ke Israel yang nantinya bakal berdampak ke perekonomian dunia termasuk Indonesia. Hal itu akan berpengaruh terhadap terjadinya inflasi.

Baca Selengkapnya