Jaga Rupiah Tak Jeblok, Sri Mulyani Kaji Insentif Bagi Eksportir

Kamis, 4 Oktober 2018 06:20 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan laporan semester 1 APBN 2018 di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, 9 Juli 2018. TEMPO/Friski Riana

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bersama dengan Bank Indonesia dan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sedang menyiapkan insentif bagi para eksportir yang mengkonversi devisa hasil ekspornya. Insentif ini tak lain juga merupakan upaya pemerintah menjaga agar menyeimbangkan pasokan dan permintaan dolar di dalam negeri dan pada akhirnya bisa menopang kurs rupiah.

Baca: Kurs Rupiah Tembus 15.000, Sri Mulyani: Pemerintah Terus Memantau

"Bagaimana supaya devisa hasil ekspor tinggal di indonesia dan mendapatkan insentif dalam bentuk pengurangan pph atas bunga yang diperolehnya itu bisa sekarang dibuat lebih fleksibel," ujar Sri Mulyani di kantornya, Rabu, 3 Oktober 2018.

Sri Mulyani terus mendorong para eksportir agar mengkonversi seluruh devisa hasil ekspor untuk transaksi di dalam negeri. Konversi tersebut, menurut dia, sangat membantu keseimbangan pasokan dan permintaan dolar di dalam negeri.

Para eksportir, menurut Sri Mulyani, sebenarnya sudah diwajibkan untuk bertransaksi di dalam negeri menggunakan rupiah. Namun masih ada eksportir yang membutuhkan dolar dalam rangka menunaikan kewajibannya, seperti membayar utang.

Advertising
Advertising

"Kalau perlu dolar untuk membayar utang kembali, untuk impor bahan baku, impor modal saya rasa itu tetap itu dijaga," ujar Sri Mulyani. "Tapi kalau ada transaksi yang memang enggak butuh dolar, ya tidak perlu dolar."

Sri Mulyani mengajak dunia usaha dan masyarakat secara umum untuk bersama-sama menjaga perekonomian. Salah satunya, adalah dengan mengkonversi dolar ke rupiah. "Dengan melakukan konversi ke rupiah sesuai peraturan BI, maka diharapkan akan terjadi suatu keseimbangan antara pasokan dolar dan permintaan dolar," kata dia.

Salah satu perusahaan eksportir batu bara PT Adaro Energy Tbk sepakat mengkonversi transaksi bisnis yang pada mulanya berdenominasi dolar Amerika Serikat ke rupiah. Hal tersebut ditandai dengan deklarasi oleh Adaro bersama rekan bisnisnya, yakni PT Pertamina (Persero), PT Pamapersada Nusantara, PT Bumi Makmur Mandiri Utama, dan PT Sapta Indra Sejati di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, hari ini.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bersama dengan Bank Indonesia dan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sedang menyiapkan insentif bagi para eksportir yang mengkonversi devisa hasil ekspor-nya.

"Bagaimana supaya devisa hasil ekspor tinggal di indonesia dan mendapatkan insentif dalam bentuk pengurangan pph atas bunga yang diperolehnya itu bisa sekarang dibuat lebih fleksibel ," ujar Sri Mulyani di kantornya, Rabu, 3 Oktober 2018.

Sri Mulyani terus mendorong para eksportir agar mengkonversi seluruh devisa hasil ekspor untuk transaksi di dalam negeri. Konversi tersebut, menurut dia, sangat membantu keseimbangan pasokan dan permintaan dolar di dalam negeri.

Para eksportir, menurut Sri Mulyani, sebenarnya sudah diwajibkan untuk bertransaksi di dalam negeri menggunakan rupiah. Namun masih ada eksportir yang membutuhkan dolar dalam rangka menunaikan kewajibannya, seperti membayar utang.

"Kalau perlu dolar untuk membayar utang kembali, untuk impor bahan baku, impor modal saya rasa itu tetap itu dijaga," ujar Sri Mulyani. "Tapi kalau ada transaksi yang memang enggak butuh dolar, ya tidak perlu dolar."

Sri Mulyani mengajak dunia usaha dan masyarakat secara umum untuk bersama-sama menjaga perekonomian. Salah satunya, adalah dengan mengkonversi dolar ke rupiah. "Dengan melakukan konversi ke rupiah sesuai peraturan BI, maka diharapkan akan terjadi suatu keseimbangan antara pasokan dolar dan permintaan dolar," kata dia.

Baca: Ekonomi Global Berfluktuasi, Sri Mulyani: Adjustment, Adjustment

Salah satu perusahaan eksportir batu bara PT Adaro Energy Tbk sepakat mengkonversi transaksi bisnis yang pada mulanya berdenominasi dolar Amerika Serikat ke rupiah. Hal tersebut ditandai dengan deklarasi oleh Adaro bersama rekan bisnisnya, yakni PT Pertamina (Persero), PT Pamapersada Nusantara, PT Bumi Makmur Mandiri Utama, dan PT Sapta Indra Sejati yang disaksikan oleh Sri Mulyani di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta kemarin.

Berita terkait

Perkumpulan Penyelenggara Jasa Boga Perjuangkan Pembuatan Produk Kuliner Khas Nusantara untuk Ekspor

5 jam lalu

Perkumpulan Penyelenggara Jasa Boga Perjuangkan Pembuatan Produk Kuliner Khas Nusantara untuk Ekspor

PPJI berharap ke depan ada produk-produk kuliner jenis lainnya yang bisa diekspor seperti halnya rendang.

Baca Selengkapnya

Indef Minta Pemerintah Antisipasi Penurunan Konsumsi pada Triwulan II

7 jam lalu

Indef Minta Pemerintah Antisipasi Penurunan Konsumsi pada Triwulan II

Pemerintah diminta untuk mengantisipasi potensi menurunnya kinerja konsumsi rumah tangga terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II 2024.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Melemah 20 Poin Jadi Rp 16.046 per Dolar AS

8 jam lalu

Rupiah Ditutup Melemah 20 Poin Jadi Rp 16.046 per Dolar AS

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (dolar AS) yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa melemah 20 poin.

Baca Selengkapnya

LPEI Ekspor sampai Belanda dan Korea Selatan lewat Desa Devisa Gula Aren Maros

9 jam lalu

LPEI Ekspor sampai Belanda dan Korea Selatan lewat Desa Devisa Gula Aren Maros

LPEI melalui Desa Devisa Gula Aren Maros mengekspor gula aren ke Belanda dan Korea Selatan.

Baca Selengkapnya

Jokowi soal Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen: Menumbuhkan Sebuah Optimisme

16 jam lalu

Jokowi soal Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen: Menumbuhkan Sebuah Optimisme

Presiden Jokowi mengatakan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,11 persen di kuartal pertama tahun ini patut disyukuri.

Baca Selengkapnya

4 Nama yang Diusulkan PDIP Jadi Bakal Calon Gubernur DKI di Pilkada 2024

21 jam lalu

4 Nama yang Diusulkan PDIP Jadi Bakal Calon Gubernur DKI di Pilkada 2024

Siapa saja 4 nama yang diusulkan PDIP di Pilgub DKI?

Baca Selengkapnya

Wakil Sri Mulyani Harap Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen Bisa Gaet Investor

1 hari lalu

Wakil Sri Mulyani Harap Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen Bisa Gaet Investor

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara angka pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2024 bisa menjadi basis.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

1 hari lalu

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat dalam penutupan perdagangan hari ini ke level Rp 16.025 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

1 hari lalu

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

Wamenkeu Suahasil Nazara menyoroti tiga faktor yang menjadi perhatian dalam perekonomian Indonesia saat ini. Mulai dari suku bunga yang tinggi, harga komoditas, hingga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 2024 Tingkatkan Lapangan Pekerjaan

1 hari lalu

Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 2024 Tingkatkan Lapangan Pekerjaan

Kementerian Keuangan mencatat di tengah gejolak ekonomi global perekonomian Indonesia tetap tumbuh dan mendorong peningkatan lapangan pekerjaan.

Baca Selengkapnya