LPS: Tingkat Suku Bunga Simpanan Masih Berpotensi Naik

Kamis, 13 September 2018 05:34 WIB

Seorang nasabah bertransaksi menggunakan mesin ATM di Jakarta, (15/3). Lembaga Penjamin Simapanan (LPS), bisa tidak menjamin simpanan pada bank yang masih menetapkan bunga lebih tinggi daripada suku bunga wajar yang ditetapkan LPS. TEMPO/Panca Syurka

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan atau LPS, Halim Alamsyah mengatakan tingkat suku bunga penjaminan masih berpotensi naik. Menurut Halim, salah satunya didorong oleh kenaikan suku bunga kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia atau BI.

Baca juga: Tren Suku Bunga Naik Dinilai Dorong Warga Tingkatkan Simpanan

"Suku bunga simpanan yang terus meningkat secara gradual merupakan respon atas kenaikan suku bunga kebijakan moneter. Proses ini ke depan berpotensi mendorong kenaikan lebih lanjut terhadap tingkat bunga penjaminan," kata Halim dalam konferensi persnya di Kantor LPS, Equity Tower, Senayan, Jakarta Selatan, Rabu, 12 September 2018.

LPS telah menetapkan untuk menaikkan suku bunga penjaminan untuk simpanan dalam bentuk rupiah dan valuta asing atau valas baik di bank umum maupun bank perkreditan rakyat (BPR). Adapun kenaikan untuk simpanan dalam rupiah di bank umum dan BPR mengalami kenaikan masing-masing 25 bps. Sedangkan untuk valuta asing pada bank umum mengalami kenaikan sebesar 50 bps dengan rincian.

Dengan kenaikan ini, suku bunga simpanan untuk bank umum dalam bentuk rupiah menjadi 6,50 persen dari sebelumnya 6,25 persen dan valas menjadi 2 persen dari sebelumnya 1,50 persen. Sedangkan untuk suku bunga simpanan di BPR menjadi 9 persen dari sebelumnya 8,75 persen.

Advertising
Advertising

Adapun, merujuk kebijakan BI sepanjang Mei Sampai Agustus 2018, suku bunga kebijakan moneter atau BI 7 Daya Repo Rate telah naik sebesar 125 bps menjadi 5,50 persen.

Menurut Halim, kenaikan itu menegaskan kembali bahwa BI sangat concern terhadap stabilitas stabilitas sistem keuangan. Kenaikan tersebut juga merupakan bentuk konsistensi BI untuk mempertahankan daya tarik pasar keuangan domestik.

"Sekaligus pada saat bersamaan untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan dalam batas yang aman," kata Halim.

Berdasarkan data yang dikumpulkan LPS, perkembangan suku bunga pasar simpanan (SBP) di 62 bank, benchmark rupiah terpantau masih mengalami kenaikan. SBP Rupiah terpantau naik 12 bps menjadi sebesar 5,66 persen pada periode observasi 6 Agustus – 4 September 2018.

Sedangkan, untuk SBP valuta asing dari total 19 bank benchmark, tercatat sepanjang periode evaluasi 9 Agustus – 4 September 2018 juga mengalami kenaikan sebesar 10 bps menjadi 0,98 persen.

Kondisi ini lah, kata Halim, yang menyebabkan LPS memutuskan menaikan tingkat suku bunga penjaminan. Adapun, penyesuaian tingkat suku bunga pinjaman biasanya dilakukan LPS sebanyak tiga kali dalam 1 tahun, yakni pada Januari, Mei, dan September. Namun, bila terjadi kontraksi yang signifikan pada kondisi ekonomi dan perbankan, LPS dapat melakukan penyesuaian tambahan jika diperlukan.

Berita terkait

Rupiah Ditutup Melemah 20 Poin Jadi Rp 16.046 per Dolar AS

9 jam lalu

Rupiah Ditutup Melemah 20 Poin Jadi Rp 16.046 per Dolar AS

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (dolar AS) yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa melemah 20 poin.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

1 hari lalu

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat dalam penutupan perdagangan hari ini ke level Rp 16.025 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

1 hari lalu

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

Wamenkeu Suahasil Nazara menyoroti tiga faktor yang menjadi perhatian dalam perekonomian Indonesia saat ini. Mulai dari suku bunga yang tinggi, harga komoditas, hingga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

5 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

5 hari lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

IHSG turun cukup drastis dan menutup sesi pertama hari Ini di level 7,116,5 atau -1.62 persen dibandingkan perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

7 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

7 hari lalu

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

PT Bank Negara Indonesia atau BNI bersiap menghadapi perkembangan geopolitik global, nilai tukar, tekanan inflasi, serta suku bunga.

Baca Selengkapnya

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

7 hari lalu

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

Tiga bulan pertama 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

8 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

11 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya