Bank Indonesia Berharap Perang Dagang AS - Cina Reda di 2019

Selasa, 11 September 2018 14:52 WIB

Gubernur BI Perry Warjiyo (dua dari kiri) bersama jajarannya memberikan keterangan kepada wartawan saat Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia di Jakarta, Rabu, 15 Agustus 2018. BI juga menaikkan suku bunga deposit facility 25 bps menjadi 4,75 persen dan suku bunga lending facility 25 bps menjadi 6,25 persen. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan bank sentral Amerika Serikat atau The Fed akan menaikkan suku bunga acuan hingga 2019. Menurut Mirza, BI mengasumsikan siklus kenaikan suku bunga Amerika di 2019 sudah selesai.

"Karena kan dari 0,25 persen kemudian naik sampa 2 persen, akan masih naik lagi di 2019. Kami perkirakan bisa 3 persen, 3,25 persen bisa juga 2,75 persen. Jadi 2019 itu ada yang bilang 2,75 persen, ada yang bilang 3,0 persen, 3,25 persen, tapi intinya 2019 itu kenaikan suku bunga Amerika sudah stop," kata Mirza di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat, Senin, 10 September 2018.

Menurut Mirza kalau kenaikan suku bunga sudah berhenti, maka tekanan dari sentimen negatif itu juga di 2019 sudah hilang. Kedua, kata Mirza, perang dagang Amerika dengan Cina yang saat ini terjadi diharapkan mereda di 2019.

Dengan begitu Mirza yakin, defisit transaksi berjalan atau current account deficit akan berada di bawah 3 persen. "Kami percaya CAD di 2019 bisa dijaga di bawah 3 persen PDB," ujar Mirza.

Mirza mengatakan kunci defisit current account atau defisit transaksi berjalan atau defisit ekspor, impor barang dan jasa ini harus bisa dikurangi.

Advertising
Advertising

"Jadi kalau tahun lalu defisit transaksi berjalan sekitar US$ 17 miliar, 2016 juga defisit US$ 17 miliar, full year yah. Kalau ini semester 1 kan kita sudah US$ 13,5 miliar. Itu yang harus dikurangin karena defisit itu kan ditutupnya dari PMA (Penanaman Modal Asing) dan portfolio yang masuk," kata Mirza.

Mirza mengatakan portfolio yang masuk pada semester I ini netnya itu masih defisit, masih outflow. Hal itu, menurut Mirza berarti defisit ekspor, impornya yang harus dikurangi.

Menurut Mirza pemerintah sudah membuat upaya dengan menunda proyek-proyek infrastruktur yang belum dimulai. "Kalau saya baca ada sekitar 15 miliar proyek infrastruktur yang belum mulai yang akan di-reschedule," kata Mirza.

Kemudian juga pencampuran bahan bakar minyak dengan 20 persen kelapa sawit menjadi B20. Bank Indonesia berharap hal itu bisa mengurangi impor minyak, karena neraca ekspor impor minyak Indonesia juga defisit.

Berita terkait

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

11 jam lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

1 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

1 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

2 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

2 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

2 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

3 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

4 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

5 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

6 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya