Kata Ekonom Soal Anwar Nasution Anggap Fundamental Ekonomi Lemah

Senin, 10 September 2018 04:14 WIB

Anwar Nasution. TEMPO/Imam Sukamto
TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah mengatakan fundamental ekonomi Indonesia tidak lemah seperti kata mantan Deputi Senior Bank Indonesia Anwar Nasution.

Baca juga: Anwar Nasution: Pemerintah Bohong Sebut Fundamental Ekonomi Kuat
"Fundamental kita tidak lemah, cukup kuat. Tapi rentan," kata Piter saat dihubungi Ahad, 9 September 2018.

Sabtu lalu, Anwar Nasution mengatakan fundamental ekonomi di Indonesia masih sangat lemah. Buktinya, kata Anwar yang juga mantan ketua Badan Pemeriksa Keuangan ini, rasio penerimaan pajak terhadap produk domestik bruto (PDB) masih rendah yang berada di angka 10 persen. .
Piter mengatakan banyak indikator yang biasanya dijadikan ukuran bagus atau tidaknya fundamental ekonomi suatu negara. Menurut Piter, utamanya adalah pertumbuhan ekonomi yang mencirikan bagaimana kegiatan ekonomi di negara tersebut berjalan.
Menurut Piter, pertumbuhan ekonomi sudah merangkum semua kegiatan ekonomi, mulai dari konsumsi, investasi sampai dengan kegiatan ekspor dan impor suatu negara.
Kemudian inflasi, kata Piter, sebagai ukuran yang akan mendiskon pertumbuhan ekonomi. Piter mengatakan kalau pertumbuhan ekonomi tinggi dengan inflasi tinggi, artinya secara riil ekonomi suatu negara tidak ada kemajuan. Namun, hal tersebut tidak terjadi di Indonesia saat ini.
"Dua indikator ini yang biasanya menjadi argumentasi pemerintah bahwa fundamental ekonomi kita kuat," kata Piter.
Piter mengatakan ada satu lagi indikator yang menjadi ukuran baik atau tidaknya fundamental ekonomi, yaitu transaksi berjalan. Indikator ini, kata Piter menjelaskan bagaimana perekonomian dibiayai. Rumusan teoritisnya adalah current account sama dengan saving atau menabung dikurangi investasi atau investment.
Menurut Piter, transaksi berjalan menggambarkan selisih antara saving dan investment di suatu negara. Kalau saving negara lebih kecil daripada investasi yang dibutuhkan, kata Piter, transaksi berjalan akan defisit. Negara itu, menurut Piter, akan membutuhkan aliran modal asing untuk menutup defisit transaksi berjalan.

Dampak dari aliran modal asing ini, kata Piter, menjadikan negara tersebut akan rentan terhadap kondisi global. "Saving investment gap sangat berkaitan dengan tax ratio, karena saving di sini termasuk juga saving-nya pemerintah. Tax ratio rendah, saving pemerintah rendah. Argumentasi ini yang secara sederhana digunakan pak Anwar Nasution untuk mengatakan fundamental ekonomi kita sesungguhnya tidak kuat," kata Piter.
Piter mengatakan pertumbuhan ekonomi 5,1 persen dengan inflasi 3,5 persen, artinya ekonomi Indonesia cukup sehat dan kuat. Tetapi, defisit transaksi berjalan yang terjadi secara persisten menunjukkan ekonomi Indonesia fragile atau rentan. Hal itu terbukti selama setahun terakhir perekonomian Indonesia diombang ambingkan oleh gejolak global.
"Menggunakan semua indikator di atas saya lebih memilih untuk mengatakan fundamental ekonomi Indonesia kuat tetapi fragile atau rentan," ujar Piter berbeda pendapat dengan Anwar Nasution.
KARTIKA ANGGAENI

Berita terkait

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara: Kita Harus Waspada, Pendapatan Negara Turun

9 jam lalu

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara: Kita Harus Waspada, Pendapatan Negara Turun

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan bahwa Indonesia harus waspada, karena pendapatan negara pada triwulan I 2024 turun.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Pemilik Sepatu Bata hingga Jokowi Minta Timbal Balik Ekonomi

10 jam lalu

Terkini Bisnis: Pemilik Sepatu Bata hingga Jokowi Minta Timbal Balik Ekonomi

Siapa pemilik merek sepatu Bata yang pabriknya tutup di Purwakarta?

Baca Selengkapnya

10 Negara Bebas Pajak Penghasilan Pribadi, Tertarik Pindah?

13 jam lalu

10 Negara Bebas Pajak Penghasilan Pribadi, Tertarik Pindah?

Berikut deretan negara yang tidak memungut pajak penghasilan (PPh) pribadi, didominasi oleh negara yang kaya cadangan migas.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 2024 Tingkatkan Lapangan Pekerjaan

14 jam lalu

Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 2024 Tingkatkan Lapangan Pekerjaan

Kementerian Keuangan mencatat di tengah gejolak ekonomi global perekonomian Indonesia tetap tumbuh dan mendorong peningkatan lapangan pekerjaan.

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 2 Faktor Ekonomi yang Bikin Semua Negara Ketakutan

16 jam lalu

Jokowi Ungkap 2 Faktor Ekonomi yang Bikin Semua Negara Ketakutan

Presiden Jokowi meminta Indonesia menyiapkan fondasi yang kuat untuk pembangunan masa depan.

Baca Selengkapnya

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

1 hari lalu

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

Asosiasi Persepatuan Indonesia menanggapi tutupnya pabrik sepatu Bata. Pengetatan impor mempersulit industri memperoleh bahan baku.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Cek Syarat Pendaftaran CPNS Polsuspas, Harta Kekayaan Dirjen Bea Cukai Askolani

2 hari lalu

Terkini Bisnis: Cek Syarat Pendaftaran CPNS Polsuspas, Harta Kekayaan Dirjen Bea Cukai Askolani

Syarat pendaftaran CPNS Kepolisian Khusus Pemasyarakatan (Polsuspas) yang banyak diminati oleh para pelamar dari seluruh Indonesia.

Baca Selengkapnya

LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

2 hari lalu

LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

Perayaan bulan suci Ramadan dan hari raya Idul Fitri juga dapat memacu pertumbuhan ekonomi domestik lebih lanjut.

Baca Selengkapnya

Jadi Sorotan, Ternyata Segini Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai

2 hari lalu

Jadi Sorotan, Ternyata Segini Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai

Pegawai Direktorat Jenderal Bea Cukai disorot usai banyak kritikan terkait kinerjanya. Berapa gajinya?

Baca Selengkapnya

Zulhas Cerita Panjang Lebar soal Alasan Permendag Tak Lagi Batasi Barang Bawaan dari Luar Negeri

2 hari lalu

Zulhas Cerita Panjang Lebar soal Alasan Permendag Tak Lagi Batasi Barang Bawaan dari Luar Negeri

Mendag Zulhas bercerita panjang lebar soal alasan merevisi Permendag Nomor 36 Tahun 2024 soal pengaturan impor.

Baca Selengkapnya