Rupiah Anjlok, Politikus PDIP: Karena Surat Utang Dikuasai Asing

Reporter

Antara

Sabtu, 8 September 2018 13:29 WIB

Aktivitas penukaran mata uang asing di kawasan Kwitang, Jakarta, 8 Mei 2018. Nilai tukar rupiah berakhir melemah 51 poin atau 0,36% di Rp14.052 per dolar AS seiring pergerakan IHSG pada penutupan perdagangan hari ini, Selasa (8/5/2018). TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta -Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Juliari P Batubara menyebutkan sekitar 40 persen surat utang Indonesia dikuasai asing yang menjadi salah satu faktor menurunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. "Ini termasuk faktor internal. 40 persen surat utang Indonesia yang punya asing. Makanya, ke depannya kepemilikan asing terhadap surat utang Indonesia ini harus dikurangi," kata politikus PDI Perjuangan itu di Semarang, Jumat, 7 September 2018.

Baca: Efek Rupiah Melemah, Impor Porsche Hingga Ferrari Bakal Distop

Hal tersebut diungkapkan Ari, sapaan akrab Juliari saat "Penyerahan Fasilitasi Bantuan Mesin dan Peralatan dari Kementerian Perindustrian kepada IKM di Kota Semarang" yang berlangsung di Kantor Kecamatan Semarang Barat.

Ari menjelaskan 40 persen kepemilikan surat utang Indonesia oleh asing sebenarnya bisa dikurangi dengan memanfaatkan dana-dana yang menganggur, seperti dana pensiun untuk membeli surat-surat utang Indonesia tersebut.

"Sebenarnya, banyak dana-dana yang menganggur, seperti dana pensiun. Daripada duitnya menganggur di bank cuma dapat bunga sekian, mending dipakai buat beli surat-surat utang kita. Buat beli surat utang sendiri kan enggak bahaya," katanya.

Faktor internal lain, kata legislator Komisi VI DPR RI yang membidangi perdagangan, perindustrian, investasi, koperasi, UKM, dan BUMN itu, akibat neraca perdagangan yang selama ini masih minus dengan lebih banyaknya impor ketimbang ekspor.

Advertising
Advertising

"Makanya, mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi harus dibarengi dengan industri yang kuat. Kalau industri enggak kuat, orang-orang yang tiba-tiba kaya, sejahtera, mengambil dari tempat lain. Akhirnya, banyak impor," katanya.

Kondisi tersebut, kata Wakil Bendahara Umum DPP PDI Perjuangan itu, sebenarnya sudah terjadi sejak 10 tahunan yang lalu, bahkan untuk kebutuhan pangan saja sampai perlu mengimpor, seperti beras, gula, dan garam.

"Artinya, tidak ada kata lain selain memperkuat industri nasional dan pengurangan kepemilikan surat utang oleh asing ke depannya, supaya nilai mata uang tidak terlalu gonjang-ganjing seperti sekarang," kata Ari.

Selain faktor internal, diakuinya, pelemahan nilai tukar rupiah juga disebabkan faktor eksternal dengan adanya tekanan di negara-negara berkembang yang ekonominya sedang jelek, seperti Turki, Argentina, dan Brasil yang berimbas ke Indonesia.

"Para pemain uang dunia memang menyamaratakan, tidak melihat negara satu persatu. Mana nih negara berkembang yang ekonominya sedang rentan. Terjadi pelemahan di situ. Artinya, mereka tarik dolar untuk dipindahin ke tempat yang lebih aman," katanya.

Analogi sederhananya, kata dia, orang yang menyimpan dana di sebuah bank dengan bunga 5 persen/tahun, kemudian tiba-tiba ada perbankan lain yang menawarkan bunga yang lebih tinggi dengan jaminan keamanan yang lebih.

"Orang ini pindahin gak? Langsung pindahin. Ya, ini uang dari Turki, Argentina, Brazil, dan Indonesia ditarik, dipindahin karena ada yang lebih menarik. Kalau ditarik kan jadi kering," kata Ketua Panja Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) DPR RI itu.

ANTARA

Berita terkait

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS

1 hari lalu

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah ditutup menguat Rp 16.083 terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat, 3 Mei.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

1 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

1 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

1 hari lalu

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

Menkeu Sri Mulyani mengatakan, nilai tukar rupiah pada triwulan I 2024 mengalami depresiasi 2,89 persen ytd sampai 28 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

1 hari lalu

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di angka Rp 16.088 pada perdagangan akhir pekan ini.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

2 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

4 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

4 hari lalu

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

Daftar negara dengan mata uang terlemah menjadi perhatian utama bagi para pengamat ekonomi dan pelaku pasar.

Baca Selengkapnya

AdaKami Fokus Pendanaan Usaha Mikro dan Kecil

5 hari lalu

AdaKami Fokus Pendanaan Usaha Mikro dan Kecil

AdaKami akan berfokus pada pendanaan untuk usaha mikro dan kecil.

Baca Selengkapnya

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

6 hari lalu

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

Ketegangan di Timur Tengah yang perlahan mereda menjadi salah satu faktor peluang menguatnya rupiah.

Baca Selengkapnya