Karena Rupiah Melemah, Proyek Listrik 35 Ribu Megawatt Ditunda
Reporter
Chitra Paramaesti
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Kamis, 6 September 2018 19:34 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan, menuturkan alasan ditundanya megaproyek listrik 35 ribu megawatt. "Penundaan ini ada beberapa hal," ujar dia di JCC, Kamis, 6 September 2018.
Jonan menuturkan salah satu alasan ditundanya megaproyek tersebut, terkait dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar. Menurutnya, dengan menghentikan proyek sementara akan menekan laju impor barang.
Baca: Terpuruk Berhari-hari, Rupiah Menguat 48 Poin Jadi 14.880
Selanjutnya, Jonan menjelaskan, ada pergeseran permintaan listrik. Jonan berujar estimasi pertumbuhan permintaan listrik dalam undang-undang APBN 2018 sebanyak 8 persen. Namun, hingga triwulan kedua permintaan tersebut hanya 4 persen.
Sehingga, Jonan memprediksi hingga akhir tahun permintaan tersebut hanya mencapai 6 persen. "Jadi ada financial close atau belum disetujui pemerintah kita minta digeser lah, ada yang digeser setahun dua tahun juga digeser sampe 2026," tutur Jonan.
Proyek yang digagas oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo ini semula diharapkan dapat rampung pada 2019. Megaproyek tersebut akhirnya ditunda dengan target 2021 hingga 2026. Akibatnya, kata Jonan, sejumlah proyek harus digeser lantaran estimasi pertumbuhan listrik sebesar 8 persen dari target anggaran pendapatan dan belanja negara sebesar 7 persen.
Dengan adanya pergeseran tersebut, Jonan menyebutkan akan menekan pengadaan barang impor. Rata-rata proyek kelistrikan komposisi tingkat komponen dalam negeri (TKDN) bisa mencapai 50 persen lebih di beberapa proyek. Namun, setelah digeser rata-ratanya hanya mencapai sekitar 20-40 persen.