Ini Prediksi Data Kebutuhan Bahan Pangan hingga Tahun 2045
Reporter
Fajar Pebrianto
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Kamis, 9 Agustus 2018 06:30 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Permintaan dan konsumsi masyarakat terhadap sejumlah bahan pangan diprediksi akan terus meningkat dalam puluhan tahun ke depan. Prediksi ini disampaikan oleh Perhimpunan Ekonom Pertanian Indonesia atau Perhepi berdasarkan hasil penelitian pola konsumsi masyarakat Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.
"Kenaikan ini akan membuat usaha pemenuhan kebutuhan pangan ke depan semakin berat," kata Ketua Dewan Penasehat Perhepi Bayu Krisnamurthi dalam acara seminar nasional "Menelaah Model Konsumsi Pangan Indonesia Masa Depan" di Jakarta, Rabu, 8 Agustus 2018.
Dalam penelitian ini, berbagai faktor menjadi pertimbangan. Di antaranya yaitu kenaikan populasi masyarakat dari 261 juta di tahun 2025, menjadi 318 juta di tahun 2045. Lalu pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) sekitar 5,1 persen per tahun. "Penelitian ini bertujuan agar ada model pengelolaan pangan ke depannya," ujar Bayu.
Dengan menggunakan baseline atau patokan dasar dari tahun 2017, Perhepi memprediksi kenaikan belasan komoditas bahan pangan. Pertama, konsumsi beras yang pada tahun tersebut masih berada di level 97,6 kilogram per kapita per tahun, akan naik menjadi 99,08 kilogram pada tahun 2025 atau naik sekitar 1,5 persen. Di tahun 2045, jumlahnya akan mencapai 99,5 kilogram atau naik 2 persen.
Berkebalikan dengan beras, konsumsi jagung justru diprediksi akan menurun. Penurunan diperkirakan akan mencapai 12 persen pada 2025 dan 15 persen pada 2045. "Untuk jagung memang terus menurun dari sisi konsumsi, tapi meningkat untuk pakan ternak," kata Bayu.
Selanjutnya, konsumsi daging ayam naik 22,1 persen di tahun 2025, dari 7,48 kilogram per kapita per tahun menjadi 9,13 kilogram. Lalu naik 29,3 persen di tahun 2045 menjadi 9,66 kilogram. Kemudian masih untuk tahun 2025 dan 2045, konsumsi daging naik 10,3 persen dan 20,4 persen; konsumsi ikan naik 11 persen dan 14,6 persen.
Untuk bahan pangan buah dan sayuran, proyeksi konsumsi tertinggi akan terjadi pada apel dengan peningkatan masing-masing 55 persen dan 73,5 persen. Apel merupakan komoditi buah dengan permintaan tertinggi dibandingkan dengan pisang, jeruk, salak, dan mangga. Namun, pasar apel di Indonesia didominasi oleh apel impor.