Rupiah Loyo, Sri Mulyani Waspadai Imported Inflation

Selasa, 7 Agustus 2018 07:29 WIB

Pertemuan Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Panjaitan dan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara dengan Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim dkk di kantor pusat Bank Dunia, Washington DC, Rabu pagi 18 April 2018. TEMPO/ WAHYU MURYADI

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut tingkat inflasi Indonesia masih cukup stabil rendah di level 3,2 persen. Meski demikian, ia mewaspadai adanya imported inflation atau inflasi yang berasal dari luar negeri pada semester II 2018.

Baca: Sri Mulyani: Negara Dirugikan Rp 57 Miliar Akibat Miras Ilegal

"Kita tentu harus hati-hati melihat depresiasi rupiah yang biasanya terjemahannya imported inflation," ujar Sri Mulyani di Kementerian Pertahanan, Jakarta, Senin, 6 Agustus 2018. Imported inflation biasanya disebabkan oleh kenaikan harga komoditas di luar negeri, atau melemahnya nilai tukar mata uang.

Berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate Bank Indonesia, kurs rupiah berada pada angka Rp 14.481 per dolar Amerika Serikat pada hari ini. Angka tersebut menguat ketimbang Jumat lalu, 3 Agustus 2018, yang mencapai Rp 14.503 per dolar AS.

Untuk itu, Sri mulyani berujar salah satu langkah yang bisa ditempuh pemerintah adalah menjaga pasokan makanan di pasar, khususnya untuk barang-barang administered price. Dengan begitu, ia berharap inflasi bisa dijaga di level 3,5 persen.

Advertising
Advertising

Apabila inflasi bisa terjaga di level tersebut, Sri Mulyani optimistis tingkat konsumsi masyarakat pada semester II juga bisa cukup baik. Konsumsi adalah salah satu pemicu utama yang mendongkrak pertumbuhan ekonomi triwulan II mencapai 5,27 persen.

Sri Mulyani berujar tingginya konsumsi pada triwulan II 2018 ditengarai lantaran adanya masa Lebaran pada Juni 2018. "Kemungkinan itu juga faktor seasonal," ujar Sri Mulyani lagi. Pada periode itu, ujar dia, memang melalui hari raya Lebaran. "Saat itu kan ada THR, tunjangan ke-13 dan libur panjang, itu semua memberikan efek positif."

Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto menuturkan tingginya pertumbuhan pada triwulan II didukung oleh seluruh lapangan usaha. "Pertumbuhan tertinggi dicaapai oleh lapangan usaha jasa lainnya sebesar 9,22 persen," ujar dia di Kantor BPS. Selanjutnya, ia mengatakan kontribusi pertumbuhan tersebut disusul oleh jasa perusahaan 8,39 persen dan transportasi pergudangan 8,59 persen.

Suhariyanto berujar, jika dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi pada triwulan kedua 2018, industri pengolahan tumbuh 0,84 persen. Kemudian, perdagangan besar eceran, reparasi mobil dan sepeda motor tumbuh 0,69 persen, pertahuan, kehutanan, dan perikanan tumbuh 0,64 persen, konsstruksi 0,55 persen, dan transportasi pergudangan 0,35 persen.

Berita terkait

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

46 menit lalu

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

Inflasi April 2024 sebesar 3 persen secara year on year.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

14 jam lalu

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

Menkeu Sri Mulyani mengatakan, nilai tukar rupiah pada triwulan I 2024 mengalami depresiasi 2,89 persen ytd sampai 28 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

15 jam lalu

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

Menkeu Sri Mulyani mengatakan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia pada kuartal pertama tahun 2024 masih terjaga.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

15 jam lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

19 jam lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

20 jam lalu

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di angka Rp 16.088 pada perdagangan akhir pekan ini.

Baca Selengkapnya

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

1 hari lalu

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

Sektor manufaktur tunjukan tren kinerja ekspansif seiring Ramadhan dan Idul Fitri 2024. Sementara itu, inflasi masih terkendali.

Baca Selengkapnya

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

1 hari lalu

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

2 hari lalu

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mencatatkan pertumbuhan pendapatan di kuartal I 2024 ini meningkat hingga 18,07 persen dibandingkan kuartal I 2023.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

2 hari lalu

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menekankan pentingnya kekuatan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk efektivitas transisi energi.

Baca Selengkapnya