Wakil Presiden Jusuf Kalla (kedua kanan) didampingi Menko Perekonomian Darmin Nasution (tengah), Menkeu Sri Mulyani (ketiga kiri), Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso (ketiga kanan), Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo (kanan), Dirut Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio (kiri), Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen (kedua kiri) membuka perdagangan saham 2018 di BEI, Jakarta, 2 Januari 2018. Tempo/Tony Hartawan
Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat tak selalu membawa dampak buruk. Kondisi itu bisa dimanfaatkan untuk mendorong ekspor.
"Jadi rupiah yang melemah itu jangan lihat jeleknya saja, ada juga sisi positifnya," kata JK di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa, 3 Juli 2018.
Kalla mengatakan pelemahan rupiah di satu sisi memang menimbulkan kenaikan harga barang impor. Namun di daerah-daerah penghasil barang ekspor seperti sawit, batubara, udang, kopi, dan cokelat, disebut JK menikmati kondisi saat ini.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar hari ini bergerak melemah tujuh poin. Rupiah melemah menjadi Rp 14.397 dari posisi sebelumnya Rp 14.390 per dolar Amerika. Rupiah sempat melemah hingga menyentuh level Rp 14.429 per dolar Amerika.
Meski suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) sudah naik 50 basis poin menjadi 5,25 persen untuk memperkuat stabilitas rupiah, investor asing yang masuk ke Indonesia belum cukup besar. Akibatnya, pelemahan nilai tukar rupiah terus terjadi.
JK mengatakan sisi positif pelemahan rupiah adalah kesempatan meningkatkan ekspor. "Tidak bisa diatasi hanya dengan minjam tapi peningkatan ekspor. Tidak bisa diatasi dengan peningkatan (suku) bunga tapi bagaimana produktivitas yang menghasilkan dolar itu diperbanyak," ujar Jusuf Kalla.