Aviliani: Pemerintah Harus Garap Pariwisata agar Rupiah Menguat

Selasa, 3 Juli 2018 14:41 WIB

Wakil Ketua Fraksi PDIP MPR Arif Budimanta (kanan) dan Pengamat Ekonomi Indef Aviliani (kiri) dalam Dialog Pilar Negara yang bertajuk "Politik Ekonomi Dalam Rangka Demokrasi Ekonomi" di Gedung MPR Komplek Parlemen, Jakarta, (2/4). Tempo/Amston Probel.

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Aviliani mengatakan pemerintah perlu menggarap sektor pariwisata jika ingin memperkuat Rupiah. Menurut Aviliani, sektor pariwisata merupakan sektor yang bisa tetap tumbuh namun tak menambah beban impor.

"Potensi ini masih belum digarap dengan baik, padahal Indonesia sudah membebaskan visa kepada 250 negara," kata Aviliani usai menjadi pembicara dalam dalam diskusi yang bertajuk "Peningkatan Rasio Penerimaan Negara terhadap PDB melalui Kebijakan Cukai", di Gedung Sindo, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu, 3 Juli 2018.

Baca juga: Suku Bunga Bank Indonesia Naik, Rupiah Akhirnya Menguat

Pernyataan Aviliani tersebut dilontarkan untuk menanggapi pelemahan Rupiah yang terus terjadi hingga hari ini. Menurut dia, pelemahan Rupiah yang terjadi saat ini tidak bisa hanya mengandalkan solusi jangka pendek seperti penguatan suku bunga. Sebab, kondisi ketidakpastian dan dinamika ekonomi global sebagai faktor eksternal masih kuat dirasakan.

Sementara itu berdasarkan data RTI, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika di pasar valas juga tercatat melemah sebesar 68 poin atau setara dengan 0,50 persen ke posisi Rp 14.423 pada pukul 14.00 WIB. Sedangkan berdasarkan kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), nilai tukar Rupiah ke Dolar Amerika berada di angka Rp 14.418.

Simak pula: Pertumbuhan Ekonomi Diharapkan jadi Sentimen Positif Rupiah

Aviliani menuturkan perang dagang antara Amerika dan China juga masih terus berlanjut. Belum lagi kebijakan Presiden Amerika Donald Trump terlihat belum jelas menyebabkan kondisi ekonomi menjadi rentan terjadinya fluktuasi yang signifikan.

Karena itu, ia meminta pemerintah menggarap serius sektor pariwisata supaya bisa mendatangkan devisa. Misalnya, dia mengusulkan harus ada koordinasi antara tempat wisata di dalam negeri. Ia memberi contoh di Korea Selatan telah diatur bagaimana kerja sama di antara biro travel.

"Di Indonesia seperinya dibiarkan jalan sendiri-sendiri sehingga tidak mendatangkan devisa," ujar dia.

Selain itu, Aviliani juga meminra pertumbuhan ekspor juga perlu ditingkatkan. Misalnya hal ini dilakukan dengan meningkatkan perjanjian kerjasama antara pemerintah (government to government). Kemudian, peran Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia juga perlu dilakukan.

Ia menilai kebijakan BI yang menaikkan suku bunga rupiah acuan 50 basis point menjadi 5,25 persen sudah tepat. Namun harus pula dimbangi masuknya aliran modal asing ke dalam negeri.

Berita terkait

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS

15 jam lalu

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah ditutup menguat Rp 16.083 terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat, 3 Mei.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

1 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

1 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

1 hari lalu

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

Menkeu Sri Mulyani mengatakan, nilai tukar rupiah pada triwulan I 2024 mengalami depresiasi 2,89 persen ytd sampai 28 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

1 hari lalu

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di angka Rp 16.088 pada perdagangan akhir pekan ini.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

2 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

4 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

4 hari lalu

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

Daftar negara dengan mata uang terlemah menjadi perhatian utama bagi para pengamat ekonomi dan pelaku pasar.

Baca Selengkapnya

AdaKami Fokus Pendanaan Usaha Mikro dan Kecil

4 hari lalu

AdaKami Fokus Pendanaan Usaha Mikro dan Kecil

AdaKami akan berfokus pada pendanaan untuk usaha mikro dan kecil.

Baca Selengkapnya

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

6 hari lalu

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

Ketegangan di Timur Tengah yang perlahan mereda menjadi salah satu faktor peluang menguatnya rupiah.

Baca Selengkapnya