TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia (BI) Onny Widjanarko menyebut pertumbuhan uang elektronik atau e-money mulai akhir 2017 sampai Maret 2018 mencapai 361 persen.
"Angka ini tinggi sekali," ujar Onny saat ditemui Tempo di Lapangan IRTI Monas, Jakarta, Rabu, 23 Mei 2018.
Menurut Onny, pertumbuhan yang tinggi tersebut disebabkan penggunaan e-money di jalan tol dan banyaknya diskon e-commerce.
Deputi Gubernur BI Rosmaya Hadi mengatakan, di tengah meningkatnya kebutuhan uang tunai, BI terus berupaya memadukan layanan tunai dan non tunai dalam rangka mewujudkan less cash society. Dari sisi sistem pembayaran, BI akan menempuh tiga strategi.
Pertama, menguji seluruh infrastruktur guna memastikan terselenggaranya layanan sistem pembayaran secara aman, lancar, dan efisien. Infrastrutktur sangat penting terutama bila volume transaksi pada Ramadan dan menjelang Lebaran meningkat. Kedua, berkoordinasi dengan peserta Sistem Pembayaran Bank Indonesia dan otoritas lainnya untuk memastikan kegiatan sistem pembayaran optimal.
Ketiga, memastikan kesiapan industri untuk penyelenggaraan sistem pembayaran yang aman, andal, dan efisien. "Khususnya keandalan sistem transaksi dan top up uang elektronik di ruas jalan tol," ujarnya di lokasi yang sama.
Terkait penggunaan transaksi non tunai melalui alat pembayaran menggunakan kartu, BI mengimbau masyarakat untuk tetap menjaga kerahasiaan PIN dan memperhatikan keamanan pada saat melakukan transaksi.
BI, ujarnya, akan terus berkoordinasi dengan peserta sistem pembayaran, guna memastikan kegiatan sistem pembayaran seperti penggunaan e-money berjalan optimal. "Dengan langkah-langkah antisipatif yang dilakukan, kami berharap kegiatan ekonomi masyarakat pada bulan Ramadan dan Lebaran 2018 dapat berjalan dengan lancar, aman dan nyaman," tutur Rosmaya.