Menjelang Ramadan, Mendag Yakin Satgas Pangan Halau Spekulan
Reporter
Pribadi Wicaksono (Kontributor)
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Minggu, 8 April 2018 19:12 WIB
TEMPO.CO, Yogyakarta - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita berharap agar menjelang Ramadan dan lebaran nanti tak muncul lagi spekulan nakal yang coba-coba membuat harga kebutuhan pangan meroket. Para spekulan ini biasanya menimbun bahan kebutuhan pokok hingga memicu kelangkaan demi keuntungan pribadi.
Enggar menyebutkan, saat ini sudah ada Satuan Petugas Pangan yang aktif memantau pergerakan harga bahan pokok. "Spekulan ini sekarang sudah takut dengan para Satgas itu," ujar Enggar saat menggelar Rapat Koordinasi Kesiapan Hari Besar Keagamaan Nasional jelang puasa dan Lebaran 2018 di Gedong Pracimartono Komplek Kepatihan Yogyakarta, Jumat, 6 April 2018.
Baca: Antisipasi Naiknya Harga Pangan, Jokowi Minta Stok Beras Cukup
Kementerian Perdagangan, kata Enggar, telah berkoordinasi dengan kepolisian melalui Markas Besar Polri agar satgas pangan yang memproses hukum para spekulan nakal memakai cara berbeda. "Kami sudah bicara ke pak Kapolri (Jenderal Polisi Tito Karnavian) kemarin, spekulan ini cukup diproses hukum di tingkat polsek (Kepolisian Sektor) saja," ujar Enggar.
Alasannya, kata Enggar, agar para spekulan itu juga merasakan malu karena jadi sorotan masyarakat karena aksinya yang merugikan orang banyak. "Jadi di tingkat polsek itu nanti akan ada dua perkara. Kalau tidak kasus kriminal seperti pemerkosaan ya berarti kasus spekulan."
Enggar menuturkan, gejolak harga paling rawan saat Ramadan-lebaran biasanya terjadi pada komoditas yang amat tergantung musim. Seperti cabai, tomat, bawang merah, dan bawang putih.
Untuk mengatasi agar gejolak harga pada komoditas rawan yang bergantung cuaca itu tak terus berulang, kata Enggar, ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Yakni menyediakan pusat penyimpanan komoditas. "Saat ini Bulog (Badan Urusan Logistik) sudah memesan untuk pembuatan tempat penyimpanan khusus bawang merah, bawang putih, juga cabai itu dari tangan petani," ujarnya.
Untuk membangun sejumlah gudang penyimpanan komoditas pangan yang rawan gejolak harga itu, pemerintah juga kerjasama dengan swasta. Namun untuk swasta membutuhkan jaminan sehingga sifat gudang penyimpanannya memberlakukan sistem sewa. "Karena kalau sepenuhnya mengandalkan uang dari Bulog sayang investasinya cuma seperti itu dan butuh proses panjang," ucap Enggar.