Peringatkan Utang Negara, INDEF: Tidak Semua Kritik Itu Politis

Kamis, 29 Maret 2018 05:45 WIB

INDEF menggelar evaluasi terhadap kebijakan pangan di masa pemerintahan Jokowi-JK, 10 Juli 2017. TEMPO/Putri Thaliah

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati meminta pemerintah tidak menutup telinga atas kritik, termasuk soal utang, yang dilontarkan masyarakat. Selain itu, dia meminta pemerintah tak menjawab kritik tersebut hanya dengan retorika belaka.

"Tidak semua kritik itu tujuannya politis," katanya dalam sebuah diskusi di Hotel Mercure, Jakarta Barat, Rabu, 28 Maret 2018.

INDEF memberi peringatan keras kepada pemerintah dalam sektor ekonomi, khususnya masalah utang luar negeri. Enny mengatakan bentuk utang yang saat ini didominasi sekuritas perlu diwaspadai karena membahayakan kedaulatan.

"Apa yang dirasakan pasar itu banyak sekali kepala, kita gak bisa mendeteksi," katanya.

Simak: Tembus Rp 4.000 T, Faisal Basri Ingatkan Bahaya Utang Pemerintah

Utang saat ini disebut berbeda dengan utang masa Orde Baru. Saat itu, menurut Enny, dominasi utang dalam bentuk bilateral dan multilateral dibanding sekuritas. Untuk itu, intervensi pemerintah terhadap utang jauh lebih kuat.

"Kalau utang dulu, kita kesulitan bayar utang ke Jepang dan Amerika kita masih bisa nego-nego," ujarnya.

Enny menekankan bahwa saat ini dan beberapa tahun kedepan, masalah ekonomi adalah yang paling krusial. Pemerintah diminta tidak menganggap enteng.

Sebagai contoh, Enny menyebutkan Yunani yang bangkrut karena salah dalam pengelolaan ekonomi. "Yunani contohnya, salah kelola dalam kebijakan fiskal, sumber krisisnya adalah utang," katanya.

Utang pemerintah Indonesia hingga akhir Februari 2018 mencapai Rp 4.035 triliun. Posisi ini naik 13,46 persen dibanding periode yang sama tahun lalu Rp 3.556 triliun atau 29,24 persen dari produk domestik bruto (PDB).

Terkait alasan utang demi pembangunan infrastruktur seperti yang pernah diungkapkan Menteri Perekonomian Darmin Nasution, Enny menagih hasilnya. Menurut Enny, infrastruktur dibangun dengan tujuan menurunkan logistic cost.

Namun, dari pengamatannya semua tol yang selesai dibangun pemerintah justru sepi peminat. "Misalnya tol di Tebing Tinggi itu sampai Rp 40 ribu, hitung-hitungan untuk kendaraan niaga bukan efisien malah menambah biaya," katanya.

Akibatnya, kata Enny, jika infrastruktur yang dibangun melalui utang tak menghasilkan akan membuat masalah baru. BUMN akan kesulitan mengembalikan utang. "Mereka kesulitan cash flow, apakah itu menunjukkan jalan untuk privatisasi lagi?," katanya.

Berita terkait

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

9 hari lalu

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

Isy Karim mengatakan Kemendag akan memperjuangkan utang selisih harga minyak goreng yang tersendat sejak awal 2022.

Baca Selengkapnya

Program Makan Siang Gratis Prabowo Masuk RAPBN 2025, Ekonom Ini Ingatkan Anggaran Bakal Sangat Tertekan

10 hari lalu

Program Makan Siang Gratis Prabowo Masuk RAPBN 2025, Ekonom Ini Ingatkan Anggaran Bakal Sangat Tertekan

Direktur Ideas menanggapi rencana Presiden Jokowi membahas program yang diusung Prabowo-Gibran dalam RAPBN 2025.

Baca Selengkapnya

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

10 hari lalu

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

Bank DBS Indonesia meraih peringkat AAA National Long-Term Rating dan National Short-Term Rating of F1+ dari Fitch Ratings Indonesia atas kinerja keuangan yang baik.

Baca Selengkapnya

Dagang Sapi Kabinet Prabowo

11 hari lalu

Dagang Sapi Kabinet Prabowo

Partai politik pendukung Prabowo-Gibran dalam pemilihan presiden mendapat jatah menteri berbeda-beda di kabinet Prabowo mendatang.

Baca Selengkapnya

Penjelasan Kemenkeu soal Prediksi Kenaikan Rasio Utang jadi 40 Persen pada 2025

12 hari lalu

Penjelasan Kemenkeu soal Prediksi Kenaikan Rasio Utang jadi 40 Persen pada 2025

Kemenkeu merespons soal kenaikan rasio utang pemerintah terhadap produk domestik bruto (PDB) pada 2025.

Baca Selengkapnya

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

13 hari lalu

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

Kepala Eksekutif OJK Friderica Widyasari Dewi memberikan sejumlah tips yang dapat diterapkan oleh ibu-ibu dalam menyikapi isi pelemahan rupiah.

Baca Selengkapnya

PT PundiKas Indonesia Bantah Telah Menjebak dan Meneror Nasabah karena Pinjol

13 hari lalu

PT PundiKas Indonesia Bantah Telah Menjebak dan Meneror Nasabah karena Pinjol

PT PundiKas Indonesia, layanan pinjaman dana online atau pinjol, membantah institusinya telah menjebak nasabah dengan mentransfer tanpa persetujuan.

Baca Selengkapnya

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

14 hari lalu

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Meski tidak bersinggungan secara langsung dengan komoditas pangan Indonesia, namun konflik Iran-Israel bisa menggoncang logistik dunia.

Baca Selengkapnya

Seorang Istri jadi Korban KDRT Suaminya Karena Tak Berikan Data KTP Untuk Pinjol

14 hari lalu

Seorang Istri jadi Korban KDRT Suaminya Karena Tak Berikan Data KTP Untuk Pinjol

Seorang menjadi korban KDRT karena tidak memberikan data KTP untuk pinjaman online.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

15 hari lalu

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

Di tengah konflik Iran-Israel, pemerintah mesti memprioritaskan anggaran yang bisa membangkitkan sektor bisnis lebih produktif.

Baca Selengkapnya