Neraca Perdagangan Tiga Kali Defisit, BPS Beri Peringatan

Kamis, 15 Maret 2018 21:02 WIB

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto serta Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Yunita Rusanti di kantor BPS Indonesia, Pasar Baru, Jakarta, 15 Maret 2018. TEMPO/Lani Diana

TEMPO.CO, Jakarta -Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia defisit pada Februari 2018. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menyatakan neraca perdagangan Indonesia defisit tiga kali berturut-turut sejak Desember 2017.

"Defisit yang merah (tahun 2018) agak tidak biasa. Ini (2018) sudah dua kali defisit," kata Suhariyanto di kantor BPS Indonesia, Pasar Baru, Jakarta Pusat, Kamis, 15 Maret 2018.

Padahal bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, defisit neraca perdagangan hanya terjadi dua kali yakni US$ 0,27 miliar pada Juli 2017 dan US$ 0,22 miliar pada Desember 2017. Adapun neraca perdagangan Indonesia defisit selama tiga bulan berturut-turut meski nilainya menurun.

Data BPS menunjukkan neraca perdagangan Indonesia defisit US$ 0,76 miliar pada Januari 2018 dan US$ 0,12 miliar pada Februari 2018. Artinya, sepanjang Januari-Februari 2018 terjadi defisit sebesar US$ 0,87 miliar.

Hal itu dikarenakan besarnya selisih ekspor-impor migas yang minus US$ 1,8 miliar. Meski begitu, Merosotnya perdagangan migas tertolong oleh ekspor-impor non-migas yang surplus US$ 0,93 miliar.

Advertising
Advertising

Menurut Suhariyanto, barang ekspor-impor migas terdiri dari minyak mentah, hasil minyak, dan gas. Pada Januari-Februari 2018, penerimaan negara sebesar US$ 0,76 miliar dari hasil minyak mentah, US$ 0,23 miliar hasil minyak, dan US$ 1,7 miliar gas. Namun pengeluaran negara jauh lebih besar yaitu US$ 1,5 miliar untuk mengimpor minyak mentah, US$ 2,5 miliar untuk hasil minyak, dan US$ 0,44 miliar untuk gas.

"Kita semua berharap surplus. Defisit Februari 2018 lebih kecil dibandingkan Januari 2018, tapi harus jadi perhatian karena tiga bulan (Desember 2017, Januari-Februari 2018) berturut-turut defisit," ujar Suhariyanto.

Menurut dia, ada tiga cara mencegah defisit neraca perdagangan. Pertama Indonesia perlu memperluas pasar ekspor non tradisional. Kedua, pengusaha tidak terpaku hanya pada sumber daya alam dan komoditas. Artinya, pengusaha perlu meningkatkan nilai tambah suatu produk.

"Kalau tidak (meningkatkan nilai tambah), akan tertinggal dengan negara tetangga seperti Vietnam," kata Suhariyanto.

Ketiga, menekan impor. Menurut Suhariyanto, diperlukan pembangunan industri yang menghasilkan barang pengganti produk impor, khususnya bahan baku atau penolong.

BPS mencatat Indonesia mengimpor 74,67 persen bahan baku atau penolong sepanjang Januari-Februari 2018. Angka itu menurun ketimbang Januari-Februari 2017 dengan kontribusi impor bahan yang sama sebesar 76,38 persen.

Pada Februari 2018, golongan bahan baku atau penolong memberikan peran terbesar, yaitu 74,43 persen dengan nilai US$ 10,58 juta.

Berita terkait

Indef Minta Pemerintah Antisipasi Penurunan Konsumsi pada Triwulan II

45 menit lalu

Indef Minta Pemerintah Antisipasi Penurunan Konsumsi pada Triwulan II

Pemerintah diminta untuk mengantisipasi potensi menurunnya kinerja konsumsi rumah tangga terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II 2024.

Baca Selengkapnya

Jokowi soal Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen: Menumbuhkan Sebuah Optimisme

9 jam lalu

Jokowi soal Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen: Menumbuhkan Sebuah Optimisme

Presiden Jokowi mengatakan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,11 persen di kuartal pertama tahun ini patut disyukuri.

Baca Selengkapnya

Wakil Sri Mulyani Harap Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen Bisa Gaet Investor

1 hari lalu

Wakil Sri Mulyani Harap Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen Bisa Gaet Investor

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara angka pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2024 bisa menjadi basis.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

1 hari lalu

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat dalam penutupan perdagangan hari ini ke level Rp 16.025 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015

1 hari lalu

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan I-2024 yang tercatat 5,11 persen secara tahunan

Baca Selengkapnya

LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

3 hari lalu

LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

Perayaan bulan suci Ramadan dan hari raya Idul Fitri juga dapat memacu pertumbuhan ekonomi domestik lebih lanjut.

Baca Selengkapnya

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

5 hari lalu

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

BPS mencatat hanya 169 wisatawan mancanegara yang menggunakan 17 Bandara yang kini turun status menjadi Bandara domestik.

Baca Selengkapnya

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

5 hari lalu

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

11 hari lalu

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan klaim neraca perdaganga Indonesia alami surplus, ada beberapa komoditas yang surplus dan ada beberapa yang defisit.

Baca Selengkapnya

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

15 hari lalu

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024

Baca Selengkapnya