TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Pusat Statistik atau BPS Suhariyanto menyatakan neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit US$ 116 juta pada Februari 2018. Hal itu dipicu defisit sektor migas yang mencapai US$ 0,87 miliar meski neraca perdagangan sektor nonmigas surplus US$ 0,75 miliar.
Dengan begitu, kinerja neraca perdagangan per Februari tersebut menandai defisit selama tiga bulan berturut-turut sejak Desember 2017. "Tentunya ini menjadi warning buat kita semua," kata Suhariyanto di kantor BPS Indonesia, Pasar Baru, Jakarta Pusat, Kamis, 15 Maret 2018.
Baca: Trump Tabuh Genderang Perang Dagang, JK: Indonesia Siap Balas
Selama Februari 2018, total ekspor Indonesia mencapai US$ 14,1 miliar. Ekspor di sektor migas sebanyak US$ 1,39 miliar dan nonmigas US$ 12,7 miliar.
Namun jumlah impor Indonesia tercatat lebih banyak, yakni US$ 14,2 miliar. Perinciannya adalah US$ 2,26 miliar impor migas dan US$ 11,95 miliar impor nonmigas.
Menurut Suhariyanto, defisit Februari 2018 dipengaruhi impor migas yang cukup tinggi. Impor migas selama Februari 2018 antara lain US$ 932 juta minyak mentah, US$ 1,1 miliar hasil minyak, dan US$ 196 juta gas.
Selisih ekspor-impor sektor migas minus US$ 869 juta atau US$ 0,87 miliar. Untuk selisih ekspor-impor nonmigas surplus US$ 753 juta atau US$ 75 miliar.
Secara volume, neraca volume perdagangan Indonesia surplus 32,12 juta ton pada Februari 2018. Hal itu didorong oleh surplus neraca sektor nonmigas 32,57 juta ton. Namun neraca volume perdagangan sektor migas defisit 0,46 juta ton.