Lonjakan Harga Minyak Mentah Pengaruhi Laju Rupiah

Kamis, 25 Januari 2018 19:29 WIB

Petugas Bank Indonesia menghitung dan memeriksa uang Rupiah tidak layak edar dari berbagai pecahan yang ditukarkan oleh masyarakat di loket Gedung C Bank Indonesia, Jakarta, 26 Juli 2017. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyatakan kenaikan harga minyak mentah dunia dapat mempengaruhi stabilitas rupiah. Otoritas moneter diminta tak lengah.

Wakil Direktur Indef Eko Listiyanto mengatakan kenaikan harga minyak mentah terjadi saat Indonesia masih memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap impor. "Ini berkonsekuensi terhadap permintaan dolar yang meningkat," kata dia di kantornya, Jakarta, Kamis, 25 Januari 2018.

Kenaikan harga minyak juga disebut berdampak langsung terhadap peningkatan nilai impor bahan bakar minyak (BBM). Eko menuturkan situasi ini akan mengganggu neraca perdagangan.

Di sisi lain, kemampuan meningkatkan ekspor masih sangat terbatas. Situasi ini berpotensi menekan keseimbangan valas dan mengganggu stabilitas serta nilai tukar rupiah.

Eko menuturkan pemerintah perlu memikirkan langkah antisipatif dari kebijakan moneter yang prudent. "Termasuk koordinasi yang sinergis antara Bank Indonesia dan Pertamina saat akan mengimpor minyak," ujarnya.

Advertising
Advertising

Simak: Rupiah Melemah Tipis di Tengah Naiknya Harga Minyak Dunia

Direktur Indef Enny Sri Hartati mengatakan kenaikan harga minyak mentah saat ini juga berpotensi mempengaruhi inflasi. "Tapi sepanjang pemerintah tidak menaikkan harga BBM, target inflasi pemerintah masih relatif bisa terpenuhi," ucapnya.

Berdasarkan sejarah, kenaikan BBM sangat berpengaruh terhadap inflasi. Pada November 2014, misalnya, kenaikan Premium 23,5 persen dan Solar 36,4 persen diikuti inflasi 3,96 persen pada periode November-Desember 2014. Angkanya lebih besar dari total inflasi 2017 sebesar 3,61 persen.

Namun Enny mengatakan inflasi yang rendah juga bukan solusi. Pasalnya, daya beli masyarakat berpotensi menurun akibat kenaikan harga minyak. Target pertumbuhan ekonomi 5,4 persen diprediksi sulit tercapai jika konsumsi rumah tangga terganggu.

Saat inflasi naik, suku bunga simpanan dan pinjaman juga terkerek turun. Dampaknya, pertumbuhan kredit melambat, investasi turun, dan pertumbuhan ekonomi tertekan.

Indef meminta pemerintah segera mengambil pilihan. Salah satunya meneruskan sebagian atau keseluruhan kenaikan harga minyak global kepada konsumen. Artinya, menaikkan harga BBM.

Pilihan lainnya adalah menugaskan Pertamina menanggung selisih harga minyak dengan konsekuensi menurunnya keuntungan dan setoran deviden. Cara lain adalah menambah penanaman modal negara sebagai konsekuensi dari penugasan tersebut.

Pemerintah juga bisa saja memilih salah satu opsi atau mengkombinasikannya. "Yang penting jelas. Sehingga masyarakat, dunia usaha, dan Pertamina bisa membuat perencanaan di 2018," tuturnya.

Berita terkait

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS

2 hari lalu

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah ditutup menguat Rp 16.083 terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat, 3 Mei.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

2 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

2 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

2 hari lalu

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

Menkeu Sri Mulyani mengatakan, nilai tukar rupiah pada triwulan I 2024 mengalami depresiasi 2,89 persen ytd sampai 28 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

3 hari lalu

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di angka Rp 16.088 pada perdagangan akhir pekan ini.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

3 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

5 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

6 hari lalu

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

Daftar negara dengan mata uang terlemah menjadi perhatian utama bagi para pengamat ekonomi dan pelaku pasar.

Baca Selengkapnya

AdaKami Fokus Pendanaan Usaha Mikro dan Kecil

6 hari lalu

AdaKami Fokus Pendanaan Usaha Mikro dan Kecil

AdaKami akan berfokus pada pendanaan untuk usaha mikro dan kecil.

Baca Selengkapnya

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

7 hari lalu

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

Ketegangan di Timur Tengah yang perlahan mereda menjadi salah satu faktor peluang menguatnya rupiah.

Baca Selengkapnya