Pengunjung berfoto di photobooth dalam Jakarta Culinary Feastival (JCF) 2017 di Senayan City, Jakarta Selatan, 17 November 2017. Festival Kuliner hasil kerjasama GO-JEK dan Ismaya ini menghadirkan chef nasional dan internasional, serta top 20 best selling Go-Food. TEMPO/ Nita Dian
TEMPO.CO, Jakarta - Fitur layanan Go-Food, menurut Chief Executive Officer Go-Jek Indonesia Nadiem Makarim, mampu meningkatkan omzet penjualan dan keluwesan para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di sejumlah wilayah Indonesia. Menurut dia, mayoritas pengguna Go-Jek cenderung menyukai makanan lokal.
Nadiem menjelaskan, makanan lokal kesukaan pengguna Go-Jek terutama (dari) UMKM. “Sebanyak 30 persen dari omzet UMKM itu datangnya dari Go-Food," katanya, di acara Go Food Festival, di Pasaraya Blok M, Jakarta, Selasa, 9 Januari 2018.
Selain itu, Nadiem menilai UMKM mempunyai berbagai kendala bisnis, seperti tidak punya modal untuk membuka tempat usaha. Ia meminta pelaku UMKM tak perlu khawatir dengan proses distribusi dan mencari pasar.
Nadiem menilai Go-Food mampu mendorong perkembangan bisnis UMKM. Saat ini, sebanyak 125.000 merchant di 15 kota telah menjalin kerja sama dengan layanan Go-Food.
"Bisa ke-cover karena jumlah driver Go-Jeknya banyak sekali. Karena sistem Go-Ride itu dari sisi reliability nomor satu. Mau makanan apa saja bisa kita dapatkan dari yang jauh," ucapnya.
Selain itu, layanan Go-Food juga menimbulkan pergeseran gaya hidup kelas menengah atas dalam membeli makanan. "Banyak orang kelas menengah ke atas yang beli di UMKM, ini merupakan hal yang luar biasa," ujarnya.
Menurut Nadiem, martabak, bakso goreng, kopi, pisang goreng madu, dan ayam geprek, merupakan makanan yang paling diincar para pengguna layanan Go-Food. Nadiem Makarim menjanjikan layanan tersebut akan diperluas lebih lanjut, agar semakin meningkatkan perkembangan UMKM di Indonesia.