Asia Pulp and Paper Bantah Lakukan Pembakaran Hutan

Reporter

Andita Rahma

Editor

Martha Warta

Jumat, 22 Desember 2017 12:54 WIB

Ilustrasi Kebakaran Hutan. (ilustrasi: kendra paramita, rizal zulfadli)

TEMPO.CO, Jakarta – Direktur Asia Pulp and Paper (APP) Sinar Mas Suhendra Wiriadinata membantah pemberitaan yang menyebutkan Sinar Mas, termasuk Asia Pulp and Paper, melakukan pembakaran hutan. “Tidak ada pembakaran hutan oleh APP dan seluruh suppliernya,” kata Suhendra dalam pesan singkat yang diterima Tempo pada Jumat, 22 Desember 2017. Menurut dia, pemberitaan tersebut seperti upaya untuk mendiskreditkan APP.

Ia pun berharap agar masyarakat tidak termakan dengan isu ini. “Indonesia, termasuk seluruh pihak baik pemerintah dan dunia usaha sudah berhasil mencegah kebakaran dalam dua tahun terakhir,” ujar Suhendra.

Baca: KLHK: Titik Api Akibat Kebakaran Hutan Turun 88 Persen

Sebelumnya, The Associated Press (AP) menemukan bahwa perusahaan yang dimiliki oleh dua pegawai Kehutanan Sinar Mas telah mengurangi hutan tropis di pulau Kalimantan sejak tahun 2014. Laporan produksi kehutanan dan industri resmi yang dilihat oleh AP menunjukkan bahwa sebagian dari kayu tersebut telah dijual di pasar lokal dan beberapa telah dijual ke perusahaan yang mengubahnya menjadi pelet yang dipasarkan sebagai sumber energi yang berkelanjutan. Sinar Mas bersumpah pada 2013 untuk menghentikan deforestasi.

Terlepas dari komitmen 2013, untuk mendapatkan persetujuan awal dan informasi dari masyarakat setempat untuk perkebunan baru, Sinar Mas terus mendesak rencana untuk mengubah 66.000 hektar (163.000 hektar) lahan negara di rantai pulau Bangka Belitung dari Sumatra menjadi hutan tanaman industri. Meskipun ada oposisi substansial.

Advertising
Advertising

AP menggariskan temuannya ke Sinar Mas lima hari yang lalu. Seorang juru bicara mengatakan akan menanggapi segera. Kelompok lingkungan Greenpeace, yang setelah kampanye panjang memastikan komitmen konservasi dari Sinar Mas pada tahun 2013, mengatakan bahwa pihaknya "khawatir" dan meminta penyelidikan independen mengenai hubungan antara Sinar Mas dan pemasok kayunya.

Sebagai informasi, Indonesia mengurangi hutan hujannya lebih cepat daripada negara lain. Membengkaknya keuntungan segelintir konglomerat kertas dan kelapa sawit sekaligus menyebabkan masalah sosial dan lingkungan yang masif. Kerugian hutan yang cepat dikombinasikan dengan emisi gas rumah kaca telah membuat Indonesia menjadi penyumbang terbesar keempat pemanasan global setelah China, A.S. dan India.

Emisinya membengkak secara dramatis pada tahun 2015 ketika kebakaran musim kemarau membakar 2,6 juta hektar (10.000 mil persegi). Kebakaran menyelimuti sebagian besar wilayah Indonesia, Singapura, Malaysia dan Thailand selatan dalam kabut yang merusak kesehatan sehingga sebuah studi di Harvard dan Columbia memperkirakan 100.000 kematian di wilayah tersebut terjadi. Bank Dunia mengatakan bahwa biaya kebakaran Indonesia mencapai $ 16 miliar.

Ada dugaan bencana terjadi karena drainase lahan hutan rawa oleh perusahaan kelapa sawit dan pulp termasuk pemasok Sinar Mas untuk perkebunan industri, membuatnya sangat mudah terbakar.

Terdapat bukti Sinar Mas secara tidak langsung telah melanggar janjinya. Tergambar melalui foto yang berasal dari drone dan gambar satelit seluas 13.000 hektar hutan di Borneo dimana perusahaan perkebunan, Muara Sungai Landak, memiliki izin pemerintah untuk mengeksploitasi. Catatan pemerintah yang melacak pungutan yang dibayarkan perusahaan saat memotong kayu tropis di lahan konsesi semacam itu juga menunjukkan bahwa penggundulan hutan sedang terjadi.

Temuan AP menunjukkan Sinar Mas memiliki tingkat tanggung jawab yang lebih besar terhadap kebakaran musim kemarau tahunan di Indonesia daripada yang sebelumnya diketahui. Indonesia menyetujui lima pemasok Sinar Mas untuk membakar lahan mereka pada tahun 2015 dan Badan Lingkungan Nasional Singapura sedang menyelidiki empat perusahaan yang ditunjuk Sinar Mas sebagai pemasok independen untuk berkontribusi terhadap tingkat kabut yang tidak sehat di negara kota pada tahun 2015

ANDITA RAHMA | WASHINGTON POST

Berita terkait

Kemenperin: Industri Pulp Nasional Peringkat Kedelapan Dunia, Industri Kertas Peringkat Keenam

25 November 2022

Kemenperin: Industri Pulp Nasional Peringkat Kedelapan Dunia, Industri Kertas Peringkat Keenam

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebut industri pulp dan kertas kian menggeliat.

Baca Selengkapnya

Kecelakaan Pesawat Garuda 25 Tahun Lalu, Kecelakaan GA 152 Salah Satu Terburuk?

27 September 2022

Kecelakaan Pesawat Garuda 25 Tahun Lalu, Kecelakaan GA 152 Salah Satu Terburuk?

Garuda Indonesia GA 152 sering dianggap sebagai kecelakaan pesawat terburuk dalam sejarah penerbangan Indonesia. Kenapa?

Baca Selengkapnya

Korindo Group Bantah Tuduhan Soal Pembakaran Lahan di Papua

28 Juli 2021

Korindo Group Bantah Tuduhan Soal Pembakaran Lahan di Papua

Korindo Group membantah tuduhan yang dialamatkan ke perusahaan atas isu pembakaran lahan di Papua.

Baca Selengkapnya

Sukses Tingkatkan Pendapatan Tanpa Bakar Lahan

15 November 2019

Sukses Tingkatkan Pendapatan Tanpa Bakar Lahan

Setidaknya sudah ada 20 kepala keluarga yang mengikuti jejak Daniel, melakukan pembukaan lahan tanpa bakar.

Baca Selengkapnya

Lebih dari 2 Juta Hewan Tewas Akibat Pembakaran Hutan di Bolivia

26 September 2019

Lebih dari 2 Juta Hewan Tewas Akibat Pembakaran Hutan di Bolivia

Para pakar lingkungan mengatakan lebih dari dua juta hewan telah mati dalam pembakaran hutan dan sabana tropis Chiquitania di Bolivia.

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut Ada Pembakar Hutan yang Sudah Bayar Ganti Rugi

19 Februari 2019

Jokowi Sebut Ada Pembakar Hutan yang Sudah Bayar Ganti Rugi

Jawaban Jokowi yang terpotong membuat awak media mencoba memastikan kembali apakah benar sudah ada perusahaan yang membayar.

Baca Selengkapnya

Eka Tjipta Widjaja Mangkat, Ini Kisah Sinar Mas Pulp and Paper

27 Januari 2019

Eka Tjipta Widjaja Mangkat, Ini Kisah Sinar Mas Pulp and Paper

Salah satu lini bisnis utama Grup Sinar Mas yang ditinggalkan Eka Tjipta Widjaja adalah Sinar Mas Pulp and Paper yang telah berkembang pesat.

Baca Selengkapnya

Cegah Karhutla, Perkuat Kesiapsiagaan, Sukseskan Asian Games 2018

4 Agustus 2018

Cegah Karhutla, Perkuat Kesiapsiagaan, Sukseskan Asian Games 2018

Apel siaga jelang Asian Games 2018 di Palembang, Sumatera Selatan salah satunya untuk mengantisipasi kesiapan hadapi karhutla.

Baca Selengkapnya

Greenpeace Hentikan Kerja Sama dengan APP dan Sinar Mas

12 Juni 2018

Greenpeace Hentikan Kerja Sama dengan APP dan Sinar Mas

Greenpeace menyetop semua keterlibatan dengan Asia Pulp & Paper (APP) serta Grup Sinar Mas karena keterkaitan dua perusahaan itu dengan deforestasi.

Baca Selengkapnya