Ini Alasan Bank Indonesia Larang Permen untuk Kembalian

Rabu, 13 Desember 2017 20:46 WIB

Uang logam pecahan Rp 1.000 Tahun Emisi 2010. ANTARA/Hasan Sakri Ghozali

TEMPO.CO, Kediri - Penggunaan permen sebagai alat tukar rupiah menjadi perhatian serius Bank Indonesia. Masyarakat diminta melaporkan kasir toko swalayan atau pelaku usaha yang memberikan permen sebagai uang kembalian.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Kediri Djoko Raharto mengatakan BI melarang keras penggunaan permen sebagai alat transaksi pengganti rupiah. “Kita melarang keras penggunaan permen sebagai alat pembayaran, laporkan kepada kami,” katanya kepada Tempo, Rabu, 13 Desember 2017.

Baca juga: Bank Indonesia Tak Perbolehkan Permen Sebagai Alat Transaksi

Djoko menegaskan rupiah merupakan simbol kedaulatan negara yang tak bisa digantikan dengan benda apa pun, apalagi permen. Karena itu, semua transaksi yang dilakukan di Indonesia wajib menggunakan rupiah.

Jika pelaku usaha atau kasir toko swalayan kerap berdalih tak memiliki uang logam pecahan kecil sebagai kembalian, konsumen disarankan melakukan transaksi nontunai. Dengan transaksi nontunai, tidak ada alasan bagi petugas kasir memberikan kembalian berupa permen.

Penggunaan transaksi nontunai, menurut Djoko, juga menjadi solusi bagi pelaku usaha. Apalagi selama ini peredaran uang logam di masyarakat tak terlalu besar. “Uang logam yang keluar hampir tidak pernah masuk lagi kepada kami,” ujarnya.

Dia menduga hal itu terkait dengan kebiasaan masyarakat yang lebih memilih menggunakan uang kertas sebagai alat pembayaran dibanding uang logam. Jadi uang logam yang diterima akan disimpan di rumah sebagai koleksi.

Produksi uang logam, Djoko melanjutkan, berbeda dengan produksi uang kertas. Hingga kini, sebagian besar bahan baku uang kertas masih diimpor dari luar negeri, terutama kertas dan bahan pewarnanya. Karena itu, nominal pecahan kecil mulai diproduksi dalam bentuk logam, seperti pecahan Rp 1.000.

Selain itu, produksi uang logam dengan nilai Rp 500, yang terbuat dari tembaga, juga telah dialihkan ke bahan lain yang ringan. Sebab, biaya produksi uang logam tembaga itu jauh lebih besar dibanding nilai rupiahnya.

Bank Indonesia juga terus berupaya mencukupi kebutuhan uang logam pecahan kecil kepada para pelaku usaha. Sebisa mungkin hindari penggunaan permen jika memiliki ketersediaan uang logam pecahan kecil untuk bertransaksi.

Berita terkait

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

7 jam lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

9 jam lalu

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

Ketegangan di Timur Tengah yang perlahan mereda menjadi salah satu faktor peluang menguatnya rupiah.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

1 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Polisi Ungkap Modus Penyamaran Narkotika: Dari Kue, Permen, hingga Liquid Vape

2 hari lalu

Polisi Ungkap Modus Penyamaran Narkotika: Dari Kue, Permen, hingga Liquid Vape

Menyamarkan narkotika menjadi cairan liquid vape seperti yang dilakukan selebgram Chandrika Chika dan atlet eSports Aura Jeixy menambah daftar modus.

Baca Selengkapnya

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

2 hari lalu

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

2 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

2 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

3 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

3 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

3 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya