Pilot Garuda Diduga Rasis, Apakah Saham GIAA Terpengaruh?
Reporter
Muhammad Hendartyo
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Rabu, 22 November 2017 07:10 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Analis dari Bahana Sekuritas Muhammad Wafi menyatakan viralnya video yang beredar soal pilot Garuda Indonesia yang diduga rasis belakangan ini tak mempengaruhi pergerakan saham maskapai penerbangan pelat merah tersebut.
"Yang lebih berpengaruh ke saham kalau tiba-tiba ada kenaikan harga minyak yang sangat tinggi, ada perubahan manajemen, ada perubahan kebijakan, ada utang yang tiba-tiba jatuh tempo dan Garuda tidak bisa membayar. Isu-isu itu yang mempengaruhi," katanya ketika dihubungi, Selasa, 21 November 2017.
Baca: Viral, Ini Video Pilot Garuda Rasis yang Hina Maskapai Lain
Pernyataan Wafi menanggapi beredarnya sebuah video di dunia maya yang merekam percakapan seorang pilot maskapai Garuda Indonesia. Di dalam rekaman video berdurasi 2 menit 18 detik itu, seorang pilot Garuda Indonesia berkata rasis dan menghina maskapai lain saat merasa keberatan pesawatnya diperiksa oleh petugas Bea Cukai.
Video berdurasi 2 menit 18 detik itu awalnya diunggah oleh akun twitter @sugi_0706 pada Ahad, 19 November 2017 dini hari, berjudul: "how about this @IndonesiaGaruda racism on your airplane? I belive this is one of your Pilot!". Dalam video tersebut nampak pilot sedang beradu argumen dengan petugas Bea Cukai.
Selama hari Selasa kemarin, saham Garuda Indonesia dengan kode emiten GIAA di awal perdagangan tercatat dibuka di level Rp 326 per lembar saham. Sementara saham tertinggi di level Rp 334 per lembar saham. Adapun harga saham rata-rata per hari berada di Rp 327 per lembar saham dengan kapitalisasi saham sebesar Rp 8,49 triliun.
Lebih jauh, menurut Wafi, kasus Garuda Indonesia ini berbeda dengan peredaran video pilot yang diduga dalam keadaan mabuk dari maskapai lain. "Itu akan lebih berpengaruh," katanya.
Meski Garuda Indonesia masih mencatatkan kerugian pada tahun ini, menurut Wafi tren ke depan saham GIAA masih cukup positif. "Sebenarnya model bisnis dari airlines termasuk Garuda Indonesia itu sendiri memang model bisnis yang agak sedikit sulit untuk membukukan keuntungan, karena belanja modal sangat besar sekali, biaya operasi juga besar sekali, namun saya lihat tren ke depan cukup positif sebenarnya," ujar Wafi.