Sarana Multigriya Finansial: Rasio KPR Nasional Terendah di ASEAN
Reporter
John Seo kupang
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Senin, 20 November 2017 11:56 WIB
TEMPO.CO, Makassar - Direktur Sekuritisasi dan Pembiayaan PT Sarana Multigriya Finansial (SMF), Heliantopo mengatakan pemenuhan kebutuhan rumah di Indonesia masih sangat rendah, dibandingkan dengan negara- negara lain di Amerika dan Asia.
"Ini merupakan tantangan bagi SMF untuk mendorong warga agar bisa miliki rumah," kata Direktur Sekuritisasi dan Pembiayaan SMF, Heliantopo dalam kegiatan Sosialisasi dan Edukasi, “SMF dan Percepatan Program Satu Juta Rumah di Indonesia”, Senin, 20 November 2017 di Makassar.
Simak: BTN Luncurkan 2.126 Rumah Murah
Menurut dia, perbandingan rasio Kredit Perumahan Rakyat (KPR) dengan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) pada 2016 masih relatif rendah di angka 2,85 persen, atau terendah di ASEAN, jika dibandingkan dengan negara maju seperti Amerika Serikat yang telah mencapai 77 persen, Jepang, dan Uni Eropa. "Di India dengan penduduk terbanyak masih berada di atas Indonesia dengan 5,5 persen," katanya.
Rasio outstanding KPR terhadap GDP biasanya digunakan untuk mengukur kedalaman dan besaran pasar kredit perumahan dalam ekonomi (Mortgage Depth). Jadi selain sumbangan terhadap PDB yang masih relatif kecil, kedalaman pasar kredit perumahan di Indonesia juga masih dangkal, karena pasar perumahan memiliki multiplier effect terhadap ekonomi nasional, maka perkembangan pasar perumahan perlu dimonitor.
Padahal, menurut dia, kebutuhan rumah di Indonesia masih sangat tinggi, jika dilihat dari estimasi jumlah penduduk sebanyak 287,7 juta dengan pertumbuhan penduduk 1,36 persen per tahun, maka dibutuhkan 880 rumah per tahunnya.
Dengan estimasi tersebut, maka di Indonesia masih kekurangan ketersediaan rumah sebanyak 11,6 juta rumah, sehingga dibutuhkan waktu selama 20 tahun memenuhi kebutuhan rumah itu dengan estimasi setiap tahun dibangun 880 ribu rumah. "Dengan jumlah ini, maka kebutuhan di Indonesia setiap tahunya sebanyak 1,4 juta lebih," tegasnya.
Jumlah kebutuhan rumah ini dengan pembangunan rumah terjadi gap yang sangat mencolok, karena pembangunan rumah baru mencapai 400 ribu unit pertahunnya, diantara dibangun secara swadaya 150 ribu dan dibangun pengemban sebanyak 250 ribu rumah.
"Dengan asumsi harga rumah Rp200 juta/unit, untuk memenuhi kebutuhan rumah 1,460 juta per tahun, maka dibutuhkan pembiayaan perumahan sebesar Rp 292 Triliun," katanya.
Guna meningkatkan rasio KPR dengan PDB, maka SMF menjalin kerja sama dengan pihak perbankan, termasuk Bank Pembangunan Daerah (BPD) untuk menyalurkan dana KPR bagi warga.
YOHANES SEO